Bab 25 - The Night That Changes Everything

2.8K 330 36
                                    

MESKIPUN berulang kali Elvano berusaha menampik bahwa ia tidak membutuhkan permintaan maaf gadis itu, tapi sepertinya ia memang diam-diam menunggunya

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

MESKIPUN berulang kali Elvano berusaha menampik bahwa ia tidak membutuhkan permintaan maaf gadis itu, tapi sepertinya ia memang diam-diam menunggunya. Ia menunggu gadis itu meminta maaf dan menarik kata-katanya dahulu. Bahwa Elvano di matanya tidak pernah seburuk itu. Ia membutuhkan pengakuan itu agar merasa pantas sebagai manusia. Maka mungkin saja laki-laki itu akan memperjuangkan apa pun yang ia bisa untuk berada di samping gadis itu.

Apa yang bisa dilakukannya sekarang?

Tidak ada.

Tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Karena dirinya yang terlanjur pasrah dan menyerah pada hidupnya. Mereka hanya bisa berteman. Itu saja.

***

Setelah permasalahan mereka selesai, Elvano dan Kaluna kembali ke dalam kafe. Tubuh mereka berdua kontan membeku di tempat saat melihat teman-temannya sudah mulai meminum alkohol dan bir. Mereka semua tampak menikmatinya sambil tertawa terbahak-bahak gembira. Mendengar suara tawa dan teriakan mereka, entah mengapa mengingatkan Kaluna saat masih SMP dulu. Anak-anak yang belum memahami arti 'dewasa' yang sebenarnya.

"Inget gak dulu tragedi arisan kelasan kita?" pekik Tyson mengebu-ngebu.

"Wah bangke, masih aja diinget itu aib gue! Iya dulu gue berdosa sama kalian semua. Puas hah?" cetus Ade yang lagi-lagi menjadi bahan gunjingan anak-anak yang lain.

"Sumpah kalau inget itu gue ngakaknya ada, kesel ada, takjub ada. Dulu lo kenapa sih De?" tanya Didi tidak habis pikir.

Ade menghela napas sebelum menjelaskan. "Dulu tuh emak gue lagi butuh duit buat biaya sehari-hari, sama bayaran sekolah adek gue. Terus gue mikirlah gimana caranya bisa dapet duit arisan lebih cepet, makanya gue tulis semua nama gue di gelas, supaya dapet arisan lebih awal," jelas Ade kemudian. Hal itu membuat suasana berubah haru, sekaligus merasa kasihan ketika mendengar cerita sebenarnya dari Ade.

"Ya Allah De, kenapa dulu lo gak ngomong? Kalau tau gitu gakpapa lo menang arisan lebih awal," kata Listy tidak enak hati.

"Gue malu waktu itu, makanya gak berani bilang," balasnya. "Lagian lo semua udah pada sewot duluan, gimana gue mau jelasin," tambahnya.

"Duh sorry ya, De. Eh semuanya, minta maaf lho sama si Ade. Kita semua udah berdosa sama dia," teriak Didi pada anak-anak yang lain.

"Padahal dulu lo paling semangat nyalahin di Ade. Muka dua lo," celetuk Kohar kesal.

"Lo juga anjir!" kata Didi ikut menyalahkan.

"Oh itu sebabnya dulu lo jualan bokep? Membantu perekonomian emak lo?" tanya Hilman. Ade menganggukan kepalanya santai.

"Anjir! Berarti lo ngasih duit haram dong?" pekik Hilman kaget bukan main.

"Lah? Haram dari mana? Gue kan cuma jualan, yang nonton bokep lo semua," katanya tidak sudi uang yang ia hasilkan untuk ibunya dianggap uang haram.

One Last Chance (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя