SETITIK LUKA || MAAF?

3.3K 199 3
                                    

back to my story'

tandai typo!

tandai typo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas untuk segera pulang ke rumah masing-masing.

Saat ini, Dara dkk masih berada di dalam kelas. Dara yang tadi siang baru saja mengalami insiden tak terduga, memilih untuk menunggu sampai keadaan sekolah menjadi sepi. Karena tak mungkin jika ia harus berdesak-desakan.
Sedangkan kini punggungnya masih terasa sakit.

"Na, Lo udah lihat kondisi di luar?" Tanya Ara memecah keheningan diantara mereka.

Nana mengangguk, "udah sepi kayaknya. Kita pulang sekarang ya, Dar?"

Dara mengangguk mengiyakan.

Saat ini mereka telah sampai di parkiran, sembari menunggu sopir pribadi Nana menjemput.

"Dar, bang Dirga ngga jemput Lo?" Tanya Ara yang mendapat gelengan kepala dari Dara.

"Tadi bang Dirga bilang, kalau hari ini dia ada urusan sama bang Alva, temannya."

Ara dan Nana hanya mengangguk mengerti. Terlihat sopir pribadi Nana telah sampai. Saat hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja ada yang mencekal tangan Dara erat.

"Eh?" Kaget Dara yang belum mengetahui siapa yang sedang mencekal tangannya.

Nana dan Ara saling tatap.

"Gue mau bicara sama Lo! Ikut gue!" Ujar Raga dingin.

Yap, dia Raga. Baru saja Dara membuka mulutnya untuk membalas ucapan Raga, suara Nana menghentikan aksinya.

"Nggak! Dara ngga boleh pergi sama Lo!" Ujar Nana sarkasme.

Dara mencubit pinggang Nana keras, lalu menatapnya tajam, agar tak ikut campur.

"Ini beneran Raga? Dara ngga salah dengar, kan? Tadi Raga bilang, mau bicara sama Dara? Kamu Raga?" Tanya Dara beruntun dengan senyum yang selalu mengembang.

"Lo ngga salah dengar. Gimana? Lo mau ikut gue?" Ujarnya yang membuat senyuum Dara semakin mengembang.

Nana dan Ara melongo. Seumur-umur mereka kenal dengan Raga, baru kali ini mereka mendengar Raga berbicara dengan nada yang bisa di bilang tidak seperti biasanya. Taulah, gue juga bingung gimana deskripsinya!

"Udah, Na gapapa. Biarin Dara bicara sama Raga." Sahut Ara yang sadar dari keterkejutannya.

Nana menghembuskan napasnya berat, "oke gue izinin. Tapi, kalau sampai sahabat gue lecet seujung kuku, dan itu karena Lo, gue ngga akan pernah lagi izinin Dara buat ketemu sama Lo. Ngerti!"

Nana mengancam Raga? Ya. Apa menurutmu, Raga akan takut? Oh tidak Nana, kamu salah besar. Nana ada-ada aja.

Dara memutar bola matanya jengah. Selain abangnya yang cerewet, ternyata juga sangat cerewet, bahkan melebihi abangnya.

"Ya udah, sono pulang!"

Setelah mobil yang di tumpangi Nana dan Ara mulai hilang dari pandangan, Raga mengajak Dara untuk pergi ke taman belakang sekolah.

"Raga kenapa? Tumben Raga mau bicara sama Dara? Berdua lagi?" Tanya Dara yang ingin tau.

Raga diam. Ia tak tau harus memulai dari mana.

"Maaf." Satu kata yang sedari tadi ingin Ia ucapkan, akhirnya keluar.

Dara masih bingung dengan ucapan yang keluar dari mulutnya. Dan menurut Dara, hari ini sikap Raga juga sangat aneh.

Dara ingin membuka suara, tetapi terhenti ketika mendengar Raga mengatakan hal tak terduga.

"Gara-gara gue, lo jadi celaka. Benar kata Abang Lo, gue bukan cuma sakiti hati Lo, tapi juga fisik Lo. Gue-" ucapan Raga dipotong cepat oleh Dara.

Dara menggeleng, "ini bukan salah kamu. Tadi aku tolongin kamu, karena aku cuma ngga mau kamu kenapa-kenapa. Itu kehendak aku sendiri Raga."

"Disini bukan salah kamu, jadi ngga ada yang perlu di maafin." Ujar Dara lembut, membuat mulut Raga terasa kelu untuk hanya sekedar mengucapkan satu kata.

Dara tersenyum. "Raga ngga perlu merasa bersalah. Dara cuma pengen membuat best moment  bersama kamu, yang ngga akan pernah Raga lupain." Raga terkejut bukan main.

Best moment? Memangnya Dara mau kemana, sampai Ia ingin membuat best moment bersama Raga.

"Sekali lagi sorry." Ujar Raga lagi.

Dara mengangguk dan tersenyum.

--

Beberapa waktu sebelumnya-

Baru tiga langkah, Ia menghentikan langkahnya seketika. Kenzi berbalik dan menatap Raga serius.

"Saran gue, Lo harus secepatnya minta maaf sama Dara. Biar gimanapun, Lo tetap salah."

Raga masih setia menunggu apa yang dikatakan oleh Kenzi selanjutnya.

"Cepat atau lambat, penyesalan itu akan hadir. Bisa aja besok, lusa, atau bahkan nanti."

"Jangan pernah mainin hati cewek setulus Dara, Ga!" Sambung Kenzi.

"Lo ingat, Dara ngga sekuat dan seceria yang kita kira. Dia punya rasa sakit, yang ngga bisa dia bagi bersama orang lain."

"Menurut gue, Dara adalah perempuan terhebat yang gue temui setelah nyokap gue."

"Tapi Lo jangan salah paham dulu, gue ngomong kek gini, karena gue kenal Dara udah lama. Jadi, pikirin baik-baik omongan gue tadi!" Ujarnya sembari menepuk bahu Raga pelan.

Raga membisu. Mendengar perkataan Kenzi, membuat Raga kembali mengingat perkataan Dirga beberapa waktu lalu.

'Tapi di balik itu semua, dia merasakan sakit yang teramat dalam.'

Setelah mengatakan itu, Kenzi melangkahkan kakinya keluar dari rooftop.

--

Gimana? feel nya ga dapet ya?Maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? feel nya ga dapet ya?
Maaf.

youcancallmedinda📌
Ikuti kisah DaraRaga
DR;/

SETITIK LUKA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang