SETITIK LUKA || END

AKHIR.

back to my story'

tandai typo!

--

Suasana di pemakaman sudah berangsur sepi. Kini, tinggal pihak keluarga dan sahabat dekat yang masih berada disana.

Sarah, Adi dan Rama, terduduk lemas di samping gundukan tanah yang belum kering itu.

Air mata mengiringi langkah mereka. Menatap batu nisan bertuliskan,

ALDARA AZALEA BRINNATA
Binti
ADITAMA WIJAYA

Lahir : Jakarta, 30 April 2005
Wafat : Jakarta, 23 April 2022

Mereka berdiri, memberikan ruang untuk yang lain.

Adi berbisik pada Radit, setelahnya para orang tua itu pergi meninggalkan pemakaman.

Hiks--

Satu isakan lolos dari mulut Ara. Sedari tadi, ia menahan tangisnya. Tapi kini, ia tak bisa lagi.

Tak jauh berbeda dengan Ara, Nana juga menangis disana. Masih tak menyangka, bahwa ini terjadi begitu cepat.

"Lo jahat Dar. Gue masih berharap kalau ini hanyalah mimpi buruk." Suara Radit bergetar.

"Kenapa lo harus nyerah sih, Dar?"

Radit tak henti-hentinya berbicara. Meskipun ia tau, tak akan pernah mendapat jawaban.

Baru saja ia menerima Dara sebagai adiknya, tapi ah sudahlah!

"Begitu cepat kamu pergi, Dar. Kata nya mau rayain ulang tahun di Bali?" Dirga tersenyum penuh luka.

"Kenapa harus seperti ini? Kamu janji sama aku, kalau kita akan terus bersama apapun yang terjadi. Tapi apa, kamu menyerah akan semuanya."

"Kemarin, kamu sempat bilang sama aku, kalau kamu butuh istirahat. Ternyata istirahat yang kamu maksud adalah ini?" Raga tersenyum tipis.

"Sampai kapanpun, ngga akan ada yang bisa gantiin posisi kamu di hati aku."

Kenzi mengelus punggung Raga pelan. Mengajaknya untuk pulang. Karena hari sudah mulai gelap.

Radit beserta yang lain, sudah pergi terlebih dahulu.

--

Rasa sesak dan penyesalan, campur aduk menjadi satu, setelah melihat sebuah rekaman Dara disana.

Radit terduduk lemas di lantai apartemen Raga.