SETITIK LUKA || OFFICIAL DAY

2.9K 152 4
                                    

back to my story'

tandai typo!

--

17.10

"Dari mana aja, Dar? Jam segini baru pulang? Di telpon juga HP-nya ngga aktif?" Tanya Sarah beruntun kala melihat Dara memasuki rumah.

Dara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Bingung harus menjawab apa.

"I-itu, Dara a-anu ma--"

"Anu-anu apa Lo?" Sarkas Radit yang baru saja kembali dari dapur.

Dara memutar bola matanya jengah. "Kemana aja Lo sama Raga?" Dara melotot.

Mengapa Radit sama sekali tak bisa di ajak kompromi sedikit sih.

"Kak Dara ngapain sama kak Raga?" Polos Asya ikut-ikutan.

"Kamu? Apa kabar, Sya?" Tanya nya berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Baik, kak Dara?"

"Kakak juga baik. Kamu ikut kakak yuk, kakak punya sesuatu buat ka--"

"Asya ke kamar dulu ya nak, mama mau ngomong sama kak Dara sebentar!" Ujar Sarah memotong ucapan Dara.

Asya mengangguk kemudian berlalu dari sana. Sedangkan Dara, ia menghembuskan napasnya berat.

"Kenapa ma?" Tanya nya yang kini sudah mendaratkan bokong nya di samping Radit.

"Kamu dari mana?"

"Jalan,"

"Sama siapa?" Kini Dirga ikut nimbrung.

"Raga,"

"Kalian pacaran?"

Bugh.

Dara melempar bantal sofa ke arah Radit, membuat sang empu meringis.

"Lah kalau engga ngapain marah oneng?" Radit menonyor kepala Dara pelan.

"Kakk," Sarah memperingati Radit agar tak main tangan.

Sedangkan Radit hanya menyengir dengan watadosnya.

"Mama ngga akan larang kamu untuk pacaran sama siapapun, Dar. Yang terpenting, kamu tau batasan." Jelas Sarah sembari mengelus surai putri nya dengan sayang.

"So, kamu pacaran sama Raga?" Tanya Dirga memastikan.

Dara mengangguk. "WAH-WAH MAKAN BESAR NIH!" Teriakan Radit menggelegar memenuhi ruangan.

"KAKAK JANGAN TERIAK, BERISIK!" Asya yang berada di kamarnya pun menyentak Radit dengan teriakan yang tak kalah menggelegar.

"Lo juga teriak cil." Gumamnya pelan.

"Ya sudah, kamu ganti baju dulu gih! Bentar lagi, papa kamu datang. Tadi mama undang mereka untuk makan malam." Sarah beranjak dari tempatnya.

Tetapi, suara Dara menginterupsinya untuk berhenti.

SETITIK LUKA || ENDWhere stories live. Discover now