SETITIK LUKA || KECEWA?

4.8K 213 1
                                    

back to my story'

tandai typo!

tandai typo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

Di sebuah ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan, terdapat Raga yang terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Di sebelahnya juga ada Sophia yang setia menunggu sang putra siuman.

Ditemani juga kedua sahabat Raga dan sepupunya Gibran.
Kenzi dan Radit pamit pulang pada orang tua Raga.

"Terimakasih ya Kenzi, Radit!" Ucap marvel- ayah Raga, sembari tersenyum.

"Sama-sama Om." Setelah mengucapkan itu, Kenzi dan Radit langsung melenggang pergi dari ruangan tempat Raga di rawat.

"Bun, maaf!" Ujar Gibran tiba-tiba.

Marvel dan Sophia saling tatap, lalu menatap Gibran sayang. "Gapapa Gib. Lagi pula, Raga pantas mendapatkan itu!" Celetuk Marvel yang membuat Gibran terkejut.

"Ayah ngga marahin Gibran? Bunda juga ngga marah?" Tanya Gibran bergantian.

Sophia menggeleng lalu tersenyum, "bunda tau, kamu melakukan itu karena Dara, kan? Kamu begitu sangat menyayangi Dara, tapi-"

"Jangan marah sama Dara, Bun! Ini bukan salahnya Dara. Gibran yang punya inisiatif untuk gebukin Raga." Potong Gibran cepat, sebelum mendengarkan penjelasan Sophia.

Kedua pasangan paruh baya itu tertawa kecil melihat tingkah Gibran. "Kita sama sekali ngga menyalahkan Dara. Karena memang yang salah disini adalah Raga. Kita tau kok, bagaimana perbuatan Raga pada Dara." Marvel merangkul pundak Gibran dan menepuknya pelan.

Gibran menghela napas lega. "Terimakasih 'yah, Bun." Marvel dan Sophia tersenyum.

Mereka bisa melihat, bahwa Gibran sangat menyayangi Dara. Mereka benar-benar tidak menyangka, bahwa putra dan keponakannya ini, mencintai satu perempuan yang sama. Entah bagaimana jadinya nanti.

"Ayah sama bunda pulang aja! Biar Gibran yang jagain Raga. Bunda pasti cape'."

"Tapi bun-"

"Iya, sebaiknya kita pulang. Aku tau kamu cape' nanti kamu istirahat dulu di rumah, ya! Nanti kalau ada kabar apapun tentang Raga, Gibran pasti kabari kita! Iya 'kan Gib?"

Gibran mengangguk dan tersenyum, "pasti!" sahutnya sembari menunjukkan kedua jempol tangannya ke arah mereka.

Setelahnya, Sophia dan Marvel sudah benar-benar pergi dari rumah sakit. Gibran duduk di kursi yang tersedia di sebelah brankar rumah sakit.

"Maaf Ga." Hanya kata maaf yang bisa di ucapkan oleh Gibran.

Jujur saja, Ia masih marah pada Raga. Tetapi di sisi lain, Ia tak ingin lebih dalam lagi menyakiti sepupunya ini. Ia tak bisa memungkiri bahwa Raga adalah adik yang selalu di bangga-banggakan olehnya. Raga yang selalu menjadi garda terdepan jika Ia berada dalam masalah.

Sungguh, Ia bingung harus berbuat apa sekarang?

--

Saat ini, Dirga mengantarkan Dara pergi ke rumah sakit untuk check up rutin. Saat sudah selesai check up, Dara tak ingin langsung pulang, Ia mengajak Dirga untuk pergi ke taman dekat danau yang berada di rumah sakit.

Mereka duduk di sebuah kursi kayu yang terlihat sudah usang. Hanya ada keheningan diantara mereka. Dirga yang jengah akan situasi ini, mulai membuka suaranya.

"Bagaimana hubungan kamu dengan Raga?" Tanya Dirga tiba-tiba.

Dara menoleh sekilas, lalu kembali menatap air danau yang tenang. Tak kunjung mendapat jawaban dari Dara, Dirga kembali bertanya.

"Tadi pagi kami ribut lagi sama Raga?"

Dara terkejut, bagaimana abangnya bisa tau?

"Abang di kasih tau sama Nana." Ujar Dirga lagi, setelah melihat ekspresi terkejut Dara.

"Bagus kalau dia udah tau semua tentang kamu. Biar dia sadar, kalau kamu ngga sekuat yang dia kira."

Lagi dan lagi, Dara menoleh ke arah Dirga. Ia amat sangat terkejut mendengar penuturan abangnya yang kelewat santai. Berbeda dengan dirinya yang ketar-ketir sendiri.

"Abang seneng, kalau semuanya udah terbongkar?"

Dirga mengangguk mantap, "kenapa? Kamu ngga seneng? Meskipun ada rasa ngga senang kala semuanya terbongkar bukan dasar dari keinginan kamu, setidaknya hati kamu merasa sedikit lega, kan?"

Benar. Yang di ucapkan Dirga benar, meskipun ada rasa tak suka kala semuanya terbongkar bukan atas keinginannya, tetapi hatinya sedikit lega dan plong rasanya.

"Abang yang suruh Nana untuk membongkar semuanya."

Beberapa kata yang membuat Dara menegang dengan tempat.

"Abang sama Nana memang memiliki rencana untuk membuat Raga menyesal dengan apa yang telah dia lakukan ke kamu."

Sumpah demi apapun, ternyata ini semua sudah di rencanakan. Dan itu di rencanakan oleh sahabat dan abangnya sendiri. Sangat sulit untuk di percaya.

"Kenapa Abang ngelakuin ini? Abang udah janji sama Dara untuk menutup rapat-rapat rahasia ini, kan? Kenapa Abang ingkar janji?" Tanya Dara beruntun. Tak sadar, cairan bening menetes di pipinya.

"Dara kecewa sama Abang."

Setelah mengatakan itu, Dara berlari cepat meninggalkan Dirga yang masih terdiam.

Dara berlari dengan air mata yang terus mengalir deras di pipinya. Tanpa sadar, Ia menabrak seseorang dengan keras.

Bruk!

"Nak, kamu gapapa? Ayo saya bantu!" Setelah membantu Dara berdiri, perempuan paruh baya yang masih terlihat awet muda tersebut tersenyum lalu meminta maaf.

"Maafkan saya ya. Saya tadi ngga sengaja!"

--

2 hari ga update, gimana? Apa readers ku berkurang, bertambah, atau tetap?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2 hari ga update, gimana? Apa readers ku berkurang, bertambah, atau tetap?

Aku mau kasih tau aja, mulai sekarang aku akan jarang bgt update, karena aku udah mulai sekolah normal.

kemarin-kemarin aku sering update, karena aku lagi di tempat PKL. Tapi hari ini, hari terakhir ku PKL, jadi maaf kalau nanti update nya ga rutin 🙏

Okey bye👋

See u

youcancallmedinda📌
Ikuti kisah DaraRaga
DR;/

SETITIK LUKA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang