SETITIK LUKA || KEMARAHAN

3.8K 193 7
                                    

back to my story'

tandai typo!

tandai typo!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

"Hai Dar, apa kabar?"

"Pasti baik, lah!" Raga terkekeh pelan.

"Kayak nya lo nyenyak banget tidurnya, ya?" Tatapannya kembali sayu.

Mengingat sampai sekarang, Dara belum sadar dari koma nya.

"Bangun dong! Emang ngga capek tidur mulu?" Tangan Raga bergerak menggenggam tangan Dara yang tak di infus.

Beberapa hari terakhir, Raga tak pernah absen untuk menjaga atau hanya sekedar menjenguk Dara.

Bahkan ia rela sampai bolos sekolah hanya demi Dara.

"Ya udah, lanjutin tidur nya. Jangan lupa mimpiin gue ya!"

Cup.

Benda kenyal nan hangat itu, mengecup sekilas kening Dara.

Dan setelah nya, ia segera pergi dari ruang ICU.

Tanpa ada yang menyadari, Dara meneteskan air mata.

--

Hari demi hari berlalu dan dengan kondisi yang sama.

Baru saja, Dara dan Dirga di pindahkan ke sebuah ruangan VVIP. Setelah satu minggu berada di ruang ICU.

Orang tua mereka, merekomendasikan untuk ditempatkan di satu ruangan yang sama.

Alasannya, agar bisa sekalian jika ada yang ingin menjenguk keduanya.

Kini seluruh anggota keluarga tengah berkumpul, termasuk teman-teman Dara.

Sedangkan Sarah, ia masih berusaha mengajak Dara untuk berbicara.

Meskipun tak kunjung mendapatkan respon dari Dara.

"Ma?" Suara Radit kini membuyarkan lamunan mereka.

Sarah menatap Radit dengan pandangan sayu.

Perlahan, Sarah berdiri dan berjalan menuju sofa.

Ia mengerti, pasti Radit akan membanjirinya banyak pertanyaan setelah ini.

Sedangkan Radit, ia sudah menahan ini dari lama.

Menunggu Dara dan Dirga sadar? Itu tidak mungkin. Tak ada yang tau kapan mereka akan sadar.

"Apa kamu ngga mau tunggu Dara sama Dirga sadar dulu, nak?" Tanya Adi ikut menimpali.

Radit menatap dalam kedua orang tuanya. "Sampai kapan?" Ia berbicara lirih.

"Bahkan kita ngga tau, kapan Dara sama bang Dirga sadar? Kita ngga bisa memprediksi itu, yah."

SETITIK LUKA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang