S e p u l u h

22 12 0
                                    

Alvira mendengus sebal karena sekarang ini ia sedang terjebak di kemacaten bersama Adrian.
Padahal 5 menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi, tapi keduanya masih terjebak macet.

"Yang, udah gak keburu nih sekolah. Telat juga, bolos aja yuk?" Alvira jelas langsung mencubit cowok di sampingnya itu.

"Enak banget ya tuh mulut kalo ngomong. Nih telat juga gara-gara lo! Udah tahu bawa mobil, jemput pake telat segala. Motor lo mana sih?"

"Masih di bengkel," Adrian nyengir. "Eh, tapi hari ini bakal dianter kok motornya."

Alvira mengangguk-angguk sambil ber oh ria.

Masih terjebak di kemacetan, Adrian berulang-ulang melirik cewek di sampingnya itu. Yang lantas membuat Alvira menjadi risih karena dilirik berulang-ulang. "Apasih?"

"Yang."

"Apa?"

"Yanggg. Nengok bentar coba."

Alvira menatap kearah Adrian, menunggu cowok itu berbicara. "Lo sayang gak sih sama gue?"

Pertanyaan dari Adrian membuat Alvira mengernyitkan dahinya. Bingung. Ia tidak menduga pacarnya akan bertanya begitu di tengah kemacetan seperti ini.

"Ya menurut lo?" Tanya Alvira balik.

"Ngga. Lo gak sayang sama gue."

Jawaban yang tidak pernah Alvira sangka dari sosok Adrian. Cewek itu sangat bingung sekarang, bukankah mereka berdua baik-baik saja? Bahkan semalam baru saja kencan.

"Apasih? Kok lo ngomong gitu?"

"Ya emang kenyataannya begitu, ya kan? Lo aja gak pernah tuh manggil gue sayang. Ngomong pake aku-kamu juga bisa dihitung pake jari."

Alvira tertawa dalam hati. Ternyata ini alasan kenapa pacarnya tiba-tiba bertanya seperi itu.
Alvira melihat wajah Adrian yang cemberut, gemas pikirnya. Pengen Alvira cubit-cubit pipi cowoknya itu.

"Lo sebenarnya terpaksa kan pacaran sama gue?" Sambung Adrian lagi.

"Iya." Sahut Alvira tanpa ada keraguan dari ucapannya.

Hati Adrian mencelos mendengar jawaban itu. Sakit. Sudah setahun lebih pacaran, ternyata Alvira hanya terpaksa berpacaran dengannya. Wajah Adrian yang sebelumnya cemberut, kini berubah menjadi sedih. Dan Alvira pun menyadari itu.

"Ngga ngga, Adrian. Gue cuman bercanda kok. Gue gak pernah terpaksa pacaran sama lo. Gue sayang sama lo."

"Beneran?" Adrian menatap Alvira lemat-lemat, berharap apa yang diucapkan gadisnya itu adalah sebuah kebenaran.

"Iya sayang, beneran."

Adrian melotot. Alvira baru saja memanggilnya dengan sebutan sayang?

"Hah? Apa tadi? Coba ulang."

Alvira berdecak, tapi kemudian menurut. "Iya sayang, beneran." Ulangnya lagi.

Dalam setahun lebih pacaran dengan Alvira. Baru kali ini Alvira menanggilnya dengan panggilan sayang. Adrian senang bukan main, ia langsung memeluk gadisnya itu erat-erat yang membuat Alvira terkekeh di dalam pelukannya.

"Udah ah Adrian, gak bisa napas ini gue. Lo meluknya gak kira-kira." Ujarnya masih dalam dekapan cowok itu.

Adrian menggeleng, ia malah makin mengeratkan pelukan itu. "Nggak gak mauuu. Mau peluk lo lebih lama lagi pokoknya!"

***

"Kok kita malah ke sini sih?" Tanya Alvira pada Adrian yang malah membawanya ke sebuah cafe alih-alih ke sekolah.

"Demi merayakan pertama kalinya lo manggil gue sayang, jadi gue bawa lo ke sini."

"Halahh, gaya lo merayakan-merayakan. Padahal emang lo pengen bolos sekolah kan?" Tembak Alvira tepat sasaran.

Padahal Adrian tidak berniat untuk bolos sekolah. Tapi karena mereka terjebak macet selama hampir satu jam, yang otomatis mereka sudah pasti telat, dan gerbang sekolah pun sudah pasti ditutup. Adrian pun memilih melajukan mobilnya ke arah lain.

Dan disinilah mereka sekarang. Di salah satu cafe di ibu kota.

"Yang, pesen apa kamu?"

Alvira masih sibuk melihat buku menu di tangannya. "Aku mau hot chocolate aja."

"Itu aja? Kamu gak mau beli cake apa gitu?"

"Sama cheese cake deh."

"Oke, kamu tunggu sini bentar ya. Aku pesenin." Adrian berdiri memesankan pesanan Alvira dan juga dirinya. Kemudian langsung membayarnya. Setelah itu ia kembali lagi ke meja nya, duduk di samping gadisnya.

Tidak terlalu lama menunggu, pesanan keduanya akhirnya datang. Alvira langsung menyantap cheese cake yang ada di hadapannya. Matanya berbinar usai menyuap cake itu ke dalam mulutnya.

Adrian menyadari jika Alvira sangat menikmati cheese cake itu. Adrian tersenyum menatap Alvira, "enak?"

Alvira mengangguk-angguk. "Enak banget." Alvira kembali memotong cake itu, lalu membawanya ke mulut Adrian. "Buka mulutnya." Adrian menurut, kemudian Alvira menyuapkan cake itu masuk ke mulut Adrian.

"Iya enak." Ujar Adrian.

Alvira kembali sibuk menyantap cakenya, hingga akhirnya suatu pertanyaan terlintas di pikirannya. "Kita gak papa bolos gini?

"Iya gak papa lah." Sahut Adrian.

Alvira berdecak sebal. Ia baru sadar, kesalahan besar bertanya seperti itu pada Adrian. "Ya emang lo tukang bolos, jelas lah bagi lo gak papa."

Adrian terkekeh, ia berdiri setelah menyeruput habis americano nya. "Ayo. Udah selesaikan?"

"Mau kemana?" Alvira bertanya bingung.

"Ke rumah. Belum pernah kan ke rumah aku?"

***

Berhasil memarkirkan mobilnya di halam rumah. Adrian dan Alvira pun, keluar dari dalam mobil.

Alvira menatap rumah besar minimalis di hadapannya itu. Gugup. Itu lah yang Alvira rasakan sekarang, jantungnya berdegup dengan kencang. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di rumah Adrian. Selama berpacaran, Adrian tidak pernah membawa dirinya kerumah cowok itu. Bahkan untuk sekedar basa-basi mengajaknya pun tidak pernah.

Namun, entah kenapa tiba-tiba saja cowok itu mengajak dan membawanya kemari. Jelas, hal itu membuat Alvira bingung, sekaligus senang.

"Kok diem? Ayo masuk."

Adrian menggandeng tangan Alvira, membawa gadis itu masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam, Alvira melihat sekeliling rumah itu. Rumah itu besar, tapi entah kenapa terasa sepi dan dingin. Di dinding rumah itu terdapat beberapa lukisan yang menggantung.

Sibuk melihat sekeliling, suara seseorang membuat Alvira berhenti untuk melihat sekelilingnya.

"Loh den, gak sekolah?" Tanya seorang wanita paruh baya, yang meghampiri keduanya.

"Iya bi. Tadi lama kejebak macet, gak sempet ke sekolah." Ujarnya yang dibalas oleh Bi Ijah dengan mengangguk-angguk paham.

"Oh iya Bi, kenalin ini pacar Adrian, namanya Alvira." Alvira tersenyum manis kearah Bi Ijah.

"Oalah ini toh pacarnya den. Beneran cantik ternyata." Ujar Bi Ijah memuji yang lantas membuat Alvira tersipu malu.

"Iyalah, kan Adrian udah bilang. Kalau pacar Adrian itu cantik. Ya udah ya bi, mau ke atas dulu. Nanti anterin minum sama kue yang banyak ya, biar pacar Adrian gak kelaperan."

Bi Ijah mengacungkan kedua jempolnya pada Adrian. "Siap den!"

•••
Bersambung

ADRIAN | SunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang