L i m a

145 25 1
                                    

"Bagas! Lo cari mati?"

Suara yang tiba-tiba terdengar dari ujung koridor menarik perhatian mereka semua.

"Mau ngapain adek gue lo?" Riza berjalan mendekat.

Melihat sosok kakak laki-lakinya itu datang. Alvira menepis tangan Bagas, dan langsung menarik Diana berlari menghampiri Riza dan berdiri di belakang kakaknya itu.

Bagas menaikkan sebelah alisnya, tidak mengenali siapa cowok sok jagoan yang ada di hadapannya sekarang ini. "Jadi, Alvira itu adek lo?"

"Iya, maka dari itu lo jangan coba-coba berani gangguin dia." Riza memperingatkan.

"Cih!"

Seorang Bagas sekarang sedang diancam? Bagas melangkahkan kakinya, berniat hendak memberi pelajaran pada cowok yang menurutnya songong dan sok jagoan di hadapannya ini. Tetapi, Ferry menahan bahunya dan berbisik. "Mending lo gausah cari gara-gara sama Riza."

Deni mendekat dan ikut berbisik, "iya, mending kita jangan berurusan sama dia. Dia petinju, bisa mampus kita." Alfi juga ikut mengangguk, mengisyaratkan pada Bagas jika mereka tidak perlu berurusan dengan Riza.

Sial! Apa dia satu-satunya orang yang tidak tahu siapa lelaki di hadapannya ini? Apakah ia terlalu sering bolos sekolah, hingga tidak mengetahui bahwa orang yang di depannya ini adalah seorang petinju?
Akhirnya Bagas mengalah, dan mengikuti saran dari teman-temannya itu. Mereka berempat pun pergi memasuki kelas.

Alvira dan Diana bernapas lega. Untungnya Riza datang disaat yang tepat. Kini, Riza menatap Alvira khawatir, "kamu ga papa kan de?"

Alvira mengangguk, Riza pun menghembuskan napasnya dengan lega mendengar tidak terjadi apa-apa pada adik perempuannya itu.

"Tapi, kamu ngapain ke sini?"

"Mau minta duit," Alvira menyengir.

"Harusnya kamu gak usah ke sini. Kamu kan bisa telpon abang, biar abang yang ke kelas kamu ngasih duit. Atau, kalau mau tetap ke sini harusnya kamu minta temenin sama Adrian." Riza mulai berceramah, yang lantas membuat Alvira pura-pura menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sumpah, ia lupa mengenai Bagas yang merupakan musuh bebuyutan Adrian itu ada disini. Kalau dia ingat, ia mana mungkin nekat pergi ke lantai 3 hanya bersama Diana.

Setelah memberikan selembar uang ke Alvira, Riza mengantar Alvira dan juga Diana sampai ke lantai 2. Setelahnya mereka berdua pergi kekantin, dan Riza pun kembali naik keatas menuju kelasnya.

***

Adrian tidak pergi ke kantin. Ia hanya duduk diam di kursinya sendiri. Matanya menatap pada pintu kelas di mana Alvira dan Diana baru saja masuk.

"Gila Yan!" Diana memekik heboh.

"Ha?" Adrian tampak begitu bingung.

"Masa tadi kita digangguin sama Bagas!" Diana mulai menceritakan kejadian yang beberapa menit lalu terjadi secara detail kepada Adrian.

"Bagas Brengsek!" Wajah Adrian memerah, jelas sekali ia begitu marah sekarang. Adrian bangkit dari duduknya, berniat untuk pergi ke kelas Bagas dan menghajar cowok itu sekarang juga.

Berani sekali cowok itu mengganggu gadisnya. Mungkin ia hanya diam perihal Bagas yang dengan sengaja menendang motornya tadi malam.
Tapi, ia tidak akan tinggal diam jika cowok itu mengganggu gadisnya, Alvira.

"Mau kemana lo Adrian?" Alvira bertanya, yang walaupun tanpa Adrian jawab, ia bisa tahu kemana cowok itu akan pergi.

Adrian menoleh padanya sekilas, lalu menjawab dengan cepat. "Ke kelas Bagas."

"Adrian!" Alvira berteriak nyaring yang lantas membuat langkah Adrian terhenti. "Jangan coba-coba lo hajar Bagas sekarang!"

Adrian menatap Alvira, dengan tatapan yang tidak habis pikir. Bagaimana bisa Alvira menyuruhnya untuk tidak mengahajar Bagas saat ini juga? Apalagi setelah apa yang dilakukan cowok itu padanya.

"Muka lo udah penuh sama lebam gara-gara lo berantem semalam, badan lo penuh luka, bahkan tangan lo sekarang diperban. Dan lo berpikir untuk mengahajar Bagas dengan keadaan kayak gitu? Yang ada, lo yang mati dihajar Bagas sama temen-temennya!" Teriaknya frustrasi.

Adrian melihat kearah tubuhnya. Badannya penuh luka akibat terjatuh dari sepeda motor tadi malam. Bahkan di bagian kakinya yang tertutupi oleh celana, terdapat luka jahitan di sana. Alvira benar, tidak mungkin ia menghajar Bagas dalam keadaan seperti ini. Adrian hanya sendiri, dan Bagas beserta temannya berjumlah empat orang.
Bagaimana bisa ia mengalahkan Bagas dan teman-temannya sendirian? Ia bisa saja mengalahkan Bagas dan temannya sendirian jika keadaannya normal, tapi tidak jika melihat kondisinya sekarang yang penuh dengan luka.

Adrian menghembuskan napasnya pasrah, menyerah dan menuruti perkataan Alvira. Ia lantas kembali menuju kursinya dengan langkah gontai.

***

Alvira pulang kerumah bersama dengan Riza. Ia menolak tawaran Adrian yang mengatakan akan mengantarkannya pulang.

Ia masih kesal dengan Adrian, gara-gara cowok itu masih mengikuti acara balapan liar. Belum lagi, tadi pagi ia datang dengan keadaan badannya yang penuh dengan luka. Sebenarnya Alvira khawatir, tapi ya mau bagaimana lagi, ini semua salah Adrian sendiri sehingga Alvira masih kesal padanya hingga sekarang.

Alvira masuk kedalam kamar, ia meletakkan tasnya di atas meja belajar. Mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya untuk mengganti dengan buku-buku pelajaran yang terjadwal untuk besok.
Saat mengeluarkan bukunya, ia bingung melihat ada sebuah kantong plastik di dalam tasnya.
Mengambil kantong plastik itu, dan mengeluarkan isinya.

2 coklat, dan 2 buah apel, serta secarik kertas.
Alvira duduk di atas kasurnya, membaca tulisan yang terdapat pada secarik kertas itu.

Hadiah ini dipersembahkan oleh Adrian Andromeda, kepada Alvira Aurora. Sebagai permintaan maafnya.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Adrian ini telah mengingkari janjinya dengan mengikuti balapan motor.
Ada beberapa alasan mengapa Adrian tetap mengikuti balapan motor:
-Pertama, karena yang menantang balapan adalah Bagas.
-Dan yang kedua, karena balapan motor sudah menjadi kebiasaan bagi Adrian Andromeda ini.

Dimohon kepada tuan putri Alvira untuk pengertiannya dan sesegera mungkin memaafkan pangerannya, Adrian.

Saya akhiri sampai disini, dan jangan lupa buah dan coklatnya dimakan.

-Trims-

Alvira tersenyum dan tertawa ringan membaca permintaan maaf Adrian padanya. Sungguh, selalu saja pada akhirnya Alvira luluh hanya karena membaca permintaan maaf dari Adrian.

Menurutnya Adrian itu sangat lucu dan juga menggemaskan. Cowok itu akan selalu melakukan hal seperti ini jika Alvira sedang marah atau kesal padanya.

Alvira mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Lalu mengetikkan sesuatu di layarnya.

Alvira : permintaan maaf diterima

Sent.

•••
Bersambung

ADRIAN | SunwooWhere stories live. Discover now