S e m b i l a n

31 13 1
                                    

Adrian sampai di rumahnya. Ia memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Cowok itu berdecak tatkala melihat mobil Chandra berada di sana.

Adrian masuk ke dalam rumah. Ia melihat ada Chandra yang sedang duduk di ruang keluarga. Menyadari kedatangan Adrian, Chandra pun langsung berdiri. "Dari mana kamu?"

Seperti biasa. Adrian tidak akan menghiraukan Ayahnya itu. Cowok itu hanya berjalan melewati Chandra, seolah-olah Ayahnya itu tidak sedang berada di sana.

"Adrian!" Teriak Chandra.

Adrian hanya menoleh sebentar. Lalu kembali berjalan, menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Sebenarnya Adrian benci situasi seperti ini. Tapi, rasa kebenciannya pada sosok Ayahnya itu terlalu besar. Ia belum mampu memaafkan sosok Ayahnya itu.

Benda pipih yang berada di saku celana Adrian berbunyi. Ia mengambil ponselnya, melihat jika Raka lah yang menelponnya. Adrian pun segera mengangakatnya.

"Apaan?" Ucapnya setelah mengangkat telepon.

"Cabut ke Florez. Tonton gue balapan."

"Oke."

Adrian kembali turun ke bawah, lagi-lagi Chandra melihat kearahnya. "Mau kemana lagi kamu?"

Adrian hanya lewat, yang lantas membuat Chandra berteriak memanggilnya. "Adrian! Papa tanya, mau kemana kamu?!"

Adrian berhenti melangkah. Badannya berbalik menatap kearah Chandra. "Ketempat balapan." Sahutnya datar.

Chandra melotot. "Apa-apaan kamu? Kenapa kamu ikut balapan?!"

"Bukanya Adrian sudah pernah bilang? Kalau Papa cukup urusi urusan Papa sendiri, gak usah sok ikut campur sama kehidupan Adrian." Usai berucap begitu, Adrian pun pergi menuju garasi, mengambil mobilnya dan melaju ke Florez.

***

Adrian sampai di Florez. Seperti biasa, tempat itu sangat ramai.

"Adrian!"

Adrian mencari arah suara, mendapati jika Gilang lah yang memanggilnya.

"Raka mana?" Tanya Adrian.

"Lagi ngecek keadaan motor. Oh iya, motor lo udah selesai ya. Besok gue antar ke rumah lo." Ujar Gilang.

Keduanya berjalan mendatangi Raka. Cowok itu sibuk mengecek motor yang akan ia pakai untuk balapan malam ini.

"Udah ngeceknya?"

"Kayaknya sih udah oke nih," sahut Raka dengan matanya yang masih memperhatikan motornya.

"Sini, biar gue cek ulang." Tawar Adrian. Cowok itu mulai mengecek motor Raka, Adrian berdecak usai melihat isi bensin Raka.

"Ka, lo kok goblok banget si. Masa lo mau balapan bensinnya sekarat?!"

Raka melotot. "Hah? Masaa?" Ia pun mendekat, dan benar saja. Bensinnya hanya ada sedikit.

"Tolol banget lo, Ka." Tiba-tiba Gilang bersuara, yang membuat Raka mendelik kearahnya.

"Gak usah segala ngatain gue lah, njing." Sahut Raka yang tak terima dikatai tolol oleh Gilang.

"Ya emang kenyataannya lo setolol itu," Gilang menyahuti lagi yang lantas memancing emosi Raka.

"Apa lo bilang?!"

"Kemarin tetangga gue saling ngata-ngatain, terus besoknya pada meninggal." Ucap Adrian tiba-tiba.

Raka menatap aneh kepada Adrian, "gak lucu bego."

"Garing banget lo." Timpal Gilang.

Adrian menatap keduanya secara bergantian. "Lo berdua, mau gue hajar hah?!"

Raka dan Gilang terdiam. Gilang kemudian memilih untuk menjauh.
Sungguh, Adrian selalu merasa kepalanya akan pecah bila melihat adu mulut antara Raka dan Gilang. Kedua cowok itu, memang sangat jarang untuk bisa akur.

Sebentar lagi pertandingan balap antara Raka dengan Ferry-Anak buah Bagas. Akan dimulai.

Raka dan Ferry pun sudah berada di garis start. Raka sedikit panik karena bensinnya hanya tersisa sedikit.
Sebelum balapan dimulai, Gilang mendekat kearah Raka. Lalu berbisik, "lo terima kenyataan aja kalo lo hari ini bakalan kalah."

Raka melotot kearahnya. Temannya itu, bukannya mendukung, malah menginginkan dirinya kalah.

***

Balapan telah selesai. Sesuai dugaan, Raka kalah dalam balapan itu, karena motornya yang tiba-tiba mati kehabisan bensin.

Adrian dan Gilang tertawa kencang melihat Raka datang sambil membawa motornya yang mati kehabisan bensin. "Bener kan dugaan gue, lo kalah."

"Gak usah ngejek, anjing."

"Sumpah ya, bisa-bisanya lo balapan tapi gak merhatiin bensin tuh maksudnya apa?" Gilang heran.

Masih saling mengejek, tiba-tiba Ferry datang menghampiri. "Lo. Kalah sama gue." Ujarnya menatap remeh pada Raka.

"Udah kelihatan sih lo bakalan kalah sama gue. Lo bukan lawan gue soalnya, terlalu lemah."

Kata-kata meremehkan dari Ferry barusan jelas menyulut emosi Raka. Raka sudah siap membalas ucapan Ferry, namun Adrian lebih dulu membalasnya.

"Lah dia habis bensin tiba-tiba, jelas lah dia kalah? Lo gak usah songong karena menang gitu, selama balapan gue lihat Raka selalu di depan lo. Lo berhasil balap dia karena motornya melambat kehabisan bensin."

"Bukan urusan gue kalau motornya habis bensin. Intinya kan gue menang dari nih Raka cupu."

Raka cupu.

Satu bogeman melayang di wajah Ferry. Sudah bisa ditebak bogeman itu datang dari Raka yang emosinya sudah tersulut dari tadi.

Ferry terhuyung karena mendapatkan bogeman di wajahnya yang tiba-tiba. "Bangsat!"

Orang-orang yang berada tidak jauh dari kejadian barusan langsung menoleh. Banyak dari mereka malah mendekat kesana. Merasa akan ada sebuah pertunjukkan yang asik untuk ditonton.

"Gue ngaku gue kalah. Tapi lo gak perlu sampe ngatain gue gitu anjing!" Ujar Raka masih tidak terima direndahkan.

Ferry masih sempat tertawa remeh menatap Raka. "Ya lo memang pantas direndahkan."

Satu bogeman kembali melayang di wajah Ferry, kali ini Adrian yang melayangkan bogeman itu. Ia tidak terima jika temannya direndahkn seperti tadi.

Tidak menyangka akan mendapatkan bogeman dari Adrian, Ferry pun tersungkur. Rahangnya begitu nyeri usai mendapat bogeman kedua kali di tempat yang sama.

"Adrian udah! Lo gak perlu lakuin itu." Ucap Gilang menghentikkan kalau-kalau Adrian ingin melayangkan bogemannya lagi.

"Dan lo lo semua." Tunjuk Gilang pada orang-orang yang tadi berkumpul di sekeliling mereka. "Mending bubar! Pergi lo semua dari sini!"

Mereka yang tadi berkumpul pun akhirnya memilih bubar. Gilang tampak marah saat menyuruh mereka bubar. Dari pada mereka jadi korban bogeman dari Gilang, mereka semua pun memilih untuk bubar.

"Dah kita cabut." Ajak Gilang pada Raka dan Adrian, meninggalkan Ferry yang terduduk di aspal sendirian.

•••
Bersambung

ADRIAN | SunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang