l i m a b e l a s

35 7 0
                                    

Siang itu, dengan cuaca yang sedikit mendung. Alvira berjalan menuju kelas dengan keadaan menahan tangis.

Sakit.

Sangat sakit. Alvira merasakan sesak di dadanya, ini sudah kesekian kali Adrian memperlakukannya begini. Ia tidak mau berbagi hal yang menyedihkan dengan Alvira. Padahal dari sisi Alvira sendiri, dirinya ingin pacarnya itu bercerita atau membagikan hal-hal yang juga menyedihkan atau menyakitkan bagi dirinya, tidak hanya membagikan hal-hal yang bahagisa saja.

Sebelum benar-benar memasuki kelas, Alvira lebih dulu membuka ponselnya dan membuka kamera, memastikan jika matanya yang sebelumnya memerah akibat menahan tangis sudah hilang. Ia tidak mau masuk ke dalam kelas dalam keadaan seperti itu, karena pasti akan mengundang banyak tanya dari teman sekelasnya. Ia berusaha sebisa mungkin bahwa dirinya baik-baik saja sekarang.

"Gimana Adrian?" Diana langsung bertanya usai Alvira menghampiri tempat duduknya.

"Gak tau," sahutnya membuat Diana bingung. "Gue duduk di sebelah lo ya Na? Please?" Mohonnya.

Setelah mendapat persetujuan, Alvira mengambil ranselnya dan berpindah duduk ke sebelah Diana. Diana tahu jika ada yang tak beres dengan sahabatnya itu, niat hati Diana ingin bertanya sebenarnya ada apa. Tapi ia urung, karena setelah berpindah duduk ke sebelahnya, Alvira langsung menelungkupkan kepalanya diatas tangannya yang terlipat.

Gadis itu jelas tak ingin diganggu sekarang.

***

Berdiam lumayan lama di ruang UKS, Adrian pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas.

Memasuki kelas, Adrian langsung menghembuskan napasnya dengan pasrah tatkala matanya melihat jika gadisnya itu sudah berpindah duduk ke sebelah Diana.

Ia tahu benar jika Alvira marah besar padanya sekarang, tepat ketika ia berjalan melewati meja Diana, Diana menatapnya dengan tatapan tajam. Dari matanya bisa terlihat jika gadis itu meminta penjelasan perihal keadaan Alvira sekarang.

Adrian tidak merespon apapun. Ia hanya melewati Diana begitu saja, dan duduk di bangkunya. Dari sana ia menatap punggung Alvira, ingin sekali rasanya ia mengelus punggung gadisnya itu dengan lembut.

"Yan," itu suara Raka. Lelaki yang duduk di belakang bangku Adrian itu memanggilnya.

"Kenapa?"

"Gimana sama bokap lo?" Tanya Raka dengan berbisik, takut jika ada orang lain yang mendengar.

Adrian mengedikkan bahu, "gak tau. Gue pusing sekarang." Kemudian laki-laki itu berdiri dari bangkunya, membuat Raka bertanya mau kemana?

"Nyebat."

Alvira. Gadis yang sedang menelungkupkan kepalanya itu jelas mendengar Adrian menyebutkan kata nyebat. Dengan cepat ia mengangkat kepalanya, kemudian matanya menangkap punggung Adrian yang sedang berjalan keluar diikuti oleh Raka di belakangnya.

Sumpah Adrian, lo kenapa jadi gini sih?

Terhitung sudah setahun lebih, cowok bernama Adrian Andromeda itu tidak menyentuh sama sekali yang namanya rokok.
Lebih tepatnya ketika ia mulai berpacaran dengan Alvira.

Sebenarnya itu adalah janji. Janji yang ia buat pada Riza—abangnya Alvira, bahwa ia tidak akan merokok lagi jika berpacaran dengan Alvira.

Tetapi hari ini, dengan bodohnya cowok itu berkata akan merokok.
Ya, Adrian Andromeda mengingkari janjinya.

***

Sambil menatap kearah langit yang sedikit mendung di rooftop sekolah. Adrian menyesap rokoknya, lalu menghembuskan asapnya dan membiarkan asapnya mengudara. Masa bodoh jika setelah ini ia akan masuk BK lagi karena ketahuan merokok di sekolah.

"Tiba-tiba banget lo ngerokok? Udah setahun loh?"

"Gue pusing, rasanya kepala gue mau pecah."

Raka mengangguk-angguk paham. Karena, siapa juga yang tidak pusing alias stress kalau disuruh manggil orang tua ke sekolah karena habis buat onar?

Raka ikut mengambil satu batang rokok, menyalankannya dengan pemantik kemudian menghisapnya dengan perlahan.

Masih menikmati menghisap rokoknya, tiba-tiba saja pikirannya teringat dengan sosok Alvira. Ia menoleh pada cowok di sampingnya, "berantem sama Vira ya lo?"

Adrian mengambil alih rokok yang ada di bibirnya dan mengapit batang tembakau itu di antara dua jarinya. "Kenapa bisa mikir gue berantem sama Vira?" Tanyanya.

"Anaknya datang-datang langsung pindah duduk di sebelah Diana, ketara banget kalau Vira lagi ngehindandarin lo."

"Vira marah karena gue gak ngasih tau dia, kalau Papa dipanggil buat datang ke sekolah besok," lirihnya. Sambil matanya menerawang mengingat betapa kecewanya wajah gadisnya itu saat tahu Adrian meyembuyikan hal itu darinya.

"Lo masih belum cerita ya sama dia, hubungan lo sama bokap lo gimana?" Raka bertanya dengan hati-hati, karena Raka tahu benar jika Adrian sedikit sensitif jika sudah menyangkut tentang Papanya itu.

"Udah, gue ceritain semalam."

Raka mengernyit, "lo udah bisa ceritain hal itu ke Vira. Tapi, kenapa lo malah gak ngasih tahu dia tentang bokap lo disuruh datang ke sekolah?"

"Gue... Takut Vira kepikiran." Sahutan Adrian benar-benar membuat Raka sedikit emosi. Jawaban yang sangat tidak masuk akal, pikirnya.

"Lo goblok sumpah." Raka marah sekarang, ia berdiri membuang puntung rokoknya asal lalu menginjaknya.

"Lo tau gak? Gue bersyukur banget Alvira itu masih mau bertahan pacaran sama lo, tanpa tahu apa-apa tentang lo. Pasti selama setahun ini dia nahan-nahan banget buat gak nanyain tentang keluarga lo. Dan gue bisa bayangin betapa senang dan leganya dia waktu lo nyeritain tentang masalah lo sama bokap lo ke dia semalam."

"Dia pasti merasa kalau sekarang dirinya penting dan juga berguna, karena setelah sekian lama akhirnya lo cerita ke dia masalah lo sama bokap lo."

"Tapi sekarang gue bingung banget sama lo Adrian Anjinggg." Raka sudah naik pitam, "kenapa lo malah milih nyembunyiin kalau bokap lo dipanggil ke sekolah, dan bikin dia kecewa?"

Adrian hanya diam tidak merespon apapun, membuat Raka menjadi kesal.

"Tahu ah, ini masih mending ya dia cuman marah sama lo. Untung aja lo gak langsung diputusin karena udah kecewa berat sama lo."

"Ya jangan sampe putus lah?!" Adrian merespon, sedikit takut dengan ucapan Raka barusan.

"Yaa kalau dia udah ngerasa capek, kecewa, dan ngerasa gak pernah dianggap sama lo. Bisa aja kan dia mutusin lo?"

"Yaelah Raka anjing, jangan bikin gue overthinking!"

"Makanya selesein lah masalah lo. Jangan malah nyebat! Udah minta maaf belum sih lo sama Vira?"

Adrian bergeleng. "Belum."

"Monyettt! Capek gue temenan sama lo!" Ujar Raka sambil memijit kepalanya pelan.

•••
Bersambung

•••Bersambung •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ADRIAN | SunwooWhere stories live. Discover now