d u a b e l a s

30 8 0
                                    

Terlahir dengan harta yang berlimpah ternyata tidak menjamin hidup bahagia.
•••

Menikmati angin sore ibu kota, Adrian membawa pelan mobilnya. Sambil memutar lagu Perfect milik One Direction.

Sesekali melirik ke samping melihat Alvira yang ikut menyanyikan lagu milik One Direction itu.

"Sayang, nanti lagi yah?"

Alvira menautkan alisnya bingung menatap kearah Adrian yang duduk di kursi pengemudi.

"Itu, pelukan sambil boboan. Nanti lagi yah?" Jelasnya.

"Iya."

Adrian nyengir mendengar sahutan Alvira. "Kok di rumah tadi sepi? Papa gak ada di rumah ya Yan?"

Dengan masih sibuk menyetir Adrian menyahut. "Iya. Kan kerja dia kalo pagi gini."

"Kamu musuhan banget sama Papa kamu kenapa? Kamu masih gamau ya cerita sama aku?"

Adrian menghentikkan mobilnya tepat ketika lampu lalu lintas berubah merah. Ia menoleh menatap Alvira dengan serius. "Aku benci Papa. Dia gak pernah cerita apapun tentang mama aku, dia bilang beliau udah meninggal. Tapi aku gak percaya, sampe sekarang aku gatau muka mama gimana. Papa gak pernah kasih lihat foto muka mama. Terus yang bikin aku marah banget, Papa suka bawa cewek ke rumah."

Alvira tak sampai hati mendengar cerita dari Adrian barusan. Mata Adrian menunjukkan jika lelaki itu benar-benar sedih. Selama pacaran dengannya, Alvira tidak pernah melihat sisi Adrian yang sedih begini. Jika ditanya tentang keluarga, Adrian selalu menghindar. Dan mungkin itu jadi alasan juga mengapa Adrian tidak pernah sekalipun mengajak Alvira ke rumahnya.

Tapi, hari ini. Selain membawa Alvira ke rumahnya, ia juga menceritakan sisi menyakitkan dirinya tentang keluarganya.

Ternyata terlahir dengan harta yang berlimpah tidak menjamin hidup bahagia.

Adrian kembali melajukan mobilnya pelan ketika lampu lalu lintas berubah hijau. Adrian menoleh ke samping, karena gadisnya itu tiba-tiba saja diam tidak bersuara. "Kenapa diem?"

"Ngga. Cuman aku kaget aja. Ternyata selama ini kamu nyimpen kesedihan kamu kayak gini."

"Biasa paling kalau aku sedih atau marah ya aku balap-balapan."

Alviran meraih sebelah tangan Adrian, menggenggamnya. "Kamu kalo bisa kalau lagi marah atau sedih jangan selalu salurin lewat balap-balapan ya? Kamu bisa kok cerita ke aku, apa gunanya aku sebagai pacar kamu kalau kamu gak ceritain hal kayak gini ke aku?"

"Aku bukannya gak mau cerita sayang. Cuman aku maunya cuman berbagi hal-hal bahagia aja sama kamu. Aku takutnya kamu malah ikut kepikiran kalau aku cerita hal-hal kayak gitu ke kamu."

Jujur saja. Pada awalnya Adrian memang tidak berniat menceritakan hal ini kepada siapapun, termasuk Alvira. Tetapi setelah dipikir-pikir, Alvira juga perlu tahu tentang masalahnya. Karena Adrian sendiri selalu tahu dengan masalah gadisnya itu. Ia juga sering main ke rumah Alvira, kenal dengan abangnya Alvira, juga kenal dengan ibu gadis itu.

Rasanya curang jika hanya dirinya yang selalu tahu mengenai Alvira, tapi gadis itu hanya sedikit tahu mengenai masalahnya.

"Gak papa sumpah. Aku malah mau kalau kamu cerita-cerita gitu sama aku. Pokoknya janji ya kalau ada apa-apa cerita sama aku?"

"Iya," Adrian mengangguk.

Akhirnya mobil Adrian sampai di depan rumah Alvira, "udah sampe yang."

ADRIAN | SunwooWhere stories live. Discover now