E m p a t

149 27 1
                                    

Pagi ini hujan turun. Tidak terlalu deras, tapi mampu membuat seluruh badan menjadi basah kuyup jika nekat berjalan keluar tanpa payung, ataupun menaiki sepada motor tanpa jas hujan.

Hujan di pagi hari ini seperti memaksa Adrian untuk berlama-lama di atas kasur. Tapi, jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06:30 itu berkata lain. 60 menit lagi bel sekolah akan berbunyi, itu artinya Adrian harus bergegas bangun, dan mandi agar tidak terlambat.
Tidak terlambat dalam artian menjemput Alvira. Adrian tahu jika Alvira saat ini sedang marah, maka dari itu ia akan menjemput Alvira dengan membelikannya coklat dan buah kesukaannya. Agar gadisnya itu berhenti marah.

Adrian turun kelantai satu, kemudian menuju dapur untuk memakan roti dan susu yang sudah tersedia di atas meja makan.
Hanya tertinggal satu roti, itu berarti Chandra sudah pergi, bahkan tampaknya Papanya itu pergi sebelum Adrian bangun.

"Aduh den, itu tangannya kenapa? Kok pake perban gitu?"

"Abis jatoh bi," sahut Adrian usai menelan makanannya.

Bi Ijah yang merupakan pembantu rumah tangga di rumahnya itu, menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Gausah khawatir bi. Udah biasa kok ini. Yaudah, Aku berangkat sekolah dulu,"

"Hati-hati ya Den."

Berhubung motornya masih berada di bengkel dan keadaan di luar masih gerimis. Adrian memilih menggunakan mobil, ia masuk kedalam mobil dan mulai melajukan mobilnya menuju ke rumah Alvira.

Jalanan begitu macet, ia baru sampai dirumah Alvira pukul 07:20. Ia turun dari mobil, dan mulai mengetuk pintu.
Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang tampak begitu cantik.

"Hallo tante, Alviranya ada?" Tanya Adrian dengan sopan.

Mila, yang merupakan ibu dari Alvira pun sedikit terkejut melihat Adrian dengan perban di tangannya beserta lebam yang terdapat di sekitar rahang cowok itu. "Yaampun, Adrian. Tanganmu kenapa jadi diperban gitu?"

"Biasa tan, kerjaan anak cowok." Adrian terkekeh.

"Anak cowok emang suka gitu ya." Mila ikut terkekeh, "ohiya, Alviranya udah berangkat sekolah tadi."

"Berangkat sama Riza ya tan?"

"Iya, sama abangnya. Kamu gak dikasih tau sama Vira kalau dia udah berangkat?" Adrian menggeleng. "Kalian berdua berantem?" Tanya Mila lagi.

Adrian menggeleng dengan cepat, "ngga kok tan. Kami ngga berantem. Mungkin Vira cuman lupa ngabarin aja hehe, kalau gitu Adrian berangkat ya tan."

Adrian berpamitan, tidak lupa juga ia bersaliman dengan Mila. Setelahnya ia mulai melajukan mobilnya menuju sekolah.

***

"Lah? Gak bareng sama Adrian lo?" Diana bertanya setelah melihat Alvira masuk ke kelas seorang diri. Biasanya temannya itu masuk ke dalam kelas dengan Adrian di sampingnya.

"Gak," Alvira menyahut singkat. Ia meletakkan tasnya dan duduk di samping Diana. "Gue duduk sama lo aja ya? Lagi males gue duduk sama tuh kutu."

Diana sudah dapat menebak jika sekarang Alvira dan Adrian sedang dalam situasi yang tidak damai. "Pasti lo lagi berantem kan sama tuh kutu?"

"Gak berantem sih, cuman kesel aja gue sama Adrian." Sungutnya.

"Nah tuh orangnya dateng," tunjuk Diana kearah pintu kelas.

Adrian berjalan masuk kedalam kelas. Penampilannya sekarang mengundang banyak tanya dari teman sekelasnya. Wajahnya yang lebam, luka pada sudut bibirnya, tangannya yang diperban, serta caranya berjalan yang sedikit terpincang.

ADRIAN | SunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang