d u a p u l u h

31 6 0
                                    

Siang ini matahari bersinar terik. Panasnya menyengat, tapi ntah kenapa Adrian merasa dingin. Iya, saking gugupnya telapak kedua tangannya berasa dingin.

Saat ini ia dan Alvira berada di parkiran motor di sekolah, menunggu kemunculan abangnya Alvira.

Adrian gelisah, dan tanpa sadar terus mengetuk-ngetuk ujung sepatunya ke tanah.

"Lo sakit?" Alvira cemas melihat wajah Adrian yang tempak memucat. Ia meletakkan telapak tangannya di dahi pacarnya itu. Tapi tidak panas, normal normal saja.

"Sumpah Vir. Gue gugup banget. Izin sama Riza buat ngajak lo ke tempat balap lebih serem, dari pada minta izin buat jadiin lo pacar gue."

Alvira tertawa kencang. "Dicoba aja dulu."

Hanya selang beberapa menit, Riza memunculkan sosoknya di parkiran. Riza berjalan menuju motornya yang terparkir, yang berada tepat di samping Adrian dan Alvira berdiri.

"Ngapain di sini? Bukannya berangkat tadi pake mobil?"

"Itu bang, katanya Adrian mau ngomong sama abang." Alvira melirik kearah Adrian. "Ayo ngomong, cepet!"

Adrian mengatur napas terlebih dahulu. Ketika rasa gugupnya sedikit hilang. Barulah ia mengucapkan sesuatu pada Riza.

"Bang, Vira gue ajak ke florez boleh ga?"

Kening Riza sedikit berkerut, rasanya nama florez tidak asing di telinganya itu. "Tempat balap maksud lo?" Adrian mengangguk.

"Ngapain bawa adek gue kesana?"

Alvira hanya diam memperhatikan, menunggu kalimat apa yang akan diucapkan Adrian.

"Gue ada balapan sama Bagas bang malam ini. Tapi, Vira ga kasih izin. Dia ngizinin kalau dia juga ikut nontonin gue balapan."

"Balapannya jam berapa?"

Adrian kembali gugup, pasalnya ia akan bertanding tepat di jam 12 malam. Pasti lah si Riza tidak memberikan adiknya itu keluar pada tengah malam begitu.

"Jam 12."

Riza diam. Adrian menatapnya dengan jantungnya yang sudah berdegup tidak karuan. Ya kalau tidak dikasih izin ya apa boleh buat, tapi takutnya Riza tiba-tiba melayangkan bogeman ke wajahnya karena sudah berani mengajak Alvira ke tempat balapan.

"Gue izinin, tapi gue juga ikut ke sana."

Akhirnya Adrian bisa bernapas lega sekarang. "Beneran bang?"

"Iya. Nanti lo jemput aja Vira di rumah."

"Akhirnya ya Yan?" Alvira tertawa. "Tau gak bang? Tadi di kelas dia udah frustrasi duluan, padahal minta izin aja belum."

Riza hanya membalas dengan tertawa. "Udah ya, abang mau ke tempat les dulu."

"Iya. Dadah abanggg."

"Hati-hati bang." Ujar Adrian.

Setelahnya, Riza pun melajukan motornya. Sedang Adrian dan Alvira balik berjalan menuju parkiran mobil di sekolahnya.

***

Keduanya kini sedang berada di salah satu rumah makan padang. Karena sebelumnya Adrian terlampau gugup, dan membuatnya menjadi lapar, akhirnya ia membelokkan stirnya menuju rumah makan padang.

"Makan yang bener." Tegur Adrian yang melihat ada sebutir nasi di sudut bibir Alvira.

Gadis didepannya tidak menghiraukan. Ia pikir maksud dari kata-kata Adrian tadi agar ia tidak memainkan ponselnya sambil makan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 07, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ADRIAN | SunwooWhere stories live. Discover now