[44] Kejujuran

5.9K 408 513
                                    

"Setelah bunga bermekaran, tampaknya sudah tak akan sama dengan sebelumnya. Dan setelah mengetahui kebenaran, mungkin semua tidak akan sama lagi."

☘️☘️☘️

"Saka sama Cindy ... sepupu?"

Tanpa diluar dugaan, Asya dapat melihat Saka menggeleng tanpa ragu. "Bukan."

Asya terdiam cukup lama, berusaha mengartikan perkataan Saka barusan. Jika lelaki itu dengan Cindy bukan sepupu, lantas, hari-hari dimana ia merelakan Saka menjemput Cindy, mengurus Cindy, dan meninggalkan dirinya hanya demi Cindy, yang aslinya bukan siapa-siapa Saka, apakah itu sama saja dengan ia membiarkan seorang perempuan lain mengusik hubungannya dengan Saka?

Atau kah mungkin memang di sengaja.

"Saka ... bohongin Asya?" lirihnya dengan mata yang mengarah pada Saka seutuhnya.

"Soal apa?"

Asya dapat melihat Saka dengan santainya bertanya demikian.

"Saka dengan Cindy ... bukan sepupu."

Saka menggeleng kuat. "Gue gak pernah bohong soal itu," akunya. Saka meraih kedua pundak Asya, lalu balas menatapnya. "Dengar. Gue gak pernah mengaku jadi sepupu Cindy, begitupun sebaliknya. Sekarang gue tanya, dari mana lo ambil kesimpulan bahwa gue dengan Cindy sepupu?"

Gadis itu kembali bungkam.

"Dari perkataan beberapa orang di sekolah, kan? Hei, tatap gue," pinta Saka saat melihat Asya menunduk. "Sekarang apa yang bebanin pikiran lo?"

Suasana yang sedikit sepi, dengan pengendara yang berlalu hanya sedikit tak jauh dari tempatnya sekarang. Gadis itu lantas meneguk salivanya sejenak.

"Jadi, selama ini perhatian Saka ke Cindy itu apa?"

"Gue-"

"Saka harus jawab jujur, Asya gak mau Saka bohong," potong Asya cepat.

Saka menghela napas sejenak, lalu tersenyum simpul. "Gak ada perhatian lebih, gue cuman khawatir dengan dia."

"Terus ... dengan Saka yang pergi ninggalin Asya demi nganter Cindy, Saka gak khawatir sama Asya?"

Saka menggeleng. "Bukan gitu."

"Saka suka sama Cindy?"

Pertanyaan tiba-tiba itu berhasil membuat Saka diam bak patung. Dirinya tampak berfikir sejenak, entah karena apa ia malahan berfikir, yang jawabannya sudah sangat jelas.

"Nggak."

"Alasan Saka dekat sama Cindy, apa?"

"Gue udah kenal dia dari SD, wajar gue dekat sama dia."

Entah perasaan apa yang menggerogoti Asya, ia merasa seperti ada sesuatu yang menusuknya. Bibirnya bahkan sampai tampak kelu hanya untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata pun lagi. Pengakuan Saka barusan, berhasil membuat Asya bungkam.

Melihat Asya yang diam, Saka lantas memperbaiki tatanan poni gadis tersebut yang berantakan akibat tiupan angin. "Gak usah khawatir. Gue gak pernah suka sama dia, kalau itu yang lo pikirin."

TARASYA [END]Where stories live. Discover now