[46] Mendekat dan Menjauh

12.1K 521 419
                                    

Di sebuah ruangan yang cukup luas, dan di dominasi oleh warna biru dan putih, seorang gadis mungil tengah bergulung di dalam selimut dengan tubuh yang bergetar hebat. Isakannya sedari tadi tak pernah berhenti.

"Sya, udah. Gak usah nangis. Percuma."

Asya menyembulkan kepalanya keluar dari selimut, lalu tangannya menyeka air mata menggunakan selimut.

"Isaa ...."

Risa bangkit dari kasur, lalu berjalan mengambil segelas air, kemudian kembali mendekati Asya. "Keputusan lo udah benar. Minum dulu."

Gadis itu menerima air minum dari Risa, lalu meneguknya dengan sangat sedikit.

Tak berselang lama, suara ketukan pintu terdengar dari arah luar kamar. Risa dengan cekatan bangkit dan membuka pintu kamarnya.

"Mama," gumam Risa.

Zara tampak menengok ke dalam kamar putrinya, lalu kembali menatap anaknya dari atas sampai bawah. Merasa seperti terintimidasi, Risa menutup pintu kamarnya lalu menatap Mamanya dengan bingung.

"Asya kenapa?"

"Itu ... histeris dia. Aku pusing cara hentiinnya gimana," adunya dan bersandar pada tembok di belakangnya.

"Asya orangnya gampang banget di bodohin, aku gak suka liatnya kalau dia di manfaatin gitu, Ma. Mentang-mentang Asya orangnya gampang percaya, dia main manfaatin aja." Ia kemudian menatap Mamanya. "Cara ubah Asya gimana? Ada ide gak, Ma? Biar Asya bisa lebih tegas, gak gampang ketipu."

Zara menarik tangan putrinya untuk duduk di salah satu kursi yang tak jauh. Lalu tampak bergumam sejenak.

"Kepribadian seseorang itu gak bisa di ubah, semua ada prosesnya. Kalau mau Asya bersikap lebih dewasa, gak gampang di bodohi, itu bisa aja. Semua tergantung kalau dia mau, keadaan sekitar juga mendukung. Di banding kamu mau ubah sikap Asya, mending tenangin dulu."

"Segala cara udah aku coba, Ma. Gak ada yang mempan."

Zara mengusap rambut anaknya, lalu tersenyum singkat. "Kalian udah saling kenal dari bayi loh. Mama yakin, kamu pasti bisa buat Asya mendingan."

Risa tampak terdiam, kemudian mengangguk mengerti.

"Ah, iya. Di luar ada yang nyariin kamu, katanya penting."

"Siapa?"

"Mantan kamu— ekhm, Relka."

Risa tampak memutar bola matanya malas, gadis itu sedikit mendengus kala mendengar nama itu. Dirinya tiba-tiba kesal karena mengingat ucapan Saka tadi. Dirinya tak murahan. Risa akan membuktikannya.

"Usir aja, Ma," ujarnya berusaha tak peduli.

"Yakin nih, Mama usir? Biasanya juga kan, kamu ...."

"Maa." Risa menatap Mamanya dengan tatapan memohon. "Usir aja. Kalau dia gak mau pergi, busur aja sekalian. Sampai mati kalau perlu."

Zara bangkit dari duduknya dengan tersenyum merekah.

"Sesuai permintaan anak Mama. Jangan sampai nyesal, ya."

'Gak akan, Ma. Dia lebih brengsek dari Saka. Gak ada kata nyesal.'

***

Risa ikut merebahkan tubuhnya di samping Asya. Menatap langit-langit kamarnya dengan tenang.

"Asya boleh tau gak, Isa?"

"Apa?" Risa berbalik dan menatap Asya.

Asya ikut mengubah posisinya, lalu mengambil satu boneka dan memeluknya erat. "Isa tau semuanya dari mana? Isa udah tau lama, ya?"

TARASYA [END]Where stories live. Discover now