[69] Menolak

8.6K 517 214
                                    

MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN SEMUA... MAAF KALAU AKU ADA SALAH, TERMASUK MAAF KARENA KELAMAAN UP🙏

BUAT YANG LUPA ALUR, SILAHKAN BACA PART SEBELUM INI.

SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA KALIAN GAK BOSAN😊

****

"Buburnya habisin! Asya bakal pulang kalau Saka gak makan."

Mendapat ancaman demikian, mata Saka seketika membulat. Mau tak mau, ia kembali memakan suapan bubur dari Asya. Meskipun rasanya ... hambar.

"Udah, ya?" ujar Saka memelas. Bahkan wajahnya sudah merenggut.

"Emang gitu, Kak. BangSak suka menggalau makan bubur," timpal Aska yang duduk di sofa, anak laki-laki itu sibuk dengan ponsel di genggamannya sambil bermain game.

"ANJIR! BANG AS, TOLONGIN!" histeris Aska, wajahnya yang menahan kesal kini terlihat jelas kala hampir saja kalah dalam permainannya.

"Lawan goblok!" hardik Asgan yang tak kalah sewot.

"Gue hampir isdet! Lindungi gue dengan kekuatan lo, Bang."

Asgan membuang napasnya kasar. "Udah. Gue mau ke kantin," katanya. Lelaki itu kemudian melempar asal ponselnya dan beranjak dari duduknya.

"Heh! Gila lo? Ini ranked, entar kalah!"

"Bodoamat!"

"Wah." Aska tampak berdecak kesal. "Asli, bukan Abang gue. Gue gak mengakui lo sebagai Abang. Hus, sono, pergi!"

"Budeg kuping gue," gumam Asgan. Lelaki itu kemudian menatap Asya yang masih sibuk menyuapi Saka.

"Ka ... gue ke kantin dulu, mau makan," pamitnya pada Saka.

Bukannya menatap Asgan, Saka malah menatap Asya. "Kamu belum makan? Mau ikut sama Asgan?"

Asya menggeleng kuat. "Asya udah makan."

Gadis itu menatap kedua lelaki di hadapannya yang wajahnya hampir sama. Matanya kian memicing guna mencari perbedaan di antara keduanya. Dan ketemu! Asgan yang memiliki mata kecoklatan, dan Saka matanya yang hitam gelap.

Dalam hati, ia bangga akan dirinya yang menemukan perbedaan sedetail itu.

Mungkin, masih ada. Seperti badan Saka yang sedikit kurus beberapa hari ini, entah apa penyebabnya, dan Asgan yang badannya sedikit berisi. Padahal, jika boleh jujur, tubuh Saka dulu sangat proporsional.

Asgan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun lagi, kini berjalan keluar dari ruang rawat. Meninggalkan Asya dan Saka. Jangan lupakan Aska yang masih sibuk bermain game.

"Sayang, udah," tahan Saka kala Asya kembali ingin menyuapinya bubur.

Tangan Asya berhenti di udara, matanya yang polos itu mengerjap beberapa kali saat mendengar panggilan Saka untuknya. Telinganya tak salah dengar kan? Saka memanggilnya sayang?

Saka merebut mangkuk di tangan Asya, dan menaruhnya di nakas. Ia kemudian meraih sebelah tangan Asya, yang kemudian ia letakkan di atas kepalanya.

"Kepala aku sakit," katanya. "Usap."

Melihat Asya yang masih mematung, Saka terkekeh kecil. Ia lantas menarik pipi gadis itu gemas.

"Kenapa, hm?"

Baru tersadar, darahnya seolah berdesir, wajahnya terasa panas. Dan Asya yakin, pasti wajahnya kini sudah memerah.

"Jangan panggil Asya gitu," ujarnya dengan sebisa mungkin menahan kegugupannya.

TARASYA [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum