[5]dua air

2.7K 707 62
                                    

Vote vote🙌💗

...

"Maaf, saya gk bisa nolak apa yang ibu saya titahkan. Saya bukan mau berniat menghindari kamu, saya berani bersumpah"

"....."

"Iya, nanti saya ganti kesalahan hari ini di hari lain."

"...."

"Saya juga rindu kamu"

Jeyden segera mengakhiri percakapan nya lewat telepon ketika Hanum datang membawa beberapa selimut tebal

"Ah, ini selimutnya" Hanum memijat bahu kanannya dengan tangan kiri, dia baru saja selesai membersihkan kamarnya dan membantu mbok inem. Itu adalah kebiasaan Hanum karna dasar bersih-bersih dan kegiatan rumah lainnya adalah hal yang harus setiap wanita tahu

Jeyden membuka jendela kamar Hanum, ah tepatnya untuk sekarang ini akan di tempati Jeyden dan Hanum. Tidak mungkin mereka berkunjung sebentar jadi mereka akan menginap 3 hari di sini, Jeyden melihat pekarangan luas dan rembulan yang terpampang jelas nan indah

"Kamu belum mau tidur?"

Jeyden hanya menggelengkan kepalanya tanpa menoleh dan menjawab

Hanum mendesah pelan.

"Tolong hargai saya, setiap kali saya berbicara. Saya merasa seperti angin lalu yang selalu di abaikan" Hanum kali ini berterus terang, jujur ia jengah setiap kali mendapati respon suaminya yang diam

Pria blasteran tersebut menoleh ke Hanum, mendekatkan pelan. Kali ini tatapannya melembut, sedikit sadar atas perlakuannya yang sudah kelewatan acuh

"Maaf" satu kata singkat yang keluar dari mulutnya

Hanum hanya tersenyum kecil, ada goresan sedikit di hatinya. Entah apa itu, bahkan biasanya ia tidak peduli di acuhkan ataupun di pedulikan namun kali ini ada sedikit rasa sebal yang ia rasakan

Setelahnya Jeyden mengambil satu selimut dan bantal, ia taruh pada kursi sofa panjang di dalam kamar. Apalagi? jeyden pastinya tidur di sana, dan jangan sekalipun berfikir bahwa Jeyden akan tidur satu ranjang dengan Hanum

Selama ini mereka tidak tidur bersama, satu ruang namun memberi jarak.

Hanum terbuyar dari ketermenunangannya, melangkah menaiki ranjang dan memposisikan tidur dengan langkah terakhir menarik selimut keatasa hingga ke ceruk lehernya

Jeyden membuka matanya, berpikir akan sesuatu yang selama ini menghantuinya

Kemudian ia memilih bangkit dan mendudukan dirinya, menghadap ke Hanum yang tertidur disana. Hanya pundak yang ia lihat

"Saya ingin bicara sesuatu"

Tak ada sautan.

"Saya tau kamu belum tidur, kalo kamu tidak mau merespon tidak apa setidaknya dengarkan ini" Jeyden menjeda ucapannya dan mengambil nafas dalam-dalam

"Jika kamu dalam proses beradaptasi dengan saya, Jika kamu sedang dalam proses dimana kamu mencoba menyukai saya,,, Dan Jika kamu juga awalnya merasa terpaksa. Tolong..."

"Mulai sekarang berhenti"

Depp

Hanum merasakan sayatan pedih di dadanya, ia memang benar belum tidur. Tidak, ia tahu hal-hal menyakitkan akan selalu keluar dari mulut suaminya, ia juga tahu mereka sama-sama terpaksa dan ia merasa sangat tahu kalau dia tidak mencintai Jeyden

Jadi seharusnya ini tidak menyakitinya.

"Saya akan berhenti mengabaikan kamu kalau kamu mau setuju, di antara kita tidak ada yang cinta. Pernikahan ini terpaksa, mari suatu hari nanti,"

Jodoh 1995✓Where stories live. Discover now