[11] Cemburu?

2.7K 620 43
                                    

.Budayakan vote sebelum membaca-HAPPY READING!

.......

Mata elang itu sedang terfokus pada kaki indah istrinya, yg mendapati beberapa memar merah akibat terkena sup panas tadi. Tangan berurat itu juga tak lupa mengompres kaki itu dengan air dingin.

Hanum hanya terdiam tidak percaya, bahkan mungkin dia lebih percaya Singa lahir dari rahim Harimau ketimbang apa yang ada di hadapannya kini

Ia kira, yang di lakukan Jeyden hanya semata-mata menjaga citra keluarga nya di hadapan orang-orang New Zealand tadi. Namun laki-laki itu serius mengobati kakinya dengan sungguh-sungguh.

Hanum mengangkat tangannya, hendak mencapai kepala Jeyden yang masih menunduk. Ingin sekali dia mengelus pucuk kepala sang suami dan mengucapkan terimakasih, namun-hubungan mereka tak seintim itu
Jadi dia mengambil lagi tangannya yang menggantung di udara, ia teralih pada Jeyden yang tiba-tiba saja berhenti mengolesi salep

Laki-laki itu berhenti namun matanya masih menatap kaki Hanum, atau lebih tepatnya menatap daerah telapak kaki

"Luka apa ini?" Jeyden menunjuk pada permukaan telapak kaki dan sekitarnya

Hanum mengernyitkan dahinya
Mengecek kakinya sendiri, ia ingat-ingat lagi luka itu.

"Ah, itu" Hanum baru ingat

"Kemarin nggak sengaja kegores beberapa ranting saat masuk kebun bunga"

Jeyden mengangguk pelan, lalu ia meraih lagi telapak kaki Istrinya.

"Sudah di obati?" Tanya nya, terdengar peduli meski wajahnya tampak datar

Hanum mengangguk.
"Waktu itu di obati mas Mahesa" jawabnya tanpa pikir panjang

Jeyden spontan mendongak, menatap Hanum lebih dingin dari sebelumnya.

Lalu laki-laki itu berdiri menata kotak p3k dan menaruhnya di atas nakas, dia melenggang pergi meninggalkan Hanum tanpa sepatah kata pun. Membuat Hanum terdiam sesaat menatapi punggung suaminya yang semakin lama semakin jauh

"Saya belum ber terimakasih padahal" monolognya

....

"Kenapa dengan wajah kauu itu lah" tanya seorang pria sebayanya dengan logat medan dan kaos oblong putih serta badan yang bidang menambah kesan maco

Mahesa menghela nafasnya panjang, menatap langit-langit mendung yang tak kunjung hujan-sebelum menjawab pertanyaan teman dekatnya

"Biasa Din, keluarga majikan saya ribut lagi."

Din?; Ya BASKARA JAENUDIN NAMANYA

Din?; Ya BASKARA JAENUDIN NAMANYA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jodoh 1995✓Where stories live. Discover now