[31]senyuman:彡

2.3K 541 39
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA.
HAPPY READING!

•••

Tak terasa dua bulan telah berlalu, status Hanum masih sama. Ia masih bergelar istri dari laki-laki bernama Aldrich Jeyden dewangga.

Selama masa berlalu mereka semakin canggung dan semakin tak ada interaksi.

Mungkin adanya interaksi kecil seperti Jeyden yang kebingungan mencari setelan kemejanya yang tak kunjung ia temukan.

Selebihnya..

Mereka masih seperti kayu mati yang semakin lapuk, tua dan hancur hingga punah.

Hanum sendiri tak pernah mendengar adanya keributan antara ibu mertuanya dan sang suami di rumah itu lagi.

Menjelang sore yang di sambut langit senja membuat mata itu terbuai. Hanum mendongak, tangannya masih kotor karena ia membantu ibu mertuanya menyirami bunga hingga memupuk bunga dari tadi pagi

Wanita itu masih betah terduduk di tanah.

Kedua tangannya ia gunakan sebagai penyanggah di belakang lalu ia meluruskan kedua kaki nya yang sudah lelah.

Nyaman tidak nyaman, Cinta tidak cinta. Ia rasa hidupnya akan terus menerus seperti ini.

Ia tidak pernah sadar bahwa dirinya semakin hari semakin sering melamun dan menyendiri.

Ibu mertuanya?
Oh, Ajeng telah selesai di siang hari tadi karena mendadak ada urusan.

Jadi lagi dan lagi Hanum akan tertinggal sendiri.

Apakah garis takdirnya memang 'sendiri'?

"Melamun terus perasaan" celetuk seorang laki-laki yang datang dari belakang reflek membuat wanita itu menoleh

Mendapati Mahesa dengan senyuman khas membawa toples berisikan Kue di tangannya

Hanum hanya melempar senyum untuk menanggapi ucapan yang tadi

"Ah" desah Mahesa kala pantatnya telah mendarat di tanah dengan lancar dan lega.

Ia menoleh dan tersenyum pada Hanum, lalu ia membuka tutup toples dan memperlihatkannya pada wanita itu

Hanum mengerutkan keningnya lalu menatapi kue-kue yang terisi penuh di toples tersebut, ia membelalakkan matanya kala menyadari bentuk kue tersebut

"Wah" Hanum terpukau

"Ehehe" Mahesa terkekeh di buatnya, itu adalah reaksi yang sangat Mahesa ekspektasi kan

"Ambil gih" suruh Mahesa pada wanita yang masih belum melunturkan senyumnya lantaran betah memandangi bentuk kue itu

Hanum meraih satu kue dengan senang hati, "terimakasih mas Mahesa"

"Sama-sama"

Mahesa meluruskan pandangannya ke halaman bunga yang begitu luas sembari memakan kue tersebut

Sedangkan Hanum masih saja terpaku pada kue itu, senyum nya tak luntur-luntur

"Gak dimakan?" Tanya Mahesa ketika mendapati Hanum yang hanya memandangi kue di tangannya

"Bentuknya terlalu indah, sampai sayang kalo mau di makan"

Mahesa tertawa kecil, "makan aja. itu saya buat sendiri, khusus" Mahesa memelankan suaranya di akhir ucapan

Hanum mulai menggigit setengah, menyisahkan kue kupu-kupu itu dengan setengah sayap.

Sejenak merasakan cita rasa di kue itu. Hanum terbelalak, tak menyangka rasanya akan seenak ini.

Jodoh 1995✓Where stories live. Discover now