[26]Awal kekacauan:彡

2.2K 592 228
                                    

Budaykan vote sebelum membaca

•••

Wanita itu terpejam dalam perjalannya menuju kerumah sahabat tercinta. Mahesa melirik sesekali wanita itu melihat prihatin dengan keadaanya yang kacau.

Mata wanita itu sembab, dengan memar di wajahnya dan tak lupa rambutnya yang sudah acak-acakan.

Sungguh memilukan, Mahesa memegang setir kuat menahan emosinya sendiri

Jangan sampai Jeyden muncul di depannya sekarang ini, atau harus Jeyden rasakan bogeman keras dari nya.

Tak terasa waktu yang terkuras kini mobil itu berhenti lantas telah sampai pada sebuah rumah yang belum genap seminggu di tinggalnya

Mahesa membuka seatbelt nya, menoleh ke arah Hanum yang masih terlelap. Ah, rasanya tidak tega membangunkan wanita itu untuk sekarang ini

Jadi ia memutuskan untuk menunggu sampai wanita itu membuka matanya.

Mahesa lagi-lagi menoleh untuk melihat wajah itu dengan lekat. Hatinya ikut tergores merasakan betapa sakitnya yang Hanum derita, juga betapa tak berdayanya dirinya yang selalu menahan diri agar tidak melewati batas seperti memeluk dan mengelus wanita itu

Sudah hampir 10 menit, Mahesa masih memandangi wajah Hanum -- tak merasa bosan di buatnya

Hingga kepala Hanum mulai bergerak dan mata itu mulai membuka perlahan.

Ia memegang kepalanya, terasa berat dan pening. Lalu melihat sekelilingnya tak nampak asing

"Kita udah sampe" ucap Mahesa kembali dalam posisinya duduk menghadap kedepan seolah-olah mobilnya berhenti baru saja

"Ah, kalo gitu makasih Mas Mahesa"
Hanum membuka pintu mobil dan berjalan sekuat yang ia bisa, Mahesa tak tinggal diam ikut keluar memegangi bahu Hanum berjalan lebih dekat ke arah pintu rumah Renjina

"Makasih sekali lagi"

Mahesa menggeleng tulus, "udah tugas saya" tuturnya tak melunturkan senyumnya

Senyum yang mampu membuat Hanum mau tak mau ikut tersenyum. Ada seutas kelegaan yang tersirat di senyuman laki-laki itu

Mahesa mengetuk pintu rumah Renjina sedangkan Hanum mulai memanggil nama sahabatnya "Jinaaa... Renjina. Assalamualaikum"

Tok tok

"Assalamualaikum mbak Renjina" Mahesa ikut membantu, tak mungkin ia pergi begitu saja meninggalkan Hanum yang belum di bukakan pintunya

"Naa... Renjina"

Klek

Seorang wanita dengan kaus oblongnya dan wajah kantuk itu muncul dari balik pintu

Mengusap-usap matanya terkejut dengan kehadiran Hanum. "Loh? Hanum? Kok malem-malem gini-"

"Ceritanya panjang mbak, tolong ajak Non Hanum masuk segera. Di luar dingin" timbrung Mahesa membuyarkan pandangan mata Renjina yang terlalu fokus pada Hanum

"Ah iya, Masuk Num." Renjina menarik tangan Hanum pelan memasuki kediamannya

"Mas Mahesa masuk juga"

"Siap mbak, sebentar mau memarkirkan mobil"

Mahesa kembali ke mobil dan memindahkannya dari jalanan ke halaman rumah Renjina.

Renjina mendudukkan sahabatnya itu dan bergegas cepat ke dapur membawakan teh dan kopi untuk Hanum dan Mahesa. Kemudian kembali kedepan menyajikan.

Renjina mengamati seksama keadaan Hanum.

Jodoh 1995✓Where stories live. Discover now