[17] Kebenarannya:彡

2.2K 555 27
                                    

Budayakan vote sebelum membaca
HAPPY READING!

•••

    Jeyden berjalan keluar dari ruangan rapat, setelah berdiskusi tentang saham kepada beberapa pemegang. Mengolah perusahaan di usianya yang masih belia cukup membuatnya ketar-ketir

Belum lagi ada banyaknya pesaing dari industri lain membuatnya masih membutuhkan bantuan sang Ayah

"Jeyden, Ayah perlu bicara dengan kamu" seru seorang pria paruh baya yang berjalan di belakangnya

Jeyden menoleh santai, dan di angguki pelan kemudian mengikuti kemana Ayahnya yang pergi ke lantai atas dimana ruangan kerjanya berada

"Kenapa Yah?"

Tn. James duduk terlebih dahulu, dan mempersilahkan anaknya untuk ikut duduk di depannya menghadap pas

"Ini bukan menyangkut pekerjaan maupun tentang Aji"

Jeyden menautkan kedua alisnya bingung, "terus? Yang mau Ayah bicarakan apa?"

James mengambil beberapa tangkapan foto di dalam amplop yang ada di atas meja, membuka dan mengeluarkan cetakan foto-foto tersebut

Jeyden menajamkan matanya, "ini?"

Jeyden benar-benar kaget, seperti tersengat lebah jumbo ia membeku tak dapat mengeluarkan kata-kata lagi setelah melihat beberapa cucian foto yang berjumlah 3

Menampilkan kedua insan yang saling mengelus pucuk kepala di depan pintu sebuah rumah tak asing baginya

Bagaimana Jeyden tak mengenali salah satu yang ada di gambar itu, Bagaimana? Dia tak mengenali dirinya sendiri

Jeyden sontak berpindah dari yang duduk di kursi kerja kini terduduk di lantai menunduk tak berani menatap mata Ayahnya. Berlutut pada Ayahnya, " Ayah, Jeyden mohon Yah untuk percaya pd Jey bahwasanya wanita yang ada di dalam Potret itu hanya teman biasa. Tidak lebih Yah"

James memejamkan matanya sendiri, antara kesal dan tak habis fikir mengenai masalah ini.

Namun sedikit lega juga dapat menciduk anaknya yang berbuat salah, artinya ia masih bisa untuk menasehati anaknya agar tak melanjutkan hal yang dapat di katakan bejat

"Nak, Tidak ada pertemanan yang seperti itu antara laki-laki dan perempuan. Apalagi dengan kondisi sekarang ini faktanya kamu telah beristri"

Jeyden meremat ujung baju nya, menunduk malu untuk menatap sang Ayah, "M-maaf Yah." Hanya kata singkat itu yang dapat keluar dari bibirnya yang kelu

"Istighfar Jey" seru Tn.James, pergerakan kursi kerjanya memutar

James membelakangi Jeyden dan menatap pemandangan gedung-gedung tinggi lainnya yang nampak jelas dan hanya terhalang kaca besar

"Putuskan hubungan terlarang itu"

Jeyden mendongak, menatap Ayahnya dari belakang.

"Ayah mohon dengan sangat, tinggalkan wanita itu. Dan mencoba untuk menerima Hanum"

"Ayah tidak pernah meminta seperti ini nak, beruntunglah hanya Ayah yang tahu mengenai hal ini. Kalau sampai ibumu tahu——"

James menggantungkan ucapannya, berputar kembali menatap mata sang anak

"—– kamu pasti tahu kan ibumu itu bisa melakukan apa saja"

Jeyden meneguk salivanya, ia tahu hari ini akan terjadi
Hari dimana kebenarannya terkuak, namun tak pernah ia sangka akan secepat ini

"Putuskan dengan cepat dan tegas" tn.James berdiri dari duduknya, menatap lurus dan datar lalu berjalan pergi melewati Jeyden yang masih terduduk di lantai

Jodoh 1995✓Where stories live. Discover now