Bab 21 : Langit Penuh Bintang

4.8K 255 9
                                    

21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21. Langit Penuh Bintang

Caca kini menunggu di dalam mobil Jeep Wrangler hitam yang Zafran bawa ke pintu depan bumi perkemahan. Entah apa yang laki-laki itu lakukan di pos penjaga itu sampai membuat Caca menunggu setengah jam di atas mobil. Apalagi rasa kesal yang belum juga usai, membuat Caca makin resah di dalam mobil ditambah dumelan yang tak ada henti-hentinya.

Tak lama dari Caca menanti yang cukup panjang, laki-laki dengan celana loreng dan jaket bomber hitam polos itu berjalan menuju mobil Jeep yang Caca tumpangi. Dia membuka pintu dan masuk ke bagian kursi kemudi, dia menaruh sekotak paket yang masih di balut plastik hitam itu ke jok belakang.

Caca yang masih dalam mode kesal tidak mau bertanya apapun mengenai apa dan kenapa laki-laki mengambil barang semalam ini. Dia hanya duduk di kursi samping kemudi dengan tatapan lurus ke depan dan tangan yang terlipat di dada.

"Maaf buat kamu nunggu lama."

Ini dia ngomong gini kenapa gue berasa lagi pacaran sama dia sih? Batin Caca.

"Maaf masalah narik kamu dengan kasar buat ikut saya."

Oh iya dia kan narik kasar gue biar ikut.

Tak ada kalimat maaf lagi, Zafran kini melajukan mobilnya menyusuri jalan yang kian jauh masuk ke dalam bumi perkemahan. Bahkan mereka melewati tikungan menuju perkemahan mereka, Caca yang sadarpun lantas panik.

Ini orang mau gue kemana?

Seakan tahu isi pikiran Caca lewat mimik wajah gadis itu, Zafran lantas bersuara.

"Nggak usah takut, saya nggak minat buat jadi penculik apalagi berbuat kriminal ke gadis aneh macam kamu."

What? Cewek aneh? Gila ya nih orang nyebut gue aneh? Ya emang aneh sih cuma jangan diperjelas juga dong!

Tak lama mobil Jeep itu berhenti, Caca masih dengan kerisauannya akan Zafran yang agak mencurigakan untuk di percaya.

"Turun."

"Nggak."

Zafran menghela napasnya, dia lalu turun dari mobil dan berjalan ke sisi lain mobilnya. Membuka pintu sisi Caca agar gadis itu turun.

"Ayo. Saya nggak akan macam-macam kok."

"Kalau macam-macam inget ya saya ini alumni anak karate sabuk hitam!"

Zafran terkekeh, dia lantas mengulurkan tangannya kepada Caca untuk dijadikan pegangan gadis itu turun. Alih-alih menerima uluran tangan kekar Zafran, Caca malah turun sendiri dan melenggang meninggalkan Zafran menuju tepian bukit. Iya, kini mereka berada di atas bukit yang lumayan jauh dari perkemahan.

"Wah, bagus banget langitnya!" ujar Caca yang segera mengeluarkan ponselnya untuk memotret keindahan langit bertabur bintang itu.

"Suka?"

Three Little WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang