Bab 42 : Cinta Yang Salah

5.4K 320 36
                                    


Halo, aku perlu seminggu untuk menulis bab ini. Maaf menanti lama, semoga feel nya dapat ya, hehe.

 Maaf menanti lama, semoga feel nya dapat ya, hehe

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

42. Cinta Yang Salah

Kaca mobil turun, wajah cantik penuh energi itu tersenyum kepada pemilik mobil yang nampak khawatir padanya.

"Kamu yakin mau turun disini? Aku antar sampai rumah aja yah?"

"Nggak usah, aku mau beli sesuatu juga disana. Kelamaan kalo nunggu aku belanja."

Zafran menghela napas, dia tidak bisa menang dalam perdebatan dengan Caca. Gadis itu benar-benar keras kepala.

"Nggak usah kecewa gitu dong, aku tau kok menghabiskan waktu sama aku tuh bikin ketagihan. Tapi kan kamu harus balik ke realita kalau waktu luang kamu itu terbatas," goda Caca.

"Hm, karna itu kapan kamu ucapkan tiga kata ajaibnya?" tanya Zafran.

Seketika senyum menggoda itu berubah senyum salah tingkah khas Caca. Sambil memasang wajah tengil Caca membalasnya, "Nanti yah, tunggu dapet bisikan dari ibu peri dulu."

"Aduh, kayaknya aku nggak mampu menunggu ibu peri bisikin kamu, kan waktu luangku terbatas."

Bak bumerang, Caca ditampar oleh kalimatnya sendiri. Bahkan gadis itu menganga kaget dengan cara Zafran membalikkan kata-katanya dengan wajah liciknya itu.

"Astaga, kalo gitu aku tinggal cari pangeran lain aja."

Rahang tegas itu mengeras mengekspresikan betapa tidak terimanya dia atas perkataan Caca. Sedangkan yang berbicara kini tertawa puas atas pencapaiannya yang berhasil membuat lawan bicaranya emosi.

"Kalo gitu aku kumpulin waktu luangku buat nunggu kamu."

Caca terkekeh geli, mudah sekali mengalahkan ego Zafran.

"Yasudah kamu pergi sana, jangan sampai integritas kamu sebagai tentara yang disiplin tercoreng!"

"Oke. Kabari aku kalau kamu sudah sampai rumah, hm?"

"Oke, Pak!"

Caca lebih dulu meninggalkan Zafran masuk ke dalam minimarket di depannya. Caca masih melihat mobil Zafran di depan sana sekitar lima menit setelah dia berada di dalam minimarket. Pria itu benar-benar ingin memastikan Caca aman untuk dia tinggal.

Sebenarnya Caca tidak tahu ingin membeli apa di minimarket tersebut, dia hanya beralibi agar dapat pulang lebih lama karena jika tidak seperti ini mungkin Zafran akan mengantarnya secepat kilat.

"Untung aja dia nggak curiga," gumam Caca.

Dirinya duduk di kursi yang disediakan minimarket tepat di depan terasnya. Sekaleng kopi susu hampir setengah dia habiskan, sambil membalas beberapa pesan yang sudah menumpuk diantaranya adalah pesan dari kedua temannya yang heboh karena mengkhawatirkannya. Wajar saja karena Caca mematikan ponselnya dalam jangka waktu yang panjang. Caca hanya tidak ingin kemarahannya menimbulkan korban.

Three Little WordsWhere stories live. Discover now