Bab 23 : Bulutangkis

4.6K 272 4
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


23. Bulutangkis

Zafran memasuki toilet. Betapa kagetnya dia dengan sosok perempuan yang memunggunginya. Kagetnya itu karena perempuan itu sedang melepas pakaian atasnya. Yang jelas membuat Zafran membalikkan badannya sembari beristighfar.

Perempuan itu nengok ke Zafran, alih-alih terkejut dia malah terkekeh.

"Apa kabar, Ndan."

"Ck, Lo gak bisa ya bersikap normal?"

"Gue normal kok."

"Perempuan normal mana yang ganti baju di toilet laki-laki?"

"Gue normal elah. Masalah ganti baju di sini, karena toilet sebelah dikunci. Mau gak mau gue ke sini dong? Ya kali gue buka baju di luar? Lagian kayaknya Lo buta deh, gue masih pakai kaos daleman ya!" ujar Hana.

Hana itu teman dekat Zafran, dulu mereka satu SMA. Cuma dulu Hana nggak terlalu minat bergaul dengan Zafran, katanya sih dulu Zafran itu cupu. Nggak suka ngerokok, nggak pernah bolos, nggak pernah yang bandel-bandel lah. Sedangkan Hana itu bobrok, jadi udah kayak air sama minyak. Saking lurusnya hidup Zafran, Hana sampai ngira kalau Zafran bakalan jadi anak yang ngandelin warisan keluarga. Tapi ternyata dugaan Hana hanya sebuah dugaan saja. Zafran membuat satu sekolah kaget dengan keberhasilannya memasuki akademi militer.

Dan kini, Hana malah jadi sahabat sama Zafran. Si cupu di SMA nya yang faktanya sekarang pangkatnya diatas Hana.

"Ngapain ke sini? Bukannya Lo masih ada tugas di Kalimantan?" tanya Zafran yang sudah berani berbalik menatap Hana.

"Bolos."

Zafran memutar matanya dengan malas, selain Hana itu bandel saat SMA. Hana itu nggak suka di atur bahkan sampai sekarang pun tidak pernah ubah. Dia kerap kali mengandalkan ayahnya yang merupakan komandan besar untuk memenuhi keinginannya. Untungnya Hana makin dewasa, sedikit-sedikit dia mulai bersikap lebih profesional seiring bertambahnya usia. Dan juga tentu saja berkat nasehat Zafran yang tidak henti atas sikap buruk Hana.

"Lo nyalah gunain kekuasaan Pak Setno?"

Hana mengancingkan seragam lorengnya, dia lalu melipat seragam yang dia lepas tadi.

"Kagak elah, Lo tuh gak bisa diajak bercanda apa ya? Gue mana berani gitu lagi, ntar kuping gue panas denger Omelan Lo yang ada!"

"Gue nggak ngomel."

"Alah, up to you deh, Zaf."

"Lo belum jawab pertanyaan gue. Lo ngapain disini?"

"Oh iya, itu gue dipindah tugaskan Jakarta sekarang. Terus tadi pagi di suruh jadi panitia kesehatan di perkemahan ini, yaudah gue mah manut aja."

"Tumben, biasanya Lo ogah."

"Cuan, Mas. Saya butuh cuan yang gede."

Zafran ber-oh ria.

Three Little WordsWhere stories live. Discover now