Bab 24 : Jurit Malam

4.4K 240 17
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


24. Jurit Malam

Tangan besar Zafran meraih lengan kecil Caca, menahan gadis itu yang tak kunjung menghentikan langkahnya walaupun sudah Zafran teriaki untuk berhenti. Kini langkah kecil gadis yang Zafran ketahui tengah merajuk padanya berhenti juga, dia menatap penuh marah pada Zafran. Tatapan Caca lumayan tajam, bahkan Zafran sampai meneguk ludahnya dengan susah payah karena mendadak gugup. 

"Apa?!" sembur Caca dengan sinis. 

"Kamu kenapa sih? Saya ada salahkah sama kamu?"

Alih-alih menjawab, Caca malah mendelik kesal. Dia menepis tangan Zafran dari lengannya dan bersedekap dada dengan wajah ditekuk. "Ngapain sih ngejar saya?"

"Ya buat nanya kesalahan saya ke kamu."

"Emang ya cowok tuh nggak pernah mau mikir sendiri, selalu aja nanya kalau abis buat kesalahan."

Zafran tersudut sekaligus bingung. "Udah tau kan cowok begitu, harusnya kamu langsung paham dan kasih tahu saya mengenai kesalahan yang saya buat."

Caca menatap Zafran sengit. "Kenapa nggak mau ngalah sih pas main tadi, hah?!"

Bukannya jawaban, Caca malah mendapati Zafran tertawa geli. Ini dia sengaja ketawa biar gue terpesona sama tawanya yang sialnya merdu banget? Batin Caca merutuki dirinya yang malah terpesona akan tawa Zafran. 

"Kamu lucu banget kalau ngambek gini, Ca."

Seketika pipi Caca memanas, ini cowok sengaja ya bikin gue salting gini?!

"Maaf kalau saya nggak mau ngalah, saya nggak ekspetasi kalau kamu anggap serius permainan tadi. Lagipula permainan kamu payah banget, Ca."

Mata Caca melotot, "Heh, kamu pikir permainan kamu bagus! I'M BETTER THAN YOU."

Lagi-lagi Zafran tertawa. Caca kembali merapatkan bibirnya dan memasang wajah kesal. 

"Ca, saya minta maaf soal kejadian tadi siang. Seharusnya saya nggak biarin kamu kelaparan, maaf ya?" ucap Zafran yag berkata dengan nada super lembut. Caca sampai merasa jika laki-laki yang diri di sampingnya itu bukan laki-laki yang sama yang menertawakannya tadi. 

"Hm, saya maafin."

"Tapi, Ca."

Caca menengok melihat Zafran dengan satu alis ke atas. 

"Lain kali jangan kelepasan berkata kasar ya, saya denger-denger disini nggak boleh begitu."

"Maksudnya?" 

"Nanti malam kan malam terakhir, sesuai jadwal maka akan diadakan jurit malam. Jadi kamu paham kan kenapa saya suruh kamu jaga lisan?"

"Maksud kamu... Disini dilarang sompral?"

Zafran mengangguk. Wajah sinis Caca berubah menjadi wajah takut, apalagi saat sudah masuk sore menjelang magrib, mata gadis itu menatap ke sana kemari dengan takut. Melihat Caca yang nampak serius menatap sekitar, Zafran menepuk pundak gadis itu yang spontan membuat Caca berteriak. 

Three Little WordsWhere stories live. Discover now