Bab 33 : Kukis Caca

4.1K 225 5
                                    

33

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

33. Kukis Caca

Dilan mengerutkan dahinya begitu melihat Caca yang berada di dapur dengan appron. Seumur hidupnya baru kali ini Dilan melihat Caca di dapur bersama loyang oven yang sudah terisi adonan kue.

"Ada angin apa Lo tiba-tiba bikin kue? Padahal di rumah lagi ada acara, sempat-sempatnya Lo ngancurin dapur."

"Kalo nggak mau bantu, mending diem deh. Sebelum loyang ini gue lempar ke muka Lo."

"Idih, ngerih banget brodi. Lo belum jawab pertanyaan gue!"

"Banyak tanya Lo!"

"Baru sekali nanya."

"Gue bikin kue gara-gara Lo!"

"Hah, tunggu jangan bilang Lo bikin kue sebagai permintaan maaf ke gue perihal lato-lato gue yang Lo rusakin? Wah, makasih banget loh Ca. Gue speechless banget Lo bisa seromantis ini ke gue."

Alih-alih menjawab, Caca malah melempar serbet ke wajah Dilan.

"Pede banget ni kambing, gue bikin kue buat minta maaf ke tetangga sebelah!"

"Lo bikin masalah apa lagi ke tetangga Lo?"

"Kemarin gue ketahuan nyusupin rumahnya."

"Hah?! Jangan bilang Lo beneran manjat tembok buat ngambil bola lato-lato gue?"

"Menurut Lo?"

Dilan tertawa terbahak-bahak, saking lucunya dia sampai terguling ke lantai. "Sumpah, Ca. Lo bener-bener nggak bisa di prediksi. Ada aja kelakuan Lo. Terus Lo ke gep sama siapa, Ibunya atau anaknya?"

Caca menatap Dilan dengan tatapan heran, "Lo tau kalau Ibu sebelah punya anak?"

"Tau, kemarin gue ketemu dia lagi angkat barang. Cakep banget, Ca. Gue yakin Lo demen banget sama dia."

"Dih, sok tau Lo!"

"Lah, awas aja kalo beneran kepincut, gue mah minta traktir bakso malang selama seminggu."

"Enak aja Lo, mana bisa begitu! Mau ngerampok gue, Lo?"

"Waduh, berarti ada kemungkinan nih. Atau jangan-jangan yang nge-gap Lo, anaknya Ibu tetangga?"

Caca mendadak diam. Diamnya Caca menjadi jawaban Dilan, dia kembali tertawa terbahak-bahak atas wajah grogi Caca.

"Gue sih setuju aja, Ca. He's better than him."

***

Pintu kayu dengan ukiran khusus itu nampak indah oleh pantulan cahaya senja, kali ini bukan dengan bel. Caca mengetuk pintu kayu itu untuk memanggil pemilik rumah. Tak lama dari itu, pintu terbuka. Menampakkan sosok perempuan paruh baya yang kini tersenyum menyambutnya.

Three Little WordsWhere stories live. Discover now