chapter 4

15.7K 1.3K 49
                                    

Lagi lagi Surya terbangun dalam ruangan Maeda tanpa sehelai kain pun menutupinya. Ia merasakan sesuatu yang aneh. Ia berada dalam pelukan Maeda. Di sofa yang tak terlalu luas itu, mereka berhimpit.

Blushh! Penisnya masih di dalam. Ternyata Maeda tak melepas penisnya. Itu tetap berada dalam lubang Surya semalaman. Bagaimana ini? Surya kebingungan. Ia mencoba bergeser untuk mengeluarkannya perlahan.

"Kamu bangun?" suara itu memecah keheningan.

"Ahh... Iya. Bisakah kamu mengeluarkannya?" pinta Surya malu. Ia masih belum terbiasa,"Kenapa semakin besar?"

"Itu alami di pagi hari." Maeda mengulum bibir mungil itu. Melumatnya dengan tergesa-gesa. Segera ia mengangkat satu kaki Surya. Dan mulai bergerak maju mundur. Surya terengah-engah.

"Itu sangat dalam... Nghh... Ahhh"

"Nikmat ?"

"Hmmm... Ngghhh, tuan. Lebih cepat!"

"Kau suka saat aku cepat. Oke!" Maeda tertantang. Ia semakin cepat menusuk dan menarik penisnya. Lubang itu menelannya. Menjepit penisnya dengan erat. Hangat. Sensasi nikmat menjalar hingga ke otaknya. Sungguh ini seks terbaik yang ia lakukan.

"Ahhh...ahh... Aku mau keluar, tuan"

"Aku juga... Hghhh.." Maeda lagi-lagi mengeluarkan cairannya di dalam.

Spruttt !!! Lubang itu dipenuhi cairan kental milik Maeda. Ia tak segera mencabutnya. Sensani merinding dan kehangatan dalam lubang Surya membuatnya makin terlena.

"Sekali lagi, oke?"

"Hmmmm...." Surya pasrah menyanggupi.

Kejadian itu berulang terus menerus setiap hari tanpa henti. Maeda seperti kecanduan akan tubuh dan aroma Surya. Sedangkan Surya juga tak kuasa menolak. Ia tak ingin berakhir tragis kalau nekad kabur dari tempat ini. Sudah banyak mayat yang berjatuhan saat berusaha kabur. Ia masih ingin hidup.

Maeda memperlakukan Surya dengan khusus. Ia disediakan kamar tersendiri. Kamar yang luasnya hanya 2x3 meter itu menjadi saksi bisu keintiman keduanya. Diterangi oleh lampu berwarna kuning. Kamar itu remang-remang. Sangat cocok untuk memadu cinta.

Untungnya para tentara tak ada yang berani menyentuhnya karena meraka tahu ia miilik Jenderal Maeda. Menyentuhnya artinya ingin mati. Sepertinya itu sedikit bisa disyukuri. Keadaan di sana mengerikan setiap hari ada saja mayat yang diangkut keluar dari camp ini. Itu seperti hal yang lumrah terjadi.

Sudah dua bulan Surya terjebak di camp ini. Camp ini berdekatan dengan rumah bordil yang dibangun pasukan Jepang. Rumah bordil, tak dipungkiri bahwa hasrat adalah hal penting yang harus para tentara salurkan. Mereka jauh dari rumah. Rumah bordil itu dikunjungi para tentara setiap hari. Sudah seperti minum obat bisa dua hingga tiga kali mereka kembali ke sana ketika tak ada tugas.

Setiap hari datang truk mengangkut para gadis baru. Entah itu rakyat yang tertipu iming-iming kerja, yang diculik paksa saat berladang ataupun di ambil dari rumahnya langsung. Mereka terdiri dari gadis-gadis muda berusia 13-20 tahunan.

Rumah bordil itu sendiri terdiri dari 3 bagian. Gadis-gadis yang masih baru akan ditempatkan di satu ruangan tersendiri. Itu ruangan pertama. Biasanya melayani petinggi-petinggi atau yang memiliki cukup jabatan. Lalu ruangan kedua berisi yang sudah lama berada di sini. Ruangan yang paling mengerikan adalah yang terakhir. Ruangan itu berisi gadis-gadis yang hamil, keguguran, berpenyakit ataupun sekarat. Meskipun mereka hamil, mereka tetap harus melayani nafsu bejat para tentara. Tak heran banyak diantaranya yang keguguran. Setelah keguguran pun siksaan tak lantas berhenti, mereka tetap dipaksa melayani terus menerus hingga mereka sekarat. Kalaupun mereka mati, mereka akan dibuang ke dalam hutan. Jepang menyebutnya jugun ianfu.

Jugun ianfu merujuk pada wanita yang menjadi budak seks tentara Jepang. Konon tak hanya di sini tapi semua negara jajahannya seperti itu. Sedangkan para pemuda juga tak lebih beruntung. Kebanyakan dari mereka dipekerjakan paksa, entah membangun bandara, stasiun, jalan raya, jembatan dan lain lain. Sungguh mengerikan hidup di jaman itu. Entah laki-laki atau perempuan semua jadi korban kekejaman.

Surya masih jauh sangat beruntung. Ia hanya melayani sang jenderal saja. Ia juga tak harus melakukan pekerjaan berat apapun. Hal yang setiap hari ia lakukan hanya menunggu sang Jenderal datang. Menunggunya membuka pintu kamarnya dan menghambur dalam dekapannya.

--------------------
Ilustrasi, sumber google

--------------------Ilustrasi, sumber google

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

----------------Halo, jangan lupa vote dan komennya ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

----------------
Halo, jangan lupa vote dan komennya ya.. pasti itu membantu aku untuk melanjutkan cerita ini. Semoga kalian suka

See you di next chapter

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Where stories live. Discover now