chapter 12

9.8K 763 28
                                    

Surya mual-mual. Kepalanya pening. Badannya panas dan meriang. Ia sudah merasa tak nyaman sejak turun dari pesawat kemarin. Tapi lebih parah saat ini. Saat Maeda tak ada di sampingnya, ia sedang bertugas. Hari ini Maeda pergi ke rapat dewan. Jadilah Surya sendirian di kamar itu. Meringkuk dibalik selimut hangat yang terbuat dari bulu yang lembut. Surya belum terbiasa dengan suasana di sekelilingnya. Semuanya asing. Mansion itu terlalu mewah baginya, bergaya tradisional Jepang memiliki banyak kamar dan ruangan. Mungkin jika ia dilepas sendiri, ia akan tersesat di dalamnya.

Yang jelas terdapat beberapa bangunan utama. Terdiri dari bangunan untuk tuan rumah, bangunan nyonya rumah yaitu istri utama, bangunan para gundik atau simpanan, bangunan para budak serta bangunan untuk pekerja. Biasanya gundik atau budak adalah hadiah dari wilayah yang sudah ditaklukkan. Mereka akan dengan senang hati menyerahkan anak perempuan mereka. Itu dianggap hal yang lumrah.

Tapi ada yang berbeda di mansion Jenderal Maeda sekarang karena ia menempatkan Surya dalam kamarnya. Kamar pribadinya. Entah berapa banyak wanita milik Maeda di sini. Surya hanya salah satunya. Ia bukan satu-satunya.ia tersenyum kecut. Saat ini ia harus berpuas diri dengan Maeda yang mencintainya. Entah di masa depan Maeda akan bosan atau membuangnya. Ia tak peduli. Ia hanya ingin menggengam momen di masa kini.

Bulir-bulir keringat membasahi kening dan sekujur tubuh Surya. Perutnya seperti di cabik-cabik. Ia menggigit bibirnya menahan sakit. Ia hanya bisa memeluk perutnya dengan erat. Berharap tuannya segera pulang. Ia tak berani keluar dari kamar itu. Karena Maeda menyuruhnya tinggal di kamar.

Maeda berjalan tergesa-gesa turun dari mobil yang membawanya pulang. Sejak tadi perasaannya tak enak. Firasat buruk menganggunya konsentrasinya.

"Surya.." panggilnya saat membuka pintu kamarnya.

"..." hening tak ada jawaban. Maeda menuju tempat tidur dan di sana kekasihnya sedang terlelap. Tapi ada yang aneh, rambut dan keningnya basah. Maeda segera menyentuh kening itu. Sangat panas. Maeda membuka selimut yang menutupi tubuh Surya. Betapa terkejutnya saat ia lihat ada bercak darah di bawah Surya. Ia panik. Segera saja ia memanggil medis.

"Sakit ...tuan" Surya mengigau dalam tidurnya.

"Sayang... bangun. Aku sudah pulang."

Surya membuka matanya setelah mendengar suara yang familiar di telinganya. Dilihatnya sosok tuannya dengan wajah sedih di hadapannya.

"Tuan sudah pulang." Surya berusaha bangun.

"Sudah tak usah bangun. Kamu kenapa? sakit? kenapa tidak minta pertolongan? Kamu pendarahan. Hampir saja sesuatu yang buruk terjadi.

"Maaf aku bodoh. Aku ga tau kenapa aku tiba-tiba kayak gini. Tadi hanya minum dan makan yang kamu sediakan di samping ranjang."

"Itu bukan aku." Maeda jelas tak melakukannya. Pasti ada yang berencana jahat pada Surya dan bayinya. Maeda bertekad menemukannya.

"..." Surya bingung. Sedetik kemudian Surya sudah paham apa maksudnya. Ada yang berniat meracuninya. Tapi kenapa? Dia bukan siapa-siapa.

"Hiks hiks hiks .." Surya memeluk Maeda. Ia ketakutan.

"Tenang. Hush....hush... Anak kita selamat. Kamu jangan nangis nanti anak kita ikut sedih" Maeda menepuk-nepuk punggungnya.

"Tuan... hiks. Harusnya aku tak ikut kemari. Aku malah menyusahkanmu."
Maeda mempererat pelukannya.

"Tidak. Kamu tak menyusahkan.Aku yang tak becus menjagamu."

"Istirahatlah... Aku akan di sini sampai kamu tertidur."

"Tuan, tidak tidur bersamaku?"

"Aku masih ada urusan." Maeda tak bisa tidur tenang setelah apa yang terjadi. Ia harus segera menemukan pelakunya.

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Where stories live. Discover now