chapter 23

6.5K 530 16
                                    

Setelah perjalanan panjang nan melelahkan akhirnya Maeda dan Iro bisa bertemu Surya dan Bram. Sedikit bisa bernafas lega karena tahu kekasihnya aman. Bahkan luka yang mereka derita tak mereka rasa. Di dalam pondok, ada Maeda dan Surya yang menimang Tatsuya di atas ayunan selendangnya. Itu adalah tempat tidur bayi yang dibuatkan Bram dari kain selendang yang dililitkan dan digantung ke atap pondok. Tatsuya selalu mengantuk dan tertidur saat diayun di sana. Romi juga nampak tertidur di pojokan dengan selembar selimut menutupinya. Sedangkan Bram dan Iro duduk di depan pondok sambil menikmati gemercik air yang mengalir.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Bram canggung. Semua kesedihan, kemarahan dan kebingungan yang ia rasa sebelumnya seperti meluap ke udara.

"Aku baik. Kamu?" kata Iro balik. Ia menoleh dan melihat Bram yang menunduk memainkan kakinya ke air.

"Sekarang jauh lebih baik." ucapnya sambil tersenyum. "Lebih baik karena kamu di sini."

"Maaf, aku pergi tiba-tiba."

"Iya aku tahu kamu punya alasan."

"Maaf, kamu pasti terkejut waktu mendengar kabar Surya melahirkan dan kami tak ada di sana."

"Iya kamu benar. Kakiku lemas saking bingungnya. Tapi lebih lemas lagi saat Surya kehilangan semangat hidupnya. Aku harus menyemangatinya terus demi Tatsuya."

"Kamu sudah bekerja keras." Iro menguyel rambut Bram.

"Kamu babak belur." kata Bram.

"Itu demi penyamaran. Kami saling memukul" Iro sedikit terkekeh mengingat hari itu.

"Sakit?" Bram menyentuh wajah Iro yang bengkak dan darah yang mengering.

"Sedikit.. perih." Iro hanya meringis.

"Aku akan mengobatinya. Ayo kita cari obatnya. Aku yakin melihat tumbuhan itu di sana."

"Malam-malam begini? Besok pagi saja."

"Tidak. Itu harus segera diobati."

"Baiklah. Ayo" Iro mengambil obor dan menyalakannya.

Iro melongok masuk dan berpamitan pada Maeda dan Surya.

"Kami akan mencari tanaman obat."

"Iya."

Bram dan Iro berjalan beriringan di jalan setapak sawah. Sesekali bersenda gurau.

"Itu sakitkan?" tanya Surya.

"Tidak sakit." kata Maeda.

"Bohong, jelas itu terlihat sakit."

"Iya maaf. Aku harus melakukannya agar tak dikenali. Kami menumpang kapal tawanan yang dikembalikan kemari."

"Bagaimana kalau membekas." refleks Surya membelai wajah Maeda. Maeda memegang tangannya dan bersandar pada tangan itu.

"Aku tak masalah. Asal bisa bertemu. Apapun akan aku lakukan. Karena saat itu aku pergi meninggalkanmu seperti pengecut. Sampai sekarang aku menyesalinya."

"Kamu nekad kemari." Surya melengos. Faktanya dia senang suaminya kembali tapi ia bersedih dengan keadaan suaminya itu. Jenderal yang selalu rapi dan berwibawa itu harus berpakaian compang camping dan penuh luka hanya demi dirinya.

"Maaf. Aku minta maaf" Maeda menggenggam tangan itu. "Terima kasih sudah menjaga anak kita selama aku tidak ada."

Suasana hening. Hanya bunyi serangga malam yang meramaikan malam. Tatsuya yang sudah terlelap dan Romi yang tak terjaga sedikitpun. Dengan sekejap mata, Surya memeluk Maeda.

"Aku juga minta maaf. Ini semua gara-gara aku." kata Surya sayu.

"Tidak. Itu tidak benar. Kenapa kamu berbicara seperti itu? Aku bau, jangan terlalu erat meluknya." ucap Maeda.

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Where stories live. Discover now