chapter 32

4.7K 447 21
                                    

"Mengapa kamu kemari? Apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu, Bram? Dalam kondisimu ini... Ah lupakan saja!" Iro berteriak frustasi.

Bram hanya bisa menunduk lesu. Ia terkejut karena Iro membentaknya.

"Maafkan aku..." ucapnya lirih.

Setelah berhasil menidurkan Tatsuya dan Romi, ini saatnya Bram harus memberikan penjelasan pada Iro.

"Apa kamu tak berpikir dua kali sebelum datang kemari? Kami di sini bukan bermain-main. Apa kamu lupa pentingnya sebuah misi?" Iro berkata sedikit keras.

"Maaf... Maafkan aku.. hiks hiks hiks... aku tak bermaksud, aku tak menyangka akan jadi seperti ini."

"Maaf, aku tak bermaksud berteriak. Jangan menangis. Itu tak baik bagi kandunganmu"

"Bagaimana keadaan Surya? Apa ia baik-baik saja sekarang?"

"Itu... sebenarnya Surya keguguran. Kita harus menunggu hasil operasi dan penanganan dari dokter."

"Apa? Keguguran? Bagaimana bisa? Jadi Surya hamil dan aku dengan bodohnya mengajaknya kemari hanya demi diriku dan bayiku... Ahh, aku egois sekali. Maaf, Surya.. hiks hikss"

"Apa gunanya itu sekarang? Surya sudah menjadi seperti itu. Jenderal mungkin akan sangat marah nanti."

"Iya aku salah, maaf"

Iro dengan perlahan memeluk Bram. Menenangkannya yang terisak. Walaupun ia telah memarahinya namun dalam hati kecilnya ia tak tega berkata begitu.

"Sementara waktu kalian bertiga harus tetap di sini. Jangan keluar dari tenda! Jika butuh sesuatu minta saja pada prajurit yang berjaga di luar tenda."

"Baiklah. Aku mengerti."

"Aku akan kembali bertugas karena Jenderal tak ada di tempat dan sedang menjaga Surya sekarang."

"Iya..." jawab Bram.

Iro meninggalkan tenda secepat kilat. Banyak hal yang harus ia lakukan sekarang.

Sedangkan di tenda paramedis, Maeda masih gusar menunggu hasil dari operasi itu. Tangannya menggenggam erat tangan Surya. Tak sedetikpun ia melepaskannya. Surya tak menunjukkan respon apapun bahkan setelah penanganan dari pihak dokter. Ia masih tak sadarkan diri.

"Berapa lama ia tak sadarkan diri, dokter?"

"Untuk itu kita masih harus menunggu. Kami belum bisa memastikan kapan ia akan sadar, Jenderal."

"Lalu...bisakah kita memindahkannya ke tendaku saja?" tanya Maeda. "Aku ingin kalian tetap bisa fokus mengobati yang lain juga."

Para dokter saling berpandangan dan akhirnya mengangguk setuju.

Maeda memandangi tubuh Surya yang terbaring di atas ranjangnya. Lagi, ia menggenggam tangan yang pucat itu. Ia menciumnya berkali kali. Tak terasa air matanya menetes. Rasanya sangat sakit melihat orang yang kita sayangi melawan maut dan kita tak bisa berbuat apa-apa. Dada Maeda terasa sesak.

Ia berbisik di telinga Surya "Sayang, tolong bangunlah! Aku mohon. Aku janji tak akan marah hmmm... jadi bangunlah, sayang. Suryaku..."

Surya tetap diam membisu.

"Jenderal...saya akan memberikan laporan" suara Iro membuyarkan lamunan Maeda. Ia mengijinkan Iro masuk.

"Saat ini keadaan sudah terkendali. Semua sudah kondusif dan pelaku penyerangan sudah kami penjarakan sementara. Kami menunggu perintah selanjutnya dari anda."

Mata Maeda terlihat kosong. Saat ini yang ada dalam otaknya hanya Suryanya.

"Baiklah. Kerja bagus. Aku sendiri yang akan menghukum pelaku itu nanti. Bagaimana keadaan Tatsuya?"

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Where stories live. Discover now