chapter 26

5.7K 529 22
                                    

Bau amis yang menyengat menusuk hidung. Deburan ombak samudra yang menghantarkan kapal untuk terus berlayar. Burung-burung camar yang beterbangan di angkasa seperti pemandangan yang tak asing bagi mereka beberapa hari ini. Rasa dingin dari hembusan angin laut malam. Terik matahari di siang hari yang membakar kulit. Kapal itu besar tapi tak memiliki cukup ruang untuk berteduh. Alhasil hanya Surya, Bram dan anak-anak yang bisa berteduh. Sedang Maeda dan Iro harus berada di luar. Mereka hanya masuk ketika akan makan. Ini adalah waktu yang sulit tapi mereka harus bisa melewatinya bersama. Terutama Tatsuya dan Romi yang sering rewel karena tak terbiasa membuat semuanya semakin sulit.

Tangisan Tatsuya yang seringkali terdengar. Tatsuya yang sering terbangun karena merasa panas ataupun tidak nyaman. Surya dengan ekstra sabar menimangnya agar tertidur ataupun menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut agar ia merasa nyaman lagi. Begitupun Romi selalu menanyakan kapan sampai pada Bram dan Surya. Jelas membuat keduanya serba salah.

"Kapan sampainya?" rengek Romi.

"Romi, anak baik. Sebentar lagi juga sampai. Anak baik main dulu yuk atau mau tidur? Kalau sudah sampai ibu bangunin ya." Bram berusaha membujuk.

"Baiklah." ucap Romi pasrah. Ia bisa melihat lautan lepas dari jendela kecil di sana.

"Romi, mau main sama adek kecil?" tanya Surya. Tatsuya yang gemar mengoceh menjadi hal menarik untuk Romi lihat.

"Apa dia sedang mengoceh?" Romi antusias.

"Benar. Romi mau lihat? Sini!" Surya hanya tersenyum melihat interaksi lucu Romi dan Tatsuya.

"Uwahh lihat bibirnya Tatsuya menggelembung, hahaa...kenapa dia mengangkat kakinya seperti itu hehee..."

Titik kecil terlihat dari kejauhan. Daratan sudah mulai nampak.

"Kita sudah mau sampai." kata Iro memberitahu ke dalam. Ia mendapat lirikan tajam dari Bram. Romi yang tadinya teralih jadi gusar lagi.

"Benarkah? Mana mana? Romi juga mau lihat?"

"Ahaha... Maaf apa kalian sedang bermain?" Iro menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Itu di sana sudah terlihat, Romi."

"Aku akan bersiap-siap." kata Bram sambil merapikan bawaan mereka. Romi melompat ke sana kemari kegirangan.

"Sayang, kita sudah mau sampai." Maeda melongok masuk. Surya hanya bisa tersenyum melihat tingkah kekanakan mereka semua. Ia tahu mereka bersemangat karena sebentar lagi sampai di kampung halaman. Setidaknya di sini mereka mempunyai rumah dan pekerjaan untuk dikerjakan.

"Iya aku tahu. Iro juga sudah bilang."

Maeda berdehem dan pergi keluar lagi. Ia akan membantu pemilik dan kru kapal menurunkan jangkar nanti. Kapal besar itu mulai merapat ke dermaga.

"Sekali lagi terima kasih." ucap mereka serempak.

"Tidak masalah. Aku senang bisa membantu. Semoga selamat sampai tujuan."

"Anda juga semoga bisnisnya makin lancar dan sukses."

Setelah mengucapkan terima kasih banyak, mereka berjalan ke tepian.

"Pelan-pelan." Maeda mengkhawatirkan Surya yang menggendong Tatsuya.

"Baiklah. Aku akan hati-hati."

"Apa aku saja yang menggendongnya? Ah, tidak. Aku bau." ralatnya cepat.

"Tidak, tuanku. Aku bisa. Dia sedang tertidur kok."

"Jenderal, saya akan membuat panggilan ke kediaman anda untuk meminta jemputan."

"Iya laksanakan."

Iro berlalu ke arah telepon umum di pojok pelabuhan. Ramai orang berlalu lalang. Romi mengamati sekeliling takjub. Ini dunia yang berbeda dengan yang biasanya. Pakaian dan cara bicara orang-orang di sana berbeda.

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Where stories live. Discover now