chapter 16

6.9K 570 24
                                    

Pesta perjamuan...

Deru mobil milik Maeda memasuki area pesta. Sontak saja beberapa mata menoleh melihat mobil itu. Mereka tahu siapa gerangan yang ada di dalamnya. Surya takjub dengan bangunan di depannya. Bangunan itu sangat besar dan indah. Dekorasinya sendiri dibuat sesuai ornamen tradisional milik orang Jepang. Surya memandangi wajah suaminya. Maeda tersenyum dan mengajak ia turun. Luntur sudah image berdarah dingin yang dimiliki Maeda selama ini. Jenderal yang tak pandang bulu saat membantai lawan takluk di hadapan Surya.

Surya dan Maeda menyusuri lorong panjang yang menuju aula perjamuan. Kanan kirinya di hias dengan bunga yang cantik. Detik waktu seolah berhenti ketika kedua orang itu memasuki ruangan. Mereka disambut pandangan orang-orang. Bagaimana tidak, mereka heran dengan bentuk perut Surya yang besar. Untungnya Lagu kebangsaan Jepang berkumandang sehingga semua orang serentak menyanyikannya dan teralihkan dari diri Surya.

"Kenapa sayang?" Maeda menggandeng Surya dengan bangga.

"Tidak apa-paa tuan. Semuanya sangat indah. Terima kasih sudah mengajakku kemari." Surya berusaha bersikap elegan walaupun canggung.

"Tentu saja. kamu kan istriku."

Maeda mengajaknya masuk dan memperkenalkan pada keluarganya. Pertama-tama wajah mereka tak suka, tapi kemudian menatap perut Surya. Walau heran mereka jadi sedikit ramah. Apalagi setelah berita perceraian Maeda dan Naomi terpampang nyata di surat kabar, keluarganya sedikit geram.

"Bukan salahku menceraikannya. Aku punya alasan sendiri." Maeda enggan mengatakan bahwa yang dikandung Naomi bukan anaknya. Tapi keluarganya terdiam tak membantah lagi mungkin sudah tahu kenyataan yang sebenarnya.

"Dia cantik walaupun rakyat pribumi."

"Tentu saja dia cantik." Maeda semakin membanggakannya. "Dia istriku."

Mereka memperhatikan perut Surya yang menyembul. Sedikit bingung pada awalnya. Apa pemuda di hadapan mereka ini hamil? Tapi dia seorang pemuda bukan gadis.

"Kami dengar kamu mengadakan pernikahan lagi. Tapi kamu tak mengundang kami"

"Benar aku menikah. Istriku sedang mengandung anakku. Aku hanya ingin merayakannya sederhana. Ku kira kalian tak akan berniat hadir. Bukankah kalian semua sibuk? Bukankah keluarga kita tidak sedekat itu tak seperti keluarga pada umumnya."

Keluarga Maeda terkenal berprestasi dalam militer. Kebanyakan keluarganya juga jadi tentara. Hanya berbeda jabatan saja. Kenyataannya mereka tidak dekat satu sama lain. Lebih mirip orang asing. Maeda juga enggan mengundang mereka karena takut Surya tidak nyaman nantinya.

Tak berapa lama Maeda di panggil rekannya, ia harus berkumpul bersama rekan-rekannya. Maeda enggan melepaskan Surya sendirian. Surya tersenyum manis meyakinkan bahwa ia baik-baik saja meski ditinggal. 

"Tak apa tuan. Aku akan baik-baik saja. Aku akan duduk dan menikmati suasana ini. Ini kali pertamaku datang ke perjamuan seperti ini"

"Tapi .. aku bilang akan bersamamu terus." Maeda tetap saja enggan.

"Rekan tuan menunggu. Pergilah" Surya sedikit medorong suaminya agar mau pergi.

"Bisakah kamu duduk di sini dan menunggu sebentar hmm?" akhirnya Maeda luluh. Ia mau pergi asal Surya terus berada dalam jarak pandangnya.
"Mereka juga ada di sini." Mereka yang dimaksud adalah keluarga Maeda yang tengah menikmati suguhan makanan dan minuman.

"Baiklah." Surya duduk dengan canggung di sudut. Surya menyesap minumannya. Itu jus jeruk yang manis. Perjamuan itu cukup meriah diiringi alunan musik dan tarian dari para geisha. Sesekali para tentara juga ikut menari di sana. Terkadang geisha akan menarik tentara untuk maju menari bersama diiringi riuh tepuk tangan meriah dari yang lain.

Tak di sangka ada seorang geisha yang terus mengamati Maeda. Siapa yang tak jatuh hati pada sosoknya. Sosoknya begitu tampan dan gagah di mata para wanita. Tak buang waktu lagi, geisha itu mendekati Maeda lalu meraba bahu hingga tangannya dengan genit. Maeda yang tengah berbincang-bincang terkejut dibuatnya. Spontan Maeda segera menepis tangan itu. Tak ingin membuat kesalahpahaman.

"Maaf aku tak berniat menari." jawabnya dingin dan ketus. Geisha itu terkejut. Tak menyangka Jenderal itu akan menolaknya mentah-mentah. Padahal dia adalah geisha tercantik di sini  Suasana jadi tegang. Hal itu menarik mata orang-orang dan jadi pusat perhatian.

"Kaku sekali kamu itu...haha.. Kalau begitu aku saja yang menari." kata rekannya memecahkan ketegangan. Ia menarik geisha itu ke tengah dan menari bersama. Ia menggantikan Maeda menari.

Maeda yang tak nyaman segera mencari sosok Surya tapi Surya malah mengalihkan pandangan darinya. Maeda jadi gusar. Ia tak ingin Surya marah. Ia segera menghampiri Surya untuk mengajaknya pulang.

"Ayo kita pulang saja, sayang."

"Kamu sudah selesai?" Surya bertanya tapi tak menatapnya. "Tak ingin menari?"

"Tidak. Untuk apa aku menari. Itu memalukan."

"Tapi semua rekanmu melakukannya."

"Itu karena mereka tak tahu malu. Aku berbeda. Aku juga tak ingin membuat seseorang cemburu."

"Cemburu? Siapa? Aku tidak cemburu, tuan"

"Entahlah siapa." Maeda jadi terkekeh melihat bantahan langsung Surya. "Benarkah? Lalu kenapa dari tadi cemberut dan menunduk saja?"

"..."

Maeda menunduk dan memeluknya. Ia menenangkan Surya dalam pelukannya. Tak peduli mata orang yang mengawasi gerak-gerik mereka. Ia bahkan mendekatkan hidungnya. Hidung mereka bersentuhan saking dekatnya.

"Tak perlu cemburu hmm... Hanya ada kamu di hatiku. Mataku tak bisa melihat orang lain"

Blushh!!! Surya memerah karena tiap kali Maeda mengatakan itu hatinya juga ikut berdebar kencang. Tak bisa dipungkiri sejenak ia merasakan api cemburu dan perasaan tak aman menyeruak di hatinya. Tapi sekali lagi ia hanya bisa menggantungkan kepercayaan dan harapannya pada Maeda. Berharap lelaki itu tak pernah berubah.

"Iya ayo pulang." Surya setuju untuk pulang. Lagipula itu memang tak cocok untuk dirinya. Ia asing berada di sana.

"Sini." Maeda membantu Surya berdiri dengan perlahan. Ia memakaikan jubahnya pada Surya. Lalu mengalungkan lengannya di pinggang Surya.

"Terima kasih. Rasanya hangat." Surya menatap Maeda. 

Keduanya meninggalkan perjamuan itu bersama. Sosok keduanya semakin menjauh dari hingar-bingar perjamuan dan mobil mereka pun melaju pergi menghilang di tengah jalanan bersalju. Sebuah kenangan manis yang akan selalu Surya kenang dalam ingatannya. Ia pernah berdiri di sana dan tentu saja bahagia.

-------

Happy reading
Lanjut nanti lagi ya.

Jangan lupa vote dan komennya...
Komen yang heboh biar aku makin semangatt gaiss😂😄

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Kde žijí příběhy. Začni objevovat