chapter 6

13.9K 960 18
                                    

Lima tahun lalu di jalanan setapak persawahan.

"Kemari!" kata seorang pemuda berbaju coklat itu. Di belakangnya ada seorang anak yang mengejarnya.

"Iro, tunggu!" pintanya.

"Yang kalah harus menggendong yang menang." Si pemuda yang dipanggil Iro itu berlari lebih kencang.

"Hei , dasar curang. Kamu start duluan!" tak mau kalah bocah itu berusaha mengejar.

Sampailah mereka pada ujung sawah. Di sana ada pondok kecil biasanya untuk berteduh para petani. Sawah membentang di kanan kiri mereka. Ada sungai kecil yang digunakan mengairi sawah itu. Mereka duduk di tepi sungai sembari memainkan kaki mereka. Saling mencipratkan air.

Angin semilir menyibak rambut pemuda itu. Iro tak bisa melepas matanya. Sudah lama ia menyukai teman kecilnya itu. Bisa dibilang mereka saling suka.

"Bram..." Iro membelai rambut itu.
Sosok yang dipanggil Bram itu menoleh.

Cup!!! Kecupan ringan mendarat di pipi Bram. Wajah keduanya memerah karena malu. Apalagi pada saat itu hubungan yang mereka miliki sangat tabu.

Sesaat hanya suara gemercik air sungai yang terdengar. Padi yang mulai mengguning bergoyang tertiup angin mengundang burung-burung untuk datang. Burung-burung beterbangan kesana sini.

Iro adalah pemuda berdarah campuran Jepang dan Indonesia. Ayahnya seorang tentara Jepang. Ibunya seorang jugun ianfu atau budak seks Jepang. Sedangkan Bram adalah anak tetua di desa mereka. Ayah Bram gugur dalam pertempuran melawan penjajah. Sudah sejak masa kolonial Belanda ayahnya jadi pasukan siap mati demi Indonesia. Keduanya yang memiliki latarbelakang berbeda tetap saling mencintai.

Saat ini keduanga sudah berada di dalam pondok tua itu. Pondok itu sendiri sudah seperti rumah kecil karena memiliki pintu, ada sebuah jendela kecil yang diganjal kayu. Tangan Iro meraih kayu itu, jendela itu langsung tertutup menyisakan mereka berdua di dalamnya. Mereka bertatapan lama dan mulai saling mendekat. Entah siapa yang mulai duluan, mereka sudah bercumbu mesra. Tangan Iro sudah merayap kesana sini. Bram menikmati setiap tangan itu menyentuhnya.

Iro menidurkan Bram dengan tangannya sebagai tumpuan. Mereka mulai membuka baju dan celana masing-masing. Masih dengan deru nafas yang terengah-engah.

"Aku sudah basah!" ujar Bram malu-malu. Ia menatap Iro intens. Benar saja lubang itu seakan memanggilnya. Nafsunya mulai membuncah.

"Aku akan masuk!" Iro mengocok penisnya sebentar lalu menggosokkannya pada dinding lubang itu. Penis Bram mengeras juga. Iro dengan perlahan memasukkan penisnya ke lubang pink itu.

"Ahhh... Iro... Ngghhhh..." Bram tersengal.

"Ini tidak akan sakit seperti kemarin . Aku akan perlahan oke?"

Bram mengangguk. Tapi kata hanyalah kata sedetik kemudian Iro sudah menggenjotnya cepat.

"Ahhh .. ahh.. kau bilang akan pelan."

"Maaf. Aku tak tahan. Ini sangat nikmat, sayang." Iro melumat bibir merah muda itu tanpa ampun. Tangan Bram mencakar punggung Iro dan menikmati sensasi dari menyatunya tubuh mereka.

"Ahhh...mmmpphhhh.. punyamu sangat besar, Iro. Terlalu cepat... ahhh.. Sepertinya aku akan keluar... Ahhh " Bram mendesah. Iro semakin mempercepat genjotannya.

"Iya aku tahu lubangmu sangat nikmat. Ahhh... Aku juga akan muncrat."

"Ahhh....aahhh..." Keduanya klimaks bersamaan
Iro memuntahkan cairan itu di dalam.

"Ahhh rasanya hangat...nghhh. Rasanya penuh sekali di dalam" imbuh Bram. Iro perlahan menarik keluar penisnya. Bram menutupi lubangnya menahan agar cairan Iro tak keluar dari dirinya. Mata keduanya tak bisa lepas satu sama lain. Seperti binatang yang kelaparan.

"Lagi?" Bram mengedip nakal.

"Kau tahu aku tak cukup satu kali saja. Aku mencintaimu, Bram." Iro tergoda dengan kedipan itu. Bram mengangkang untuk Iro. Ia memegangi kedua kakinya sendiri. Mempersilakan Iro untuk menggaulinya.

"Aku juga Iro. Aku sangat mencintaimu. Kau yang paling tahu itu."

Keduanya bergelut dalam gelora membara tanpa menyadari hari sudah mulai gelap. Hanya lentera kecil di ujung pondok yang mereka nyalakan tapi tak menghentikan keintiman mereka.

-----
Lanjut gak nih?
Jangan lupa vote dan komen ya
Thank you

DARK LOVE (BL) (Mpreg)Where stories live. Discover now