HIRAETH || AKAASHI KEIJI

224 22 2
                                    

Hiraeth (n.)
Homesickness to a home you can't return to, or that never was

•••

"... apa benar ini rumahnya?"

Seorang pemuda bersurai gelap berdiri di depan rumah sederhana bercat putih. Rumah tersebut memiliki halaman depan yang indah dihiasi bunga-bunga yang bermekaran. Terdapat sebuah kursi di teras rumah tersebut yang terlihat nyaman untuk diduduki.

"Hey, kau. Mencari seseorang?"

Pemuda itu terlonjak mendengar seruan dari seorang pria berkepala plontos. Si pria baru saja turun dari mobilnya dengan tangan yang dipenuhi kantung belanja.

"A.. aku. Ehm- aku mencari rumah Y/n L/n."

"Oh. Iya benar itu rumahnya. Tapi kurasa dia tak akan dengar jika kau mengetuk pintunya. Sayang, tolonglah pemuda itu."

Seorang wanita yang sejak tadi berdiri di samping pria itu mengangguk dan berjalan mendekati rumah milik, Y/n. Si wanita masuk ke rumah itu dengan kunci cadangan yang ia miliki, Y/n memberikannya untuk keadaan darurat.

"Kurasa dia ada di halaman belakang. Sebentar, ya."

Wanita itu tersenyum ramah ke arah si pemuda sebelum melangkahkan kakinya ke halaman belakang.

"Y/n. Kau masih merajut?"

"Huh? Kiyoko. Yap. Sebentar lagi musim dingin. I'll have to send it to my boy, y'know."

Si pemuda melangkahkan kakinya perlahan mendekati halaman belakang. Ia bisa mendengar percakapan keduanya dengan cukup jelas.

"Baiklah. Tapi ada seseorang yang ingin menemuimu."

"Hm? Siapa? Apa orang dari rumah sakit? Usir saja."

"Bukan. Seorang pemuda."

"Oh? Pemuda seperti apa yang ingin menemui wanita tua ini.."

Y/n merapikan alat rajutnya perlahan. Si pemuda dapat melihat Y/n yang perlahan berdiri. Rambut hitam panjangnya dikepang dengan rapih. Ia memakai sebuah cardigan manis yang pemuda itu asumsikan buatan tangannya sendiri.

"Itu dia. Kalau begitu aku permisi."

"A-ah iya. Terima kasih."

Si pemuda membungkuk sopan pada wanita yang bernama Kiyoko itu. Saat ia berbalik, Y/n sudah berdiri beberapa langkah di depannya.

"..."

Si pemuda terdiam saat akhirnya ia bisa melihat wajah Y/n dengan jelas. Di wajah bagian kirinya terdapat luka cukup panjang yang pasti diakibatkan oleh benda tajam. Kedua matanya memiliki warna yang berbeda. Mata kirinya berwarna abu sedangkan mata kanannya berwarna biru.

"Kau ... "

Y/n perlahan melangkah mendekati si pemuda, kedua manik matanya berkaca-kaca. Tangan kanannya terulur ke arah wajah si pemuda, membuatnya sedikit was-was.

"... Tobio?"

Manik biru Tobio membulat saat Y/n menyebut namanya.

"Apa benar? Kau.. kau Tobio?"

"H-how.. do you know my name?"

Kini setetes air mata sudah mengalir di pipi Y/n. Di wanita tersenyum lembut ke arah Tobio yang entah kenapa memberikan rasa hangat di hati si pemuda.

"Karena.. kau sangat mirip dengan ayahmu. Aku bisa mengenalimu kapanpun dan dimanapun, my baby."

Y/n membisikkan dua kata terakhir sebelum berjalan ke arah dapur dan menyiapkan dua gelas minuman.

Haikyuu × Reader || Drabble & OneshotWhere stories live. Discover now