CH. 3

9.5K 1.4K 44
                                    

"Who is Archipelago Cakra?"

Siri mengangkat kepalanya dan menghunus tatap pada Jeje-sang manajer. Mereka tidak mengalah dengan tatapan yang menajam satu sama lain, Jeje tidak mengalah dan begitu pula Siri yang merasa Jeje terlalu mengurusi semua urusannya.

"Your salary is for my whole work life, not my own privacy."

"Oh, well, I mentioned his name for fucking professional business not your private life." Jeje selalu tahu cara untuk membalas Sirius dengan sarkas yang sama.

"Kerjaan?"

Jeje memutar bola matanya dengan kesal. "Terserah lo, yang jelas ini Archipelago Cakra maksa mau reservasi buat desain khusus setiap item yang dia mau beli dari SIRIUS."

Siri membelalak tak percaya dengan informasi yang diterimanya.

"And guess what?"

"Apa?"

"Dia nggak mau diurusin sama desainer, tapi sama pemilik SIRIUS yang berarti adalah Artemisia Sirius. Nggak heran, kan, kenapa gue tanya siapa Archipelago Cakra?"

Tidak ada dalam kepala Siri bahwa pria yang sudah bercerai dan memiliki track record yang tinggi membawa banyak perempuan ke ranjang bisa senekat ini mendekati Siri dengan kemampuan yang pria itu miliki.

Jujur saja, Siri tidak akan menolak pria itu untuk mendekatinya. Siapa yang tidak akan menyukai seorang Archipelago Cakra? Pria itu selalu memiliki sisi yang membuat banyak wanita tergila-gila. Siri bisa mengkategorikan dirinya sebagai perempuan yang beruntung jika Archie mengejarnya.

"Jangan kebanyakan macem-macem, ya, Siri. Dengerin saran gue buat nggak terlibat skandal dengan siapa pun dan apa pun jenisnya. Archipelago Cakra itu jangan sampe bikin karir lo rumit, ya!"

Siri menghela napasnya panjang. "Je, Archie cuma mau pesen produk kita, nggak perlu berlebihan gitu. I know what I want."

Jeje membalas Siri dengan helaan napas yang sama. Pria itu memilih mengibaskan tangan dan meminta keputusan Siri untuk mengiyakan atau tidak pertemuan dengan Archipelago Cakra itu.

"Suruh aja dateng ke sini. Gue bakalan arahin Archie buat ke desainer kita."

Jeje mengangguk dan mengetikkan balasan untuk pesan elektronik yang masuk itu. "Done. I wish you remember, Siri, arahin klien kita ke desainer. Bukan arahin klien ke ranjang lo."

"Berisik, Je."

*

Archie mendapatkan ACC dari pegawai yang mengurus konfirmasi pertemuannya dengan Siri. Semangat pria itu tersenyum lebar dan membuat si pegawai store SIRIUS menjadi sedikit takut menghadapinya. Ya, karena senyuman Archie itu memang aneh untuk dilihat. Bukannya menawan, justru menakutkan.

"Apa bisa saya bawa surat reservasinya sekarang?" tanya Archie tanpa sabaran.

"Eh, maaf. Ini reservasi untuk tanggal 14, Pak. Bapak bisa bawa surat reservasinya untuk tanggal 14 ke toko pusat—"

"Iya, saya tahu."

"Oh, baik."

Archie sebenarnya heran ketika harus menggunakan surat reservasi semacam ini. Dia bisa saja menemui Siri langsung dengan membuat masalah di tokonya agar wanita itu mau untuk menemuinya. Lagi pula, untuk apa semua item pakaian wanita itu nantinya akan digunakan? Archie tidak memiliki pasangan yang hidup dengannya saat ini. Tindakan gegabah ini baru Archie renungkan lagi setelah dirinya masuk dan duduk di balik kemudi.

"Popa?"

Serein melihat papanya yang diam saja di balik kemudi. Anak itu tidak nyaman di kursi bayinya.

"Kenapa, Rein?"

"Panyu," kata anak itu yang berarti meminta dipangku oleh Archie.

"Bahaya, Rein. Kamu harus duduk di sana supaya tetap aman, ya?"

Bibir Rein mulai mengeriting, bersiap menangis dan segera membuat Archie kelimpungan.

"Oke-oke. Kita coba ke kantor tante Siri, ya. Itu tempat paling dekat dari sini."

Serein bahkan tidak mengerti dengan apa yang papanya katakan. Anak itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa peduli apa yang dia dengar dari sang papa.

*

Archie disambut oleh pria yang berjalan dengan elok dan feminim ketika mencapai lobi kantor yang tidak kecil itu. Archie pikir, kantor pusat milik Siri adalah tempat minimalis yang paling tidak hanya terdiri dari dua lantai agar tidak terlalu ramai. Namun, ternyata kantor milik wanita itu memiliki lima lantai bangunan dan lobi terlihat layaknya hotel bintang lima dengan aksen Eropa disetiap sudut ruangan lobi.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya salah seorang resepsionis yang memakai pakaian yang berbeda dari kebanyakan resepsionis.

Sepertinya Siri ingin memperlihatkan kekuasaannya dari segi fashion yang berbeda. Archie tidak bisa menjelaskan, tapi pakaian resepsionis itu mempresentasikan bahwa semua wanita bisa terlihat menarik dan seksi bahkan dengan pakaian formal dengan sedikit perbedaan gaya saja.

"Saya mau bertemu dengan Artemisia Sirius."

Sepertinya semua pegawai wanita itu memiliki aturan tidak boleh menyebutkan apa pun yang berhubungan dengan bos mereka. Menyebut owner, Archie ditatap dengan aneh. Menyebutkan nama, sekarang Archie lebih ditatap dengan tak percaya.

"Amesia Ciyus," ulang Serein membuat Archie dan resepsionis itu menatap Serein yang menggemaskan.

"Bapak sudah membuat janji temu?"

"Ya, untuk tanggal 14."

"Kalau begitu Bapak bisa kembali tepat tanggal yang—"

"Sampaikan ke Siri, ada Archipelago Cakra yang mau bertemu. Jangan menunda waktu saya."

Itu adalah hal kedua yang terbilang konyol untuk Archie lakukan. Dirinya sulit untuk menemui Siri yang jelas ada di depan mata. Rumit sekali menemui wanita super sibuk itu karena banyak antek-anteknya yang bekerja dan tidak memberikan keleluasaan bagi Archie untuk menemui Siri.

"Saya hubungi ruangan Ibu Artemisia lebih dulu, ya, Pak. Silakan menunggu."

Archie yang dalam posisi ingin bertemu merelakan diri untuk duduk dan menunggu. Dia tidak tahu bahwa serumit ini untuk memperjuangkan wanita itu. Padahal, kemarin malam mereka bisa sangat dekat di ranjang. Bahkan melihat lekuk tubuh satu sama lain.

"Mila, kantor harus steril, ya. Bentar lagi mau ada istri sultan ke sini. Jangan sampe ada drama pengusiran karena istri sultannya nggak mau ada penampilan kusut ..." Jeje menemukan pemandangan asing. "... siapa mereka?"

Mila, si resepsionis, menatap Jeje dengan cengiran tak nyaman. "Tamu, Kak."

"Kok, bisa??? Kan, aku bilang harus steril. Harusnya kamu nggak terima. Koordinasi kamu sama Azi gimana, sih?!"

"Saya berniat begitu, Kak. Tapi tadi saya hubungi ke ruangan Ibu Artemisia katanya tamunya suruh nunggu. Berarti dibolehin sama Ibu Artemisia, kan, Kak?"

Archie tidak mengerti dengan dua orang yang sedang saling berbisik itu. Tapi dirinya tahu sedang dibicarakan.

"Popa, Amesiya Ciyus ana?"

Archie tersenyum, tapi tidak dengan Jeje yang mendengar celotehan Serein.

"Kalian kenal dekat dengan Siri?" tanya Jeje langsung.

"Saya kenal dan rencananya saya akan kenalkan anak saya ke Siri."

Jeje mengangguk mengerti. "Namamu?" tanya Jeje lagi.

"Archipelago Cakra."

Jeje membeliak. Ini dia pria yang ingin menyulitkan kehidupan Siri. Di mata Jeje, Archie adalah pembawa masalah.

"Kalian kencan? Pacaran?" Jeje terus menerus mencecar Archie.

"Kami—"

"Archie, hai!" Siri berlari kecil untuk mendekati Archie yang memang harus diakui Jeje dan Mila tampan.

Belum sempat Archie menjawab, Serein lebih dulu berkata, "Amesiya Ciyus."

Bahaya. Archie tidak tahu tanggapan Siri. Gimana ini?

Daddy's In Hurry / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang