CH. 31

3.4K 760 22
                                    

Dewinta tidak pernah menyesali kehadiran Serein, karena memang anak itu adalah cucu yang sangat baik. Dewinta menyayangi Serein dengan segenap hatinya. Namun, dia tidak bisa mengatakan bahwa dirinya tidak menyesal dengan keputusan putranya menikahi Virginia Sweety yang sangat jelas menunjukkan kadar menyebalkannya di depan Dewinta dan bahkan sekarang begitu menyebalkan di mata Serein, putranya sendiri. 

"Hai, Sayang. Ini mama." Virginia mengatakan dirinya sebagai mama bagi Serein. Padahal, di mata Dewinta yang seorang ibu, Virginia sama sekali tidak menggambarkan karakter keibuan sama sekali. 

Serein menggelengkan kepala, tidak ingin mendekati Virginia sama sekali dan malah menyembunyikan diri dengan memeluk Dewinta begitu erat. 

Serein tidak pernah menjadi anak yang nakal. Dewinta juga tidak akan memasukkan sikap Rein kali ini adalah bentuk ketidaksopanan. Yang dilakukan Rein sekarang adalah bentuk dari rasa tidak nyaman ketika mendapati kedatangan Virginia secara tiba-tiba dan perempuan itu mengakui dirinya sebagai mama di depan anak itu. Padahal, Rein sudah memiliki sosok moma yang begitu dibanggakannya. Bahkan anak itu berniat menunggu Siri sejak tadi, tapi malah Virginia yang hadir dan mengusik impian sederhana anak itu. 

"Langsung saja, kenapa kamu ke sini?" tanya Dewinta seraya memeluk cucunya yang tak mau menatap ke arah Virginia sama sekali. 

Virginia menghela napasnya dan menunjukkan ekspresi terluka. Berharap Dewinta akan membuat Sereinn luluh dan mau dekat dengan Virginia.

"Ma, aku ke sini karena merindukan Rein."

Kening Dewinta mengerut dalam. "Setelah sekian lama? Kamu yakin kamu masih sehat?" balas Dewinta yang merasa sangat kesal dengan ucapan Virginia. "Kamu meninggalkan anak saya dengan mudahnya, bahkan meninggalkan cucu saya begitu cepat tanpa memikirkan apa pun. Sudah puas kamu dengan kehidupan modeling kamu itu, hm? Apa yang kamu cari dengan berusaha mendekati Rein?"

"Mama ..." Virginia berucap begitu lirih. "Mama, kan, tahu posisi aku sebagai sesama perempuan. Kenapa mama bisa bicara begini?"

Dewinta terpaksa untuk menahan ucapan kasarnya akibat rasa kesal yang membumbung tinggi. Jika bukan karena ada Serein, mungkin Dewinta sudah melempari Virginia yang tidak tahu diri datang dengan apa pun yang ada di dekatnya. 

"Posisi apa yang harus saya tahu?! Kamu meninggalkan suami dan anak demi karir, saya dan Archie mencoba mengerti posisi kamu yang masih ingin bebas dan menggapai cita-cita tanpa kekangan sama sekali. Lalu, kenapa sekarang kamu tidak sibuk terbang lagi?"

Virginia menatap Dewinta dengan wajah memelas. "Saya nggak sanggup untuk terus pergi, Ma. Saya ingin hidup bersama anak yang saya lahirkan dan saya sayangi sepenuh hati."

Dewinta melonggarkan pelukannya dari sang cucu dan mengatakan pada Serein untuk menunggu di dalam kamar neneknya. 

"Sayang, tunggu di kamar nenek dulu, ya? Nenek mau bicara orang dewasa sama ... tamu nenek."

Serein mengangguk dan melesat pergi. Virginia yang melihat hal itu sebenarnya kesal bukan main. Makin mirip aja sama ibunya! 

"Kamu terlalu percaya diri kalau merasa saya akan menerima kedatangan kamu dengan baik. Saya nggak mengizinkan kamu mendekati Serein!" ucap Dewinta dengan amarah. 

"Maksud mama apa? Aku ini mamanya Rein. Aku berhak untuk bertemu dan dekat dengan anakku, Ma." Virginia memaksakan pendapatnya. 

"Jangan asal bicara! Kamu yang meninggalkan Serein dulu, berarti meninggalkan seluruh tanggung jawab kepada saya dan Archie! Kamu bahkan nggak muncul barang sedetikpun untuk bermain atau bicara dengan Serein sejak lama! Kamu anggap diri kamu pantas untuk bersama dan dekat dengan cucu saya?! Jangan mimpi kamu!"

Memang mengesalkan menghadapi perempuan yang tidak tahu diri seperti mantan menantunya ini. Dewinta bisa melihat betapa beraninya Virginia membalas tatapan Dewinta yang tajam. Padahal Siri selalu menunduk ketika tahu perbuatannya salah dihadapan Dewinta. 

"Saya ingin dekat dengan anak saya, Ma."

"Serein bahkan tidak menganggap kamu mamanya! Peran kamu sudah lama hilang dan kamu tidak bisa mendapatkannya begitu saja tanpa persetujuan Serein yang melihat kamu saja sudah takut duluan."

Virginia masih tidak mau kalah sama sekali. Dia terus melakukan serangan balik agar Dewinta diam. 

"Aku memang pernah salah, Ma. Tapi aku yakin bisa memperbaikinya. Apalagi ada izin yang Archie berikan ke aku."

Pernyataan tersebut membuat Dewinta terdiam seketika. "Archie? Maksud kamu Archipelago Cakra?" sahut Dewinta tak percaya. Bagaimana mungkin putranya itu begitu bodoh untuk memberikan ruang serta kesempatan pada Virginia mengacaukan segalanya?

"Iya, Ma. Anak mama yang memberikan aku izin untuk bertemu Rein."

Dewinta tidak bisa tinggal diam. Dia berlari segera untuk mengambil ponselnya dan menghubungi Archie. Masalah ini tidak akan hadir jika saja putranya itu tidak bertindak bodoh begini.

Virginia masih nyaman mendapati kecemasan yang tergambar jelas di wajah Dewinta. Dia akan menikmati raut tersebut hingga dirinya berhasil menarik Archie kembali dan menggunakan segala fasilitas yang bisa mantan suaminya itu berikan. Virginia benar-benar merindukan masa-masa itu. Dia akan kembali hidup nyaman dengan sokongan Archie yang tidak berhenti mengucur deras. 

"Halo! Archie, kamu apa-apaan, sih!?"

"Mama kenapa?"

"Kamu yang kenapa?! Kamu bilang apa sama mantan istri kamu sampai dia datang ke rumah mama dan mencoba dekat dengan cucu mama?!"

"Mantan istri? Irgi? Maksud mama Irgi ada di rumah?" 

Dewinta melirik ke arah Virginia yang malah semakin santai tanpa beban sama sekali. Putranya memang benar-benar bodoh!

"Siapa lagi???! Memangnya kamu punya berapa mantan istri!?" hardik Dewinta yang sudah sangat kesal.

"Gimana bisa Irgi ke sana?" 

"Kamu harusnya yang jawab pertanyaan itu! Kenapa kamu kasih izin ke mantan kamu itu untuk bertemu dengan Rein??! Kamu nggak tahu aja gimana takutnya anakmu itu waktu lihat perempuan ini di depan pintu!"

"Aku bakalan ke sana, Ma. Tenang aja, ya. Archie bakalan ke rumah. Aku tutup dulu teleponnya, Ma. Bye!"

"Halo?? Archie?? Halo???" Dewinta menatap layar ponselnya yang mati karena Archie memutuskannya sepihak. Perilaku Archie memang aneh. Dewinta tidak paham kenapa Archie meraih Virginia kembali disaat pria itu akan menikah dengan Sirius yang sudah mengantongi restu dari Serein?

"Benar, kan, Ma? Aku nggak bohong sama sekali. Archie yang meminta aku untuk datang menemuinya dan Rein. Aku ini, bagaimanapun cerita kami dulu, aku tetap ibu Rein dan harus mendapatkan kesempatan untuk dekat dengan anakku sendiri, Ma."

Dewinta semakin kesal dan akhirnya memilih untuk menarik lengan Virginia untuk keluar dari ruang tamunya. Mumpung tidak ada Serein yang melihat hal itu. 

"Ma? Mama mau apa?"

Dewinta membawa Virginia ke depan dan sengaja mendorong tubuh perempuan itu hingga oleng. 

"Yang memberi izin cuma Archie, saya nggak. Silakan kamu tunggu Archie disitu dan jangan berani menginjakkan kaki ke dalam lagi! Bicaralah dengan Archie di depan, dan saya tetap pada pendirian untuk tidak memberikan kamu kesempatan apa pun! Kamu dengar itu? Saya tidak akan memberikan kesempatan apa pun dan sampai kapanpun!"

Dewinta langsung menutup pintu hingga Virginia berjingkat kaget. 

"Dasar nenek sihir sialan!" umpat Virginia pelan. 

Merapikan rambutnya yang kacau karena tindakan Dewinta yang menarik dan mendorongnya paksa, Virginia menghela napas dan menyabarkan diri. "Demi uang dan kekayaan Archie, Virgi! Sabarlah menghadapi nenek sihir dan anak sahabat sialanmu itu."

[Bab 41 yang bisa dibaca duluan mulai disuguhkan dengan si biang masalah, yes.]

Daddy's In Hurry / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang