CH. 38

3.3K 791 18
                                    

Sirius selalu tahu bahwa hidupnya penuh dengan kejutan. Sama seperti saat ketika putra mereka memergoki kegiatan tak senonoh itu terjadi. Serein yang rambutnya masih berantakan dan mengedip-ngedip menyesuaikan penglihatan baru tidur adalah hal paling menggemaskan. Namun, tak menggemaskan sepenuhnya ketika pertanyaan mengenai tangan Archie di dalam celana Siri adalah pertanyaan penuh senjata yang anak itu berikan. 

Pengalaman tersebut menjadikan Siri untuk lebih hati-hati tidak menikmati godaan fisik Archie sembarangan. Pertanyaan dari Rein dan apa yang dilihat anak itu tidak akan bagus jika diteruskan. Satu-satunya yang bisa Siri lakukan karena rasa malunya adalah melampiaskannya pada Archie. 

"Aduh! Siri, Siri, sakit!" Archie tidak bisa menahan keluar rasa sakitnya karena ulah Siri. 

Wanita itu meluapkan kemarahannya dengan cara mencubit tidak ada habisnya lengan, kaki, dan bagian yang bisa dicubit dan memuaskan rasa kesal Archie karena membuat Rein memergoki mereka di meja makan. 

"Star ... sakit. Sumpah cubitan kamu sakit." 

Siri menatap Archie dengan tajam. "Awas kamu kalo berani godain aku di tempat nggak seharusnya!" 

"Kamu yang mancing—"

"Aku nggak mancing, pikiran kamu yang kacau!" 

Archie menghela nafasnya perlahan. "Iya, oke. Aku yang salah." 

Tidak ingin membuat calon istrinya semakin marah, makanya Archie memilih untuk tidak menjalankan mulutnya untuk menyangkal lagi. Menerima semua limpahan kesalahan adalah yang terbaik. Begitulah posisi pria yang biasanya diinginkan banyak wanita—dikatakan bersalah dalam situasi hati wanita yang tidak baik.

"Kok, malah santai ngaku salah!?"

Kan, salah lagi. Archie tidak ingin main-main dengan Siri jika sudah tahu begini. Archie akan mengajak wanita itu main-main ketika nanti mereka berada di tempat yang aman saja.

"Aku harus gimana? Ngaku salah masih aja salah menurut kamu. Maunya gimana, sih?"

Siri membuang muka dan tidak berniat untuk melanjutkan pembicaraan dengan Archie.

"Urus pernikahan kita secepatnya supaya semua surat-surat jadi legal. Aku juga maunya akta lahir Rein ada namaku. Jangan bicara sama aku sampai masalah itu selesai!"

Archie mengusap wajahnya dengan rasa kalut yang tidak bisa dijelaskan. "Ya, ampun, My Star ... kalo udah marah nggak bisa dinego sama sekali!"

*

Siri tidak menyukai fakta bahwa rasa lelah di tubuhnya rumit sekali dilawan ketika kehamilan keduanya ini terjadi. Visi untuk mendiamkan Archie membuat Siri semakin tersiksa. Tidak banyak interaksi yang dirinya lakukan dengan Archie menjelang pernikahan mereka, apalagi dengan inisiatif Dewinta yang memberikan jarak bagi keduanya. 

"Makan yang bener," ujar Dewinta yang tidak menyukai kebiasaan Siri tiga hari ini yang suka mengabaikan makanan. 

Siri memang diberikan kejutan oleh Dewinta ketika wanita itu datang ke kediamannya yang satu gedung dengan kantor, bahkan bersedia menginap dengan membawa koper besar dengan alasan ingin memisahkan Siri dan Archie sebelum hari H mereka datang. 

Siri menciut, tapi mulutnya tetap saja tak bisa dibungkam sama sekali. "Nggak nafsu makan, Ma." 

Dewinta tidak menyerah dengan semua hal yang berhubungan dengan Sirius. Tatapan Dewinta bahkan tidak bersahabat, tapi entah kenapa Siri biasa saja menerima perlakuan Dewinta. 

"Jangan diturutin. Adiknya Rein nggak akan kenyang dan nggak bakalan dapet nutrisi kalo kamu sibuk nurutin nggak nafsu." 

Dewinta menarik piring Siri dan menyuapkan makanan itu ke mulut Siri. "Buka mulutnya," kata Dewinta. 

Daddy's In Hurry / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang