CH. 27

4.3K 828 19
                                    

Archie masih memutar semua penjelasan dari Jeje yang tidak bisa begitu saja dirinya terima dengan baik. Virginia? Nama itu bukanlah nama asing untuk Archie cerna dengan baik. Ada satu nama Virginia yang Archie kenal dan sekarang sudah menjadi bagian masa lalu pria itu juga. Yang jeje sebutkan pula, sosok Virginia ini adalah bagian masa lalu Siri dan ini membuat Archie terlalu banyak menebak hingga rasanya ia ingin mempertemukan Virginia dengan Siri. Archie ingin melihat apa reaksi keduanya jika bertemu. 

"Kamu dari lantai dua?" Archie yang baru saja keluar dari lift mendapati Siri dengan rambut basah dan handuk kimononya saja. 

"Kamu kenapa mandi jam segini?" balas Archie bertanya.

"Kita mau ke rumah mami papi aku, kamu lupa?"

Archie melihat jam di dinding yang masih menunjukkan pukul empat sore. "Bukannya malem?" 

"Iya."

"Terus kamu mau siap-siap jam segini?"

Siri menggumam mengiyakan apa yang Archie tanyakan. "Apa nggak kelamaan nunggu? Kamu terlalu rajin buat siap-siap, My Star."

Siri tertawa kecil dan berjalan menuju meja riasnya. "Nggak ada yang kelamaan buat perempuan yang selalu punya waktu prepare yang lebih panjang, Sayang."

Archie selalu tidak mengerti dengan durasi yang dibutuhkan oleh perempuan untuk menyelesaikan riasan mereka. Entah faktor apa yang menyebabkan hal seperti itu terjadi, tapi Archie tak ingin melepaskan kalimat balasan yang bisa membuat Siri tiba-tiba kesal sendiri. 

Masih sibuk memikirkan apa yang Jeje beritahu padanya, Archie sampai lupa bahwa Siri melayangkan pertanyaan ketika dirinya menginjak lantai lima. 

"Kamu belum jawab, ke lantai dua ngapain?"

"Ngomong sama Jeje," jawab Archie seraya membaringkan tubuhnya. Pandangannya terarah pada langit-langit ruangan itu. 

"Ngomongin apa?"

Archie ingin sekali mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya. Mengenai semuanya yang berkaitan dengan luka masa lalu Siri. Namun, luka yang tak siap untuk dibagi mungkin akan membuat Siri sakit lagi ketika mengungkapkannya. Mengingat nanti malam mereka harus menghadapi orangtua Siri yang mungkin akan menunjukkan amarah dan kecewa mereka, Archie tampaknya tidak bisa mencetuskan begitu saja. 

"Dia kasih peringatan ke aku supaya jagain kamu karena akan jadi pasangan kamu."

Siri mengernyit. "Jeje minta begitu?"

"Hm, kamu bisa tanya sama dia kalo nggak percaya."

Siri mulai mengeluarkan semua alat riasnya, mulai dari kuas, beauty sponge, dan alat-alat lainnnya yang membuat Archie lelah sendiri melihatnya.

"Aku tidur dulu sebentar, ya. Nanti tolong bangunin aku, Star."

Siri tidak menjawab dan membiarkan pria itu untuk tidur. Entah kenapa Siri tidak begitu saja merasa bahwa Archie hanya dititipkan kata-kata yang sederhana oleh Jeje. Apa mungkin Jeje cerita semuanya ke Archie? Namun, tebakan itu langsung Siri tepis karena sikap Archie yang masih biasa saja. 

Siri menarik napas setelah menatap Archie yang mulai mendengkur. "Terserahlah." Siri sedang tak ingin membawa pusing apa pun agar dirinya tak merengkuh depresi kembali. 

*

Tidur Archie tidak berkualitas sama sekali. Dia yang sebelum tidur tadi menimang apakah Virginia dan Irgi adalah orang yang sama, merasakan mimpi yang jelas seperti yang terjadi di masa lalu. Disaat dirinya dan Irgi masih berstatus sebagai pasangan dengan Irgi yang tiba-tiba membawa pulang bayi mereka. 

"Sayang, aku pulang!" 

Archie yang tidak mengerti semua situasi terkejut dengan kehadiran istrinya yang tiba-tiba dan ... mendorong kereta bayi. 

"Irgi ... ini?"

Irgi tertawa, perempua itu mendekat dan memeluk tubuh Archie. Segera setelah mereka melepaskan kerinduan dengan ciuman singkat yang tidak Archie perdalam karena keterkejutannya, pria itu langsung mendekati kereta bayi karena tak sabar melihat bayinya. 

"Kenapa kamu nggak bilang ke aku kalo kamu lahiran?" tanya Archie yang sadar bahwa dia sudah melewatkan kesempatan untuk bersama istrinya saat momen krusial tersebut. Kecewa dan kemarahan jelas ada di dalam diri Archie dan itu adalah salah Irgi yang tak mau ditemani dan memilih menjalani segalanya sendirian di negeri orang. "Aku ini suami kamu, Irgi. Kenapa kamu memilih menjalani semuanya sendirian?"

Irgi mendekati suaminya dan berkata, "Udahlah, Sayang. Yang penting sekarang aku udah pulang, kan? Kamu harusnya seneng karena kamu tetep bisa fokus bangun Bar&Stone yang nggak disetujuin sama mama kamu dan aku bisa mengurus diri serta anak kita." 

"Aku maunya bisa ada disisi kalian. Aku melewatkan tumbuh kembang anak kita di dalam kandungan kamu, bahkan aku nggak bisa melihat anakku sendiri saat pertama kali dia menangis. Aku merasa nggak becus sama sekali jadi papa!"

"Sssttt, kamu adalah papa terbaik, Sayang. Look, anak kita sangat mirip dengan kamu."

Archie menahan napasnya ketika dirinya bisa melihat dengan jelas bayi laki-laki yang sedang tertidur itu. Archie tidak menyangka ini akan menjadi hari dimana dirinya bisa melihat sang anak. 

"Kamu sudah beri nama, Irgi?" tanya Archie pelan. Pria itu memilih melupakan kemarahan serta kecewanya tadi. 

"Belum. Kamu bisa kasih nama yang kamu kehendaki, Sayang. Kamu papanya."

Archie memejamkan mata, "Dan kamu mamanya. Kamu nggak mau menyumbang nama yang kamu inginkan untuk disandang anak kita?"

Irgi mengibaskan tangannya dan mulai berjalan menuju sofa. "Ugh, aku kangen istirahat. Aku bener-bener nggak ada waktu istirahat untuk pulang ke sini."

"Kenapa buru-buru? Kamu bahkan bisa menghubungi aku dimana kamu berada dan aku akan datang tanpa perlu kamu yang baru lahiran langsung pulang ke Indonesia."

Irgi menatap suaminya dengan alis yang terangkat tinggi. "Hummm, nggak jadi kejutan lagi, dong nanti! Aku malah pengen kamu nggak banyak protes karena aku udah lahirin anak untuk kamu dan semua kejutan ini harusnya kamu apresiasi, bukan malah kamu bales dengan protes terus!"

Archie menyadari bahwa Irgi tidak lagi suka dengan ocehannya sebagai suami yang merasa diabaikan keberadaannya. Archie memilih fokus pada putranya yang sangat lucu dan dia akan mulai mengabadikan rupa anaknya untuk diberi nama di pigura besar nantinya. 

"Arcana Serein Cakra. Gimana menurut kamu?" tanya Archie yang kagum dengan nama dan rupa sang anak.

"Hm, bagus." Irgi berdiri dan berjalan menuju kamar mereka. "Aku ke kamar buat istirahat, ya, Sayang. Tolong kamu jagain anak kita dulu, aku capek banget."

Saat itu Archie sangat bodoh dan tidak mengerti kenapa Irgi memasrahkan seluruh urusan Serein padanya. Mimpi itu mengulang momen dimana Archie bingung tetapi juga harus mengurus Serein dengan baik setelah merasa melewatkan banyak waktu ketika anak itu berada dalam kandungan. 

Sekarang, Archie seperti mendapatkan pencerahan sedikit demi sedikit. Mimpi yang datangnya dari otak yang bekerja itu mulai membawa kepingan demi kepingan masuk akal. Maka dari itu, Archie langsung memegang ponselnya ketika bangun dan membuat rencana untuk mendapatkan jawaban pasti. 

to Virginia Sweety 

Hi, Irgi! remember me? Your beloved ex-husband. I want to talk with you, and this is about our son, Serein. I want to know what is your blood type and I want you to meet our son to check the DNA between you and Serein. This is urgent. Send me fast responses, please! 

Jika ini permainan yang Tuhan sekali lagi buat, maka Archie akan menjalankannya dengan sebaik mungkin. 

[Sudah baca bab 37 di Karyakarsa? Sedikit ++ 🤭]

Daddy's In Hurry / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang