CH. 42

3.3K 639 6
                                    

"I work hard for this position," ucap Demozza pada banyak peserta magang yang hadir di kantor cabang miliknya yang terhitung masih sangat muda. "Nggak ada kesuksesan yang langsung bisa digapai dengan mudah. Perjalanan panjang saya mungkin terlihat singkat bagi kebanyakan orang, tapi saya nggak ingin kalian menilai saya demikian."

Para peserta magang terlihat mengangguk-anggukan kepala seolah mereka peduli dan memperhatikan ucapan atasan mereka. Padahal, Demoz juga sadar tidak banyak yang mau mengiyakan ucapan pria itu akan kesuksesan yang dicapainya.

"Saya mau kalian bekerja keras seperti yang saya lakukan. Hidup kalian masih panjang, perjuangan keras harus dilakukan jika kelak ingin hidup mudah diusia yang lebih dewasa nanti."

Hampir tidak ada yang percaya pada ucapan Demozza mengenai kesuksesan. Pria itu memiliki riwayat hidup sebagai cicit dari salah satu pemimpin negara yang disegani hingga kini. Bahkan ayahnya sempat menjadi pria terkaya meski akhirnya terjerat dengan kasus korupsi besar-besaran jalan tol yang akhirnya membuat keluarga Demoz terpecah berai.

Butuh waktu untuk memulihkan nama baik Demozza, itu benar. Dia  pria yang sejak awal dikenal baik dengan segala sikap malaikatnya, hanya saja tercoreng dengan prestasi buruk sang ayah. Ya, meski tidak banyak yang tahu monster dalam diri Demoz menyoal cinta dan wanita.

"Saya juga ingin menyampaikan pesan kepada kalian sebelum melakukan percobaan di kantor ini," ujar Demoz yang mulai terlihat sangat tegas. "Jangan pernah membahas perasaan kalian di kantor. Saya paling nggak suka ada keluh kesah di kantor yang didengar satu sama lain. Jika ada yang mengeluh dengan anggota lain, atau bahkan mengeluhkan sikap atasan, saya nggak akan segan untuk memanggilnya dan bicara langsung di ruangan saya."

Tidak pernah ada yang tahu apa yang akan ditemui oleh mereka semua jika berhasil masuk ke dalam ruangan seorang Demozza. Mereka hanya bisa saling melirik tidak paham dengan peringatan tersebut.

"Baik. Kalau begitu kegiatan office tour kalian sudah bisa dimulai, saya harus visit ke tempat lain. Jika ada kendala, silakan hubungi kepala bagian atau penanggung jawab masing-masing."

Secara kompak peserta magang menjawab, "Baik, Pak!"

Demoz mengangguk senang. Pria itu segera berjalan pergi dan mengaitkan kacamata hitamnya sebelum terkena sinar matahari yang menyilaukan. Kepalanya bahkan harus dilindungi oleh sopir agar tidak terbentur meski Demoz pasti tahu untuk memperkirakan kepalanya tak berciuman dengan bagian mobil.

"Ke mana kita hari ini, Pak?" tanya Sopir pribadi Demoz.

"Bar&Stone," jawab Demoz tanpa menjelaskan lebih lanjut karena waktunya sangat berharga untuk banyak bicara. Secara cerdas pula sang sopir membawa mobil menuju nama tempat yang dituju atasannya menggunakan arahan peta digital.

Demoz tahu dirinya adalah orang cerdas, maka dirinya harus merekrut pegawai yang cerdas pula. Sekalipun sopir pribadi, Demoz memilih pegawai lulusan Sarjana untuk mengerti dengan keinginan dan situasi yang selalu Demoz tekankan.

"Apa ada salinan jadwal dari sekretaris saya?" tanya Demoz.

"Sejauh ini belum ada email yang masuk, Pak." Jawaban dari sopir pribadinya itu menandakan bahwa Demoz tidak memiliki jadwal kerja yang sangat berat. Tidak ada yang perlu dicemaskan selama Demoz akan mendekati dan menggali informasi langsung dari pemilik Bar&Stone.

"Good. Kalau begitu, selama saya di Bar&Stone, tidak ada yang boleh mengganggu."

"Baik, Pak."

*

Kehidupan berjalan berputar. Demoz membenci rasa kehilangan sejak dirinya dipaksa untuk melepaskan Artemisia Sirius oleh ayahnya yang saat ini nama baiknya masih begitu bersih. Rekaman dari bukti kekerasannya pada Siri hanya akan membuat ayah Demoz merugi dan berakibat pada ekonomi keluarga nantinya.

Guvran, kakak Virgi, menggunakan cara ancaman agar Demoz melepaskan Siri. Ya, saat itu Demoz belum bisa menghasilkan apa pun hingga dia harus mengalah. Namun, secepat waktu yang membawanya pada ambisi itu lagi, Demoz sanggup membalikkan keadaan. Guvran tersungkur dan kini Demoz berada di atas hingga Virginia mau datang dan mengemis padanya, membagikan informasi mengenai sahabatnya—yanh diakui sebagai mantan sahabat—dan membuat Demoz mengingat ambisinya kembali. Virgi mengemis, atau lebih tepatnya memaksa diberikan tempat untuk kembali hidup nyaman dengan mengharapkan sokongan dari Demoz.

Virgi berpikir bahwa dengan datang dan memberitahu clue untuk datang ke Bar&Stone maka Demoz akan dengan cuma-cuma memerdekakan hidup Virgi dan kakaknya.

Demoz bahkan sebenarnya bisa saja mencari tahu kehidupan Siri melalui orang terpercaya. Namun, Demoz hanya belum mau. Dirinya sibuk meninggikan status kekayaan agar tidak bisa diancam. Sekarang, Demoz ingin mengulik lebih dulu sosok Archipelago Cakra yang sesuai dengan informasi dari Virgi, pria itu adalah mantan suami Virgi dan kini memiliki Siri.

Demoz mengamati bangunan Bar&Stone yang terlihat lebih sederhana dari perkiraannya. Orang-orang di sana datang memang untuk menggapai ketenangan, bukan kelab malam yang gemerlap dan berisik.

Usai mengikuti semua prosedur untuk bisa lolos masuk ke Bar&Stone, Demoz mulai mengarahkan pandangan ke seluruh interior ruangan.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya salah seorang pelayan wanita.

Demoz memasang senyum manis dan menggunakan kesempatan dengan mengerling pelan pada pelayan wanita tersebut.

"Saya nggak butuh bantuan, tapi saya membutuhkan kesedian kamu untuk menemani saya berbincang sebentar mengenai Bar&Stone ini, boleh?"

Si pelayan wanita tertegun dengan wajah tak percaya. Ketampanan Demoz memang bisa mengalihkan pikiran wanita, bahkan Siri juga bertekuk lutut dengan kemampuan serta ketampanan yang Demoz miliki.

"Ma—maksudnya ... berbincang gimana, Mas?"

"Saya pendatang baru di sini. Nggak ada yang bisa saya mintai tolong untuk menjelaskan mengenai Bar ini. Saya suka dengan gaya sederhana yang diusung bar ini. Saya juga ingin tahu banyak hal mengenai menu yang disajikan di sini."

Pelayan wanita itu akhirnya mengangguk meski terlihat gugup. "Baik, kalau begitu mari saya tunjukkan tempat yang bisa Anda pilih. Disesuaikan dengan tingkat kenyamanan yang ingin Mas gunakan. Kami memiliki banyak fasilitas ruangan bagi beberapa orang yang ingin menghabiskan waktu sendirian tanpa gangguan ...."

Demoz menjadi tahu pelayan wanita di sini rupanya tidak bodoh. Archipelago Cakra rupanya tidak asal mempekerjakan pegawai.

"Saya ingin ruangan yang bisa membuat saya nyaman untuk berbincang dengan kamu. Karena saya butuh lebih banyak penjelasan mengenai Bar&Stone."

"Baik, saya akan keep ruangan untuk Anda lebih dulu."

Demoz tidak akan bersikap gegabah dengan langsung meminta bertemu dengan Archipelago Cakra, dia akan menggunakan banyak alasan dan menjadi pelanggan tetap agar ada motivasi bagi si pelayan untuk mengabarkan pada bos besarnya mengenai Demoz. Membangun hubungan baik, sepakat, setelah itu dia akan menjerat Archipelago Cakra agar kehilangan Sirius.

Demoz menatap pelayan wanita itu dan memikirkan beberapa kemungkinan untuk membuat si pelayanh mengatakan pada Archipelago Cakra lebih cepat. Menjerat pelayan ini lebih dulu mungkin bisa membantu banyak.

[Hihowww! Mengenalkan Demozza si biang masalah tapi dah kepikiran dia kayaknya cocok jadi biang masalah di Daddy series lainnya.😆 Btw, bab 53 udah meluncur di Karyakarsa tapi notifnya gak muncul. Silakan yang mau baca duluan, ya.]

Daddy's In Hurry / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang