CH. 24

4.5K 851 43
                                    

Apa yang bisa Siri lakukan? Dia tidak bisa melawan atau bersikap lancang karena ternyata fakta yang disuguhkan oleh waktu benar-benar hadir sebagai kejutan yang penuh lelucon. Lucu sekali, sampai Siri tidak sanggup mengangkat wajahnya. Dewinta sudah dibuat terkejut saat Siri menunjukkan perutnya, begitu pula reaksi yang diberikak oleh papi dan maminya. Ternyata, Dewinta adalah mama dari Archie yang berarti, selama ini mereka dijodohkan dan berusaha saling melepaskan. Konyol sekali. 

"Jadi, selama ini ... mama mau jodohin aku sama Siri?" 

Dewinta menatap Siri yang melirik takut. "Nggak lagi," ucap Dewinta seraya membuang wajah. 

Archie menyadari tensi yang berbeda sekarang. Siri pasti memberi kejutan dengan rasa percaya yang tinggi waktu menolak menggunakan perut buncitnya. Sedangkan sekarang situasi menjadi terbalik 180 derajat. Dewinta menjadi pihak yang bisa memutuskan segalanya. 

"Ma, jangan bikin Siri takut." Archie memberikan protesnya. 

"Kamu pikir mama mau begini? Kalo dia bersikap baik, kasih kesan yang baik, mama nggak akan bikin dia ketakutan sekarang. Lagi pula, dia takut karena ulahnya sendiri. Coba waktu kemarin dia nggak sok-sok'an nunjukkin perutnya—"

"Saya nggak tahu kalo ternyata tante mamanya Archie." Siri mencoba peruntungan dengan memotong ucapan Dewinta. 

"Eh, eh, eh. Malah asal menyela! Pokoknya kamu salah, ya, Sirius! Jangan bilang kamu benar, pokoknya kamu salah." 

"Mama—"

"Kamu juga yang paling salah! Belum sah udah digarap!!!" 

Archie kalah telak. Semburan kalimat dari mulut mamanya tepat di depan wajah Archie hingga pria itu sontak memejamkan mata. Wanita jika sudah mengamuk benar-benar menyeramkan. Baik itu Siri ataupun mamanya sendiri. 

"Oke, Archie salah. Tapi apa mau diterusin marah-marahnya? Aku ke sini buat ngasih tahu mama kalo Siri hamil dan kami harus segera menikah, Ma." 

Dewinta mendengkus. "Kamu, tuh, harusnya ikutin saran mama dari awal buat mau dijodohkan biar nggak kecolongan begini! Lagian, ujungnya kalian juga bakalan bareng, kan? Kenapa pake acara drama, sih!?" Dewinta masih belum puas untuk menyerbu pasangan itu. 

Archie mengacak rambutnya hingga berantakan dan tak bisa berkutik. Mamanya tidak akan berhenti hingga merasa puas, dan entah kapan kepuasan wanita itu bisa teratasi pada pembahasan ini. 

"Saya minta maaf, Tante. Saya sudah salah bersikap untuk menolak saat itu, saya pikir bukan Archie yang akan dijodohkan dengan saya. Saya tentu nggak rela kalau anak kami harus mendapatkan sosok ayah yang bukan seharusnya." 

Dewinta menghela napas dan masih membuang mukanya. Kentara sekali ingin membalas sikap kurangajar Siri waktu itu. 

"Kalian urus diri kalian sendiri, mama nggak mau ikutan lagi dan malah masuk ke dalam drama salah paham. Terserah kalian. Pokoknya terserah!" 

Dewinta meninggalkan ruang tamu dan membuat Siri kebingungan menatap Archie. Keduanya tak tahu harus melakukan cara apa untuk membujuk Dewinta yang malah tak mau terlibat apa pun untuk keputusan pernikahan ini. 

"Gimana ini, Ar? Aku bingung banget." 

Archie mendekati Siri dan berusaha menenangkan wanita itu. "Jangan stres, nggak baik buat bayinya. Aku pastiin mama bakalan restuin kita. Dia itu suka banget sama kamu, bahkan dulu seringnya bahas kamu sebagai pilihan tepat. Cuma ... karena kejadian penolakan itu aja makanya mama ngambek." 

Dan merajuknya wanita yang sudah berumur itu pasti sangat berpengaruh untuk hubungan mereka. Jika Serein, mungkin jangka waktu untuk membujuk anak itu akan lebih singkat. Nah, ini? Neneknya Serein yang malah merajuk dan bukan balon warna warni yang bisa meluluhkan wanita itu. 

*

Jeje membuka banyak dokumen hari ini. Dia memang sengaja membersihkan banyak dokumen karena dia merasa luang akibat Siri yang sibuk dengan urusan pribadinya. Dia tidak sengaja menjatuhkan salah satu dokumen yang di dalamnya ada lembaran foto lama.

"Ups! Apa, tuh?" sahut Jeje dengan spontan. 

Jeje mulai menaruhnya di meja dan menatap lembaran foto di sana. Jeje tidak buta dan tidak lupa bagaimana rupa seorang Siri dulu. Siri memang cantik sejak lahir, tapi sosok Siri yang sekarang jauh lebih dewasa dan berisi. Sosok di samping Siri adalah perempuan yang beberapa kali saja Jeje temui, karena motivasi kedekatan Jeje dan sosok itu dengan Siri sudah jelas berbeda. 

"Virginia ..." Jeje menatap foto lama itu. "Kayaknya Siri sengaja buang foto-foto ini di sini. Kenapa nggak sekalian dibakar, sih!?" Jeje menjadi kesal sendiri mengingat hal keji apa yang sudah Virginia lakukan pada Siri. 

"Kalo gue sahabatan sama ular begini, jelas bakalan gue bakar sekalian sama orangnya!" 

Jeje yang menemani Siri dalam fase terpuruk itu. Siri memiliki impian untik menggendong bayi yang dia lahirkan sendiri. Siri kira, hak asuh sepenuhnya milik Siri. Namun, Virginia membawanya pergi setelah menipu Siri dengan pernyataan bohong. Virginia adalah bentuk nyata dari 'teman makan teman' dalam dunia Siri dan Jeje beruntung mengetahuinya karena itu adalah pengalaman berharga. 

"Gue bakar aja, deh." Jeje berniat untuk membakar foto tersebut. Namun, langkahnya digagalkan oleh bel yang berbunyi. 

"Mila," sebut Jeje yang tahu siapa pelaku yang membunyikan bel ruangannya. 

Jeje tahu Mila adalah anak yang rajin, rasanya kasihan bila mengabaikan Mila. Jadi, Jeje melupakan sejenak untuk membakar lembaran foto itu. Dia membuka pintu dan mendapati Mila tersenyum manis. 

"Kenapa, Mil?" tanya Jeje langsung. 

"Itu, Mas Jeje. Ada yang cari Ibu Artemisia. Saya tanya apa keperluan dan waktu janji temu, dia nggak bisa jawab. Tapi dia bilang kenal banget sama ibu Artemisia. Saya tanya namanya, dia nggak mau jawab. Dia maunya ditemui langsung." 

"Mila, kamu punya tugas buat sortir orang nggak jelas yang coba masuk ke sini, loh. Kamu nggak perlu titah saya dua kali buat usir orang itu, kan?" 

Mila menggeleng pelan. "Tapi saya nggak berani, Mas Jeje. Dia punya foto bareng sama ibu Artemisia." 

Jeje mengernyit dalam. Sepertinya ada yang tak beres dengan orang yang memaksa bertemu dengan Siri. "Perempuan atau laki-laki?" 

"Perempuan, Mas Jeje." 

Tiba-tiba saja perasaan Jeje menjadi tak enak sendiri. Dia harus memastikan apakah foto yang dimaksudkan adalah lembaran yang sama yang ingin Jeje basmi tadi?

Jeje maju hingga membuat Mila mundur. "Ikut saya, Mil. Kamu coba chat si bos, kira-kira dia balik ke sini jam berapa. Saya mau kamu bikin alasan sebagus mungkin kalo dia dalam perjalanan ke sini buat nggak ke sini beberapa waktu." 

Mila kebingungan. "Ibu Artemisia nggak boleh ke sini, Mas Jeje? Tapi ..."

"Jangan tapi, tapi. Pokoknya pastiin si bos nggak ke kantor dalam waktu dekat." 

Mila menatap Jeje yang tegang. "Kalo boleh tahu kenapa, sih, Mas Jeje?" 

Jeje menatap ke depan, dia yakin hidup Siri belum sepenuhnya bebas dari penderitaan karena Virginia yang menghilang tanpa kabar. Dan mungkin, ini akan menjadi salah satu kunci dari situasi itu. Siri mungkin akan bertemu dengan Virginia. 

Tapi sebelum terjadi, Jeje akan memastikan Siri merasakan bahagia lebih dulu dengan menjadi pasangan seutuhnya dengan Archie. 



[Di Karyakarsa sudah sampe bab 27, ya. Untuk Daddy's In Hurry juga sudah aku buatkan paket di sana supaya gak setiap waktu beli satuan. Harga paket jelas lebih irit ketimbang beli satuan setiap ada chapter baru. Akses paket juga selamanya. Jadi kalian beli paket, nantinya kalo ada bab baru gaperlu beli lagi, tinggal baca aja. Thank you.]

Daddy's In Hurry / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang