Bagian 3

676 99 41
                                    

Hanin keluar dari kamar kos yang ditempatinya. Kosan itu sepi, karena sebagian besar penghuni sedang berlibur di kampungnya masing-masing. Hanya ada satu-dua kamar yang masih ada penghuninya, tetapi Hanin tidak berniat untuk berbasa basi dengan mereka. Hanya menyapa sambil lalu saja.

Ketika dihampiri, Dafan tengah duduk di jok motor hitam dengan wajah tertekuk. Dengan raut kesalnya, Dafan menyerahkan satu helm pada Hanin.

"Ternyata semua cewek sama aja!"

Kening Hanin mengkerut dalam. Memandang cowok aneh di depannya ini.

"Bilangnya sebentar, tapi ternyata hampir sejam!" jelas Dafan dramatis.

"Ya, maap. Lo nggak ngabarin dulu sih kalo mau dateng. Kan gue belum mandi jadinya."

"Oke! Besok-besok gue akan telepon lo 1x24 jam!"

Hanin memutar bola matanya malas. "Mau ke mana nih?"

Dafan mencebikkan bibir. "Dari tadi pertanyaan lo gitu mulu ya? Kesel gue!"

Dafan memakai helmnya. Memundurkan motor. Lalu menyuruh Hanin untuk ikut saja.

Tanpa banyak protes lagi, Hanin menuruti ucapan Dafan.

***

Dari kaca spion, Dafan dapat menangkap pantulan muka Hanin. Sesekali gadis tersebut memejamkan mata. Menikmati terpaan angin membelai lembut pipinya. Ujung rambut yang berada di bahunya juga terlihat sedikit berkibar, meski sudah diikat rendah. Entah mendapat mantra dari mana, detak jantung Dafan menggila melihat Hanin menyunggingkan senyum manis. Tanpa tahu apa yang sedang dipikirkan gadis itu, yang dapat Dafan lakukan hanyalah terus melajukan motor tersebut. Sambil sesekali melirik kaca spionnya.

Mereka tiba di sebuah kafe bernuansa kalem. Khas anak muda. Dilihat dari tempat parkirnya yang masih cukup luas, dapat diperkirakan pengunjung kafe itu tidak terlalu ramai.

Dafan mengajak Hanin masuk. Gadis itu pun hanya mengekorinya dari belakang. Namun, begitu memasuki kafe tersebut, Hanin baru menyadari bahwa konsepnya outdoor. Dafan sudah memilih tempat duduk di area tengah. Namun, gadis yang membuntutinya tadi justru masih terpaku di ambang pintu.

"Nin, sini!" panggil Dafan sembari mengangkat satu lengan. Membuat Hanin sedikit tersentak di tempat. Pun menarik perhatian beberapa pasang mata ke arah keduanya.

Dengan langkah perlahan, Hanin mendekati meja Dafan. Menarik kursi di depan Dafan. Lalu tertunduk dalam. Ia sempat melepas ikatan rambutnya. Hanya untuk menyembunyikan raut wajahnya.

"Bisa nggak kita pindah tempat aja, Kak ...," ujar Hanin lirih, dengan suara sedikit bergetar.

Dafan yang sedang fokus dengan ponselnya, mengalihkan pandangan ke arah gadis di depannya.

"Are you okay?" tanya Dafan mengangkat dagu Hanin agar ia dapat melihat wajahnya.

Cowok itu sontak terbelalak kala menatap wajah Hanin yang tampak pias. Bahkan terlihat jelas bahwa bola matanya digenangi oleh air yang siap meluncur kapan saja. Jemari yang terletak di atas meja itu juga terlihat bergetar.

Ketika pelayan menghampiri meja mereka, Dafan langsung berucap, "Maaf kami nggak jadi pesan, Mbak. Dompet saya ketinggalan."

Segera Dafan meraih jemari Hanin. Menuntunnya berjalan keluar. Dapat ia rasakan telapak tangan Hanin yang basah oleh keringat. Dalam hati bertanya-tanya, ada apa dengan gadis itu?

***

Dari kafe yang digandrungi oleh para milenials, mereka berpindah ke warung nasi goreng kaki lima. Kali ini, sesuai permintaan Hanin.

Dafan sebenarnya masih dihantui rasa penasaran dengan sikap Hanin saat di kafe tadi.

Setelah mereka saling berdiam diri karena sibuk menghabiskan makanan masing-masing, kini Dafan memulai pembicaraan.

"Lo kenapa?"

Hanin sudah menduga pertanyaan ini akan ia dapatkan. Namun, ia belum menemukan jawaban yang tepat untuk ia sampaikan pada cowok tersebut.

"Gue nggak suka makan di tempat begitu. Terlalu mewah. Mahal. Belum tentu enak pula makanannya."

Dafan menatap dengan pandangan ragu. Tak percaya pada apa yang diucapkan gadis itu.

"Ck! Jawaban lo nggak sesuai sama ekspresi lo waktu di sana."

Hanin sedikit terperanjat. Memutar otak. Mencari alasan lain.

"Ya intinya gitu deh!"

"Gitu gimana?" Dafan menuntut penjelasan.

Hanin mengembuskan napas kasar. Wajahnya kembali terlihat sendu.

"Gue trauma sama suasana restoran outdoor. Kalo mau outdoor, gue lebih milih makan di pinggir jalan sekalian kayak begini."

Dafan masih diam. Menunggu Hanin melanjutkan ceritanya.

"Dulu, waktu gue kelas 4 SD, Mama ngajak gue ke restoran kek gitu. Gue seneng awalnya, karena gue tahu itu restoran favorit keluarga kami. Tapi semua itu sirna gara-gara—"

Suara Hanin tercekat. Emosinya kini mulai terkumpul saat mengingat kejadian bertahun-tahun silam tersebut.

"—papa. Gara-gara Papa gue benci makan di tempat begitu!"

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Hanin meneguk es tehnya beberapa kali.

Dafan dapat merasakan trauma yang ada dalam diri Hanin. Meski belum tahu lebih lanjut, Dafan memutuskan untuk mengakhiri topik itu. Sebatas yang Dafan tahu, orang tua Hanin sudah berpisah. Dan sudah lama pula, Dafan tidak melihat Papa Hanin di sekitar kompleknya.

"Pulang yuk. Udah mulai larut," ajak Dafan bangkit dari duduknya.

Hanin mengangguk lemah.

Namun, saat Dafan selesai membayar, matanya menangkap sesuatu yang membuat otak cerdiknya bekerja.

"Ke sana dulu bentar, Nin." Dafan menggandeng jemari Hanin lembut.

Hanin sedikit berlari, mengikuti langkah panjang Dafan.

Rupanya Dafan sedang mendekat ke tempat "pengamen jalanan" yang berada tak jauh dari warung nasi goreng tadi. Tak hanya mereka yang tengah menikmati akustikan band kecil itu. Beberapa orang tampak menikmati lagu yang tengah dibawakan oleh sang vokalis cowok.

I maybe not yours and you're not mine
But i'll be there for you when you need me
It is only me
Believe me girl, it's only me
Yeah, it's only me
I will always be the one, who pull you up
When everybody push you down
And it's only me
Believe me girl, it's only me
Yeah it's only me

It's Only Me. Milik Kaleb J. Lagu yang tengah hits di sosial media itu sedang dibawakan langsung oleh mereka. Dafan dan Hanin yang sama-sama hafal, ikut bernyanyi bersama. Entah lupa atau sengaja, tangan Dafan masih menggenggam erat jemari mungil Hanin.

Sesekali pandangan mereka bertemu. Dalam. Seolah lagu tersebut adalah isi hati mereka masing-masing. Namun, keduanya sama-sama menyangkal dalam hati.

Itu hanyalah lagu!

Jumat, 4 Februari 2022

❤️❤️❤️❤️

Siapa yang suka lagunya Kaleb J juga?

Viral banget ya lagunya. Deep juga, hiks.

Lagu apa yang sedang jadi kesukaanmu sekarang? Share di sini ya!

Oiya, terima kasih buat yang sudah meluangkan waktu untuk baca sampai bab 3 ini.

Tunggu kelanjutan berikutnya ya.

Salam hangat,
IndAwsoka

Pada Orang yang Sama (TAMAT)Where stories live. Discover now