Bagian 35

241 26 5
                                    

What the—

"Lo gila, Kakk?!" seru Hanin tertahan.

Dafan terkekeh. Menyelesaikan transaksi membeli kartu untuk bermain Timezone.

Hanin benar-benar tak habis pikir! Ia sudah dandan seperti itu, malah diajak main permainan bocah! Ia menyesal sudah menuruti ucapan Dafan tadi pagi.

"Ayok!" Dafan menarik pelan pergelangan tangan Hanin. Mengajaknya mengelilingi satu demi satu permainan yang ada di situ.

"Kita coba ini."

Dafan menunjuk sebuah mesin. Mesin tersebut memiliki beberapa lubang, yang nantinya akan keluar boneka dari lubang tersebut. Tugas mereka adalah memukuli boneka yang muncul ke permukaan, agar boneka tersebut kembali masuk.

"Lo aja," ucap Hanin malas.

"Oke. Gue dulu. Baru lo!" Dafan menggesek kartu tersebut.

Lalu, boneka-boneka muncul terus menerus. Kadang satu per satu. Kadang keroyokan secara bersamaan. Membuat Dafan harus mengeluarkan tenaga ekstra di awal permainan, supaya mendapatkan skor yang banyak.

Dengan napas ngos-ngosan, Dafan menyuruh Hanin gantian memainkannya. Hanin secara tegas kembali menolak. Namun, Dafan tak kehabisan akal.

"Gini, kita tanding di sini. Nanti di akhir, kita kumpulin tiket Timezone yang kita dapet. Siapa yang paling banyak dapet tiketnya, dia menang. Gimana?"

"Kalo menang dapet apa?"

"Yang kalah, traktir makan semau yang menang. Deal?"

Hanin tanpa pikir panjang langsung menyetujuinya. Berniat mengalahkan Dafan, supaya ia tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun nanti.

Hanin memainkan "pukul boneka" tadi. Tenaga Hanin tidak sekuat dan secepat Dafan. Alhasil, Hanin hanya mendapat skor separuh dari skor milik Dafan. Keduanya kini sudah memegang tiket game masing-masing. Mencari game berikutnya.

Kali ini Hanin yang memilih game. Yaitu sebuah mesin capitan boneka yang konon sulit untuk didapatkan. Namun, Hanin ingin mencobanya. Gadis itu lebih dulu menggesek kartunya.

Mesin capitan berjalan pelan. Lalu, Hanin membidik capitan tersebut ke sebuah boneka Teddy bear yang terlihat lucu. Dengan gemas ia menekan keras tombol, agar capitan bergerak ke bawah dan mengambil sasarannya.

Yak! Yak! Yak! Mesin tersebut berhasil mencapit bagian kaki Teddy bear. Kini sedang bergerak menuju lubang untuk dikeluarkan. Namun, di tengah perjalanan, boneka tersebut terlepas dari capitan. Membuat Hanin harus mendesah kesal.

Dafan tertawa penuh kemenangan. Mengambil posisi untuk memainkan game tersebut. "Masa gini doang nggak bisa sih!" ledek Dafan.

Dafan mengincar boneka berbentuk singa. Mesin capitan bergerak ke arah tumpukan boneka. Namun, tidak seberuntung Hanin yang bonekanya sempat terangkat, milik Dafan sama sekali tidak berhasil diraih oleh pencapit tersebut.

Dafan sebal setengah mati dengan mesin tersebut. Berusaha menggoyang-goyangkannya. Namun usahanya sia-sia. Sementara itu, Hanin tertawa lepas. Melihat kesengsaraan Dafan yang sudah sombong duluan di awal.

"Oke! Sekarang giliran gue yang pilih gamenya!" ucap Dafan tak mau kalah dari Hanin.

"Siapa takut!" balas Hanin kini mulai tertarik dengan permainan Dafan.

Wah! Dafan benar-benar curang! Sejak awal permainan, Dafan memilih game yang membutuhkan tenaga ekstra. Kini, Dafan mengajak bertanding memasukkan bola basket ke dalam ring sebanyak-banyaknya. Hanin yang sejak di bangku sekolah selalu remidi bola basket, menggeram sebal!

Pada Orang yang Sama (TAMAT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu