Bagian 29

212 27 8
                                    

Tiba juga kepulangan Hanin dan Dafan yang tertunda sehari dari rencana awal. Hanin menepati janjinya pada Dafan untuk tidak ke mana-mana kemarin. Namun, Hanin menghabiskan waktunya di kontrakan Dafan. Mengobrol bersama cowok itu dan Oka. Dari dinamika kehidupan anak kos. Tugas kuliah yang makin ke sini, makin sulit diterima. Hingga menyerempet ke urusan percintaan masing-masing.

Dari topik terakhir, dapat disimpulkan bahwa Hanin sama sekali belum pernah berpacaran. Oka sudah mempunyai pacar. Hanya satu, katanya. Namun, satu di sini. Satu di sana. Satu di mana-mana, aku cowok itu lagi. Sementara Dafan, mengaku pernah berpacaran sekali di saat SMP dulu. Sayangnya, Hanin dan Oka tidak diberitahu siapa mantan Dafan itu.

Mereka sudah tiba di rumah masing-masing. Grab yang baru saja mengantar mereka, sudah pergi. Rumah mereka tampak sama-sama sepi.

"Makasih banyak, Kak. Buat segala perhatian dan pengorbanan yang lo lakuin buat gue. Gue ampe nggak tahu gimana caranya buat ngebales semua kebaikan lo itu."

Dafan tersenyum tulus. Mengacak rambut Hanin. Membuat gadis itu harus mencengkeram pegangan ranselnya erat-erat. Ada kupu-kupu yang melayang dalam perutnya, tanpa bisa ia cegah.

"It's okay. Hubungan kita nggak putus sampai di sini, kan?"

Hanin menatap Dafan heran dengan pertanyaan yang terlontar barusan.

"Maksud gue, silaturahmi kita," lanjut Dafan seraya terkekeh kecil.

Hanin dengan tergeragap mengiyakan.

"Sana masuk. Jangan sungkan buat hubungi gue, kapan pun lo mau."

***

Hanin membanting tubuh di atas kasur. Berguling ke sana ke mari guna meredam perasaan aneh yang menjalarinya. Merambat tak kasat mata. Namun, rasanya menyenangkan.

Gadis itu belum mengerti betul, apa yang terjadi dengan respon tubuhnya terhadap Dafan. Saat ini status teman masih menyandang keduanya. Hanin sendiri belum yakin seratus persen, apakah benar ia sudah jatuh pada cowok itu? Ah, Hanin tak mau buru-buru menyimpulkan. Karena terakhir kali ia mengambil keputusan sendiri, sakit hati justru yang ia dapati.

Dari pada makin gila dengan pikiran-pikirannya sendiri, lebih baik Hanin mengalihkannya dengan kegiatan lain. Ia memutuskan untuk mandi. Lalu ia berniat untuk mencuci bajunya selepas magrib nanti.

***

Baju kotor yang ia bawa dari Semarang, menumpuk bak gunung paling tinggi di dunia. Hanin yang tidak suka melihat pakaian kotor menumpuk, mencucinya malam itu juga. Hal biasa bagi Hanin untuk mencuci dan menjemur baju malam-malam. Tak jarang pula ia kelupaan dengan jemurannya, ketika hujan tiba.

Di rumah Hanin, terdapat sepetak tempat terbuka, yang terletak di lantai dua. Tak jauh dari kamarnya.

Satu demi satu, pakaian digantung dengan rapi. Hingga suatu kejadian, menarik perhatiannya.

Di bawah sana, seorang perempuan, berhenti di depan rumah Dafan. Memarkirkan motornya hanya di depan. Tidak membawanya masuk ke pekarangan rumah. Lalu, belum sampai gadis itu di depan pintu, Dafan sudah keluar menyambutnya dengan ... ceria?

Dari atas sini, segala tingkah mereka dapat terlihat dengan jelas. Bagaimana raut wajah keduanya yang bahagia. Sesekali si cewek terlihat merengut kesal. Sementara Dafan menanggapinya dengan terkekeh kencang. Sayangnya, obrolan mereka tak dapat tertangkap oleh telinga Hanin. Namun, dari situ, sudah cukup menunjukkan bahwa Dafan "ramah" pada semua perempuan!

***

Dafan! Satu nama itu menjelma dengan berbagai kegiatan di otak Hanin. Dimulai dari sikapnya yang manis. Jail. Hingga ketika Dafan mengobrol dengan cewek tadi.

Perasaan yang semula berbunga-bunga, berubah menjadi gundah gulana. Hanin sendiri masih bingung dengan perasaannya.

Dan ketika gadis itu membuka lemari bajunya untuk mengganti baju tadi, ia menemukan sesuatu yang tergantung oleh hanger. Ia menariknya keluar perlahan. Seolah benda tersebut adalah benda keramat atau warisan peninggalan yang harus ia jaga.

Jaket Dafan yang waktu itu dipinjamnya di Semarang! Bahkan hingga gadis itu kembali lagi ke kota itu, jaket ini justru tersimpan dalam almarinya. Belum dikembalikan kepada sang pemilik.

Diusapnya jaket berwarna hitam itu lembut. Seolah ia sedang mengusap rambut pemiliknya. Ia jadi teringat bagaimana Dafan yang rela memberikan jaket untuknya. Padahal, saat itu hujan deras. Dan posisi Dafan di depan. Sudah pasti angin menerpanya lebih kencang.

Ia pun tak tahan untuk menghidu aroma jaket itu. Meski sudah dicuci menggunakan deterjen miliknya, tetapi rasanya aroma parfum Dafan masih menempel kuat di jaket ini. Entah ini hanya perasaannya saja, atau memang betulan seperti itu. Hanin sendiri masih belum tahu, jenis parfum apa yang Dafan pakai. Namun, aromanya sangat menenangkan.

Huft! Ia tak dapat mencegah adegan tadi masuk ke otaknya lagi. Sebelum moodnya kembali hancur, ia memutuskan untuk berbaring. Dengan berbagai perasaan yang berkecamuk di hatinya, ia membawa serta jaket itu dalam pelukan. Menemaninya tidur sepanjang malam.

Rabu, 2 Maret 2022

❤️❤️❤️❤️

Hehhh! Siapa lagi cewek ituuuu?!

Ada yang bisa nebakkk?

Waduhhh, disaat Hanin keliatan udah jatuh cinta sama Dafan, si doi malah begitu!

Gimana sih kamu, Dafannnn?!

Ya udah tunggu aja kelanjutan ceritanya.

Jangan bosan untuk vote dan komen di setiap bagian.

Terima kasih❤️

Salam sayang,
IndAwsoka

Pada Orang yang Sama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang