Bagian 34

204 21 3
                                    

Pletak!

Berulang-ulang suara tersebut terdengar dari kamar Hanin. Sumbernya dari luar jendela kamar yang terletak di lantai dua. Suara tersebut berhasil membuat tidur pagi Hanin menjadi terganggu. Gara-gara belum ada kegiatan, selepas salat Subuh, gadis itu kembali merebahkan tubuh. Kebiasaan buruk, yang belum bisa diubah dari diri Hanin.

Ia bangkit dari kasur. Sembari mengucek mata. Membuka tirai. Dan mengecek siapa orang yang sudah iseng mengganggunya.

Matanya yang masih mengantuk, sontak terbuka lebar. Terbelalak. Melihat seseorang melambaikan tangan beberapa kali di bawah sana.

Dengan segera Hanin membuka jendela. Melongokkan kepalanya ke arah bawah.

"Ngapain sih ganggu banget pagi-pagi?!" seru Hanin kesal.

"Selamat morning!" Dafan menyapa riang menirukan gaya bicara Mami Kos.

"Ngapain sihhhh?!" geram Hanin mengulang pertanyaannya.

"Pagi-pagi udah sewot aja!"

"Nggak jelas!" ujar Hanin bergegas menutup jendela kamarnya. Namun, Dafan kembali memanggilnya. Kali ini lebih keras. Membuat Hanin menahan lengannya menutup jendela. Kembali melongokkan kepala ke bawah.

Matanya kembali terbelalak. Kali ini, bukan karena lambaian Dafan atau lemparan kerikil yang dilakukan Dafan sebelumnya. Namun, karena ada sebuah benda yang sedang bergerak melayang mendekati jendela kamar Hanin.

Hanin menatap setiap pergerakan benda tersebut, hingga akhirnya tiba di depan kamar Hanin. Lalu dengan sigap Hanin meraih tali yang menjuntai ke bawah. Ditariknya benda berisi gas yang tak lain adalah balon. Bentuknya adalah pesawat. Lebih cocok diberikan untuk anak usia dini. Bukan untuk Hanin.

Namun, Hanin tetap meraihnya mendekat. Ternyata, di bagian ujung tali, ada sebuah kertas yang dilinting. Hanin tergelitik untuk membukanya. Masih berdiri di tepi jendela.

TURUN!

Satu kata perintah tertulis di kertas berwarna putih tersebut. Hanin melongokkan kepala ke bawah. Sudah tidak ada Dafan di sana. Bahkan gerbang rumahnya sudah tertutup rapat kembali.

Meskipun begitu, Hanin tetap penasaran dengan tulisan Dafan barusan. Dengan langkah seribu, Hanin menuruni tiap anak tangga. Tergesa-gesa memutar kunci pintu rumah. Dan tak ditemui apa pun di depan rumahnya ketika sudah terbuka lebar.

Hanin mendesah sebal. Bisa-bisanya Dafan mengerjainya!

Ia pun meremas kertas tadi, lalu membuangnya ke bawah. Dan, ketika ia menatap ke bawah sana, di samping onggokan bola kertasnya, terdapat sesuatu yang menarik perhatiannya.

Sebatang cokelat dengan pita mengikat indah di sekelilingnya. Dengan sedikit tremor, Hanin mengambil cokelat tersebut.

Di belakangnya, rupanya terselip sebuah notes lagi. Kali ini warnanya merah jambu. Bukan putih lagi.

Hanin menengok ke depan. Mencari apakah Dafan berdiri di depan rumahnya sendiri. Namun, tak ditemukan siapapun di sana. Hanin pun bergegas membuka notes tersebut.

Selamat ulang tahun, Hanin. Nanti malem siap-siap. Kita jalan-jalan lagi.

Hanin sangat terkejut. 8 Agustus. Ya, ia lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Benar-benar lupa!

Di sisi lain, Hanin merasakan kebahagiaan yang amat besar. Baru kali ini, ia mendapat hadiah selain dari keluarganya. Apalagi, cara Dafan memberikan hadiah di pagi ini sangatlah berbeda.

Dengan perasaan yang masih berbunga-bunga, Hanin memberikan senyum lebar pada rumah di depan sana. Seolah rumah tersebut adalah Dafan yang sudah memberikan kejutan kecil ini.

Hampir saja air matanya menetes saking terharunya. Setelah itu, Hanin masuk ke dalam rumah. Membawa cokelat itu masuk. Setelah sebelumnya kembali memungut kertas pertama yang sudah ia remas tadi.

Tanpa Hanin ketahui, sang pemberi kejutan tengah mengintip dari balik tirai jendela kamarnya. Tersenyum lebar dengan perasaan membuncah di dada.

***

Dafan melongo di depan pintu rumah Hanin. Bagaimana tidak? Malam ini Hanin terlihat makin mempesona dengan gaun selutut, dan tampilan make up yang lebih terlihat. Dandanannya tidak berlebihan. Namun pas, menunjang kecantikan Hanin. Rambutnya terurai indah ke belakang. Namun tetap disatukan dengan pita yang terikat longgar.

Gaun Hanin bukanlah gaun pesta. Namun, hanya baju terusan dengan ikat pinggang berpita yang melingkari pinggangnya. Berwarna biru muda. Dipadukan dengan flat shoes hitam.

"Ck! Aneh ya?" Hanin berdecak di tempat. Tangannya bergerak merapikan rambutnya.

Dafan menangkap lengan Hanin. Menurunkannya perlahan. Seolah tidak mau pemandangan di depannya dirusak begitu saja.

"Cantik!" puji Dafan tulus.

Hanin justru kikuk. Malu. Senang. Menjadi satu. Dadanya sudah berdebar-debar kencang. Namun, harus sekuat tenaga Hanin memasang tampang biasa saja di depan Dafan.

"Kayaknya, gue harus ganti baju dulu, deh," ucap Dafan seraya memperlihatkan dirinya sendiri yang hanya memakai hoodie hitam dan celana jeans hitam.

"Kelamaan elah! Udah ayo buruan!" ajak Hanin yang lebih dulu menuju motor Dafan yang terparkir di tepi jalan.

Seolah kenyamanan sudah menjalari keduanya, tidak ada lagi perasaan canggung ketika bersama. Bahkan, keduanya tidak berhenti mengobrol hingga mereka sampai di sebuah mall.

"Kita mau makan di sini?" tanya Hanin seraya turun dari motor Dafan.

"Iya! Kan kemarin lo belum traktir gue makanan mahal! Apalagi sekarang lo lagi ulang tahun, kan?" ujar Dafan dengan seringaian lebar.

"Ya udah ayok! Berisik banget dari kemarin!" ucap Hanin yang memang sudah mempersiapkan tabungannya untuk malam ini.

"Gue kira, semalem lo mau traktir gue karena lo ulang tahun."

Hanin menoleh ke arah Dafan. "Sumpah! Gue justru lupa kalo hari ini gue ulang tahun! Ngomong-ngomong, lo tahu dari mana gue ulang tahun?"

Kini mereka mulai melangkahkan kaki menaiki eskalator. Dafan meraih pergelangan tangan Hanin untuk ia pegangi, karena khawatir flat shoes yang dipakainya licin.

"Apa sih yang nggak gue tahu," ujar Dafan dengan seringaian lebarnya.

Hanin meloloskan tangannya dari Dafan. Mulai tidak suka dengan sikap Dafan yang begitu.

Dafan terkekeh geli. Mencolek ujung hidung Hanin. "Dari KTP lo waktu ngurus tiket di stasiun. Masak lupa sih?"

"Dasar pengintip!" seru Hanin tak terima.

"Tapi suka kan cokelatnya?" goda Dafan makin bersemangat.

"Kayak anak kecil tau nggak!"

❤️❤️❤️❤️

Wohohoho!

8 Agustus!

Selamat ulang tahun, Hanin!

Xixixi! Masih aja nggak mau ngaku kalo Dafan itu swit! Hadehhhh!

Anw, mau curhat dikit, tabungan bab cerita ini sudah habisss! Jadi harus mulai ngebut nulis lagi huhu! Doakan semoga cerita ini bisa tetap up setiap hari dan bisa segera rampung! Wish me luck, Guys!

Salam hangat,
IndAwsoka

Pada Orang yang Sama (TAMAT)Where stories live. Discover now