17. Tragis

559 46 1
                                    

Bab 17: Tragis
♪: Ailee - I will go to you like the first snow

—Bian & Arumi—

Bian yang baru keluar dari mobil ketika sampai di pekarangan rumahnya terheran-heran begitu melihat Delila yang menangis. Mobil yang dikendarai ayahnya lebih dulu tiba dirumah dripada Bian. Mereka tiba pukul 8 malam dan Bian tiba 15 menit setelahnya.

Melihat itu, Bian langsung menghampiri sang mama untuk bertanya.

“Mama kenapa?” tanyanya datar tapi jelas tersirat rasa khawatir.

“Arumi mana?” Delila malah balik bertanya karna tak melihat Arumi keluar dari mobil.

“Tidur, tadi mau Bian gendong kedalem tapi gajadi karna liat Mama nangis.” jawab Bian sambil melirik ayahnya yang tengah sibuk menelepon.

Bian tidak melihat Bintang, mungkin bocah itu juga ketiduran di mobil ayahnya.

Delila mengusap pipinya yang basah lalu berkata, “Ini pasti berat banget buat Arumi, nak. Mama gak yakin abis ini Arumi bakal baik-baik aja.”

Bian semakin bingung. Belum lagi ayahnya yang memegang hidung seperti hendak menangis. Ada apa sebenarnya.

“Ada apa sebenrnya, Ma?”

“Mama Arumi nyerah, Bi.” ucap Delila membuat Bian mendelik mendengarnya. Bian tau arti menyerah yang Mamanya bilang. “Dan lagi, dan.. Papa Arumi kecelakaan di sana, juga gak bisa diselamatkan.”

Bagai disambar petir siang bolong, jantung Bian sakit mendengarnya. Ia tidak sanggup, apalagi Arumi. Bagaimana ini, bagaimana dengan gadisnya. Kenapa Tuhan memberi cobaan seperti ini pada Arumi.

Gadis polos yang lemah lembut seperti Arumi, apa salahnya hingga mendapat cobaan seberat ini. Bian berdiri dengan tatapan kosong.

Tangisan Delila kembali pecah saat pintu mobil Bian terbuka, dengan gerakan pelan Arumi keluar dari sana. Gadis itu terbangun dan keluar dari mobil hendak masuk rumah.

Namun dilihatnya Delila dan Bian masih di luar, jadi Arumi berniat menghampiri dulu.

“Tante kok masih di luar? Kak Bian juga kenapa gak bangunin Arumi?” tanya Arumi dengan suara khasnya.  “Loh, tante kenapa nangis?”

Arumi mendekat pada Delila dan memegang lengan Mama Bian itu. Sontak saja Delila langsung memeluk Arumi dan menangis sesegukan. Bagi Delila, Arumi sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Maka untuk menyampaikan berita duka ini ia tak sanggup untuk melihat betapa sedihnya anak perempuannya itu.

“Arumi harus janji sama tante, gak boleh larut dalam kesedihan. Oke?” kata Delila dengan suara bergetar.

“Tante, ada apa?” Arumi jadi mau nangis karna melihat Delila.

Delila menghentikan tangisnya dengan mengusap pipinya lagi, “Kamu harus janji dulu sama tante, Arumi.”

Arumi mengangguk cepat, “Arumi janji gak akan sedih lama-lama.”

Sementara Bian menatap Arumi dalam dan penuh arti. Bagaimana bisa setelah tadi siang ia melihat gadis cantik itu tersenyum begitu bahagia tapi setelah ini ia akan melihat Arumi yang menyedihkan.

BIANWhere stories live. Discover now