18. Musuhan

514 41 0
                                    

Bab 18: Musuhan
♪: Troye Sivan - Angel Baby

—Bian & Arumi—

Seminggu lebih sudah Arumi kehilangan orang tuanya, Gadis itu jadi lebih pendiam dari biasanya. Kalau biasanya Arumi ceria kini tidak ada lagi.

Hari ini hari pertamanya masuk sekolah sehabis berduka, meski berat karna biasanya ada Ibra yang mengantarnya tapi kali ini Angkasa lah yang mengantarnya ke sekolah.

Angkasa yang sudah sidang sarjana memilih untuk kembali ke Indonesia dan berencana melewatkan perayaan wisudanya yang akan di gelar bulan depan. Ia memilih untuk tidak menghadirinya karna merasa tidak sanggup merayakan tanpa Papa dan Mama.

“Arumi udah selesai.” ucap Arumi mengelap mulutnya dengan tisu sehabis makan sereal dan minum susu yang disediakan bibi Hera selaku ART.

“Bentar ya, abang ambil hoodie dulu.” Angkasa berlari ke kamarnya yang di lantai satu dan keluar dengan cepat sambil memakal hoodie hitamnya.

“Kamu masih sedih?” tanya Angkasa merangkul Arumi menuju mobil.

Arumi mengangguk lalu tersenyum tipis, “Masih. Tapi Arumi masih punya abang, jadi sedihnya udah berkurang.”

“Kita bangkit bareng-bareng ya. Arumi, adek abang yang kuat. Oke?” ucap Angkasa disertai kekehan ringan.

“Iya, bang. Abang juga, abang yang kuat buat Arumi. Oke?” balas Arumi membuat Angkasa jadi senyum.

“Yaudah ayo berangkat, abang ada rapat bareng kepala sekolah kamu.” Angkasa mengambil alih semua pekerjaan Ibra. Mulai dari jadi CEO di beberapa perusahaan sampai yayasan pendidikan. Meski masih muda, ia sudah mendapat tanggung jawab berat untuk memikul itu semua. Dan Angkasa siap menerima dengan ikhlas hati.

Angkasa akan membuat Papanya bangga dengan kerja keras nya dalam berusaha mempertahankan apa yang sudah Papanya bangun.

“Bekalnya udah kamu bawa?” tanya Angkasa.

“Udah, nih.” Arumi menenteng tas bekalnya kehadapan Angkasa.

“Kamu, kalau ada yang mau di ceritain, ceritain aja Arumi. Jangan dipendem sendirian ya, ada abang, Bian, dan temen-temen kamu. Jangan ngerasa sendirian ya sayang.”

“Iya bang, Arumi bakal cerita kok nanti.”

Setelah menempuh perjalanan kurang 15 menit, SUV hitam Angkasa sampai di SMA Cleopatra. Pak Jae dengan sigap membuka lebar gerbang sekolah hingga SUV itu masuk dan terparkir rapi di parkiran.

“Semangat belajar, Arumi.” Arumi mengangguk lalu pamit dengan mencium pipi Angkasa.

Angkasa menghela nafas panjang sambil terus memperhatikan punggung Arumi yang semakin menjauh. Adiknya itu banyak diam dan semakin tertutup. Biasanya Arumi suka mengoceh tanpa henti meski lewat video call saat Angkasa di Sydney. Bercerita dari hal penting sampai yang paling tidak penting pun diceritakan oleh Arumi.

Tapi setelah orang tua mereka meninggal, Arumi tak pernah tersenyum lebar. Angkasa harap, Arumi dapat kembali seperti semula terlepas dari minggu ini.

—Bian & Arumi—

Welcome class, cantiknya IPA-2!” teriak teman sekelas Arumi, menyambut gadis cantik yang baru saja membuka pintu kelas.

BIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang