19. Bian munafik

586 39 0
                                    

Bab 19: Bian yang munafik
♪: BTS - Louder than bombs

—Bian & Arumi—

“Langit, dengerin gue!” nada suara Bian meninggi karna Langit mengacuhkannya saat mau jelasin semuanya.

Lelaki jangkung itu sibuk dengan game di ponselnya dan tidak mendengar apa yang Bian bilang. Padahal susah payah Bian menurunkan gengsi demi pertemanan mereka agar kembali seperti semula tapi justru Langit yang mengulah.

Langit melirik Bian sekilas, “Apa lagi yang mau lo jelasin? Gak penting buat gue.” sarkas Langit.

“Gue awalnya juga mikirin perasaan lo, gue dingin ke Arumi bahkan kadang kasar itu buat ilangin perasaan gue ke dia demi jaga perasaan lo. Gue tau lo suka Arumi, tapi Arumi sukanya gue.”

Perkataan Bian mengusik emosi Langit. Mereka berdua tengah di rooftop gedung SMA, dan semilir angin berhembus sejuk itu tak mampu menyejukkan Langit yang marah.

“Lo munafik Bian! Munafik!” hardik Langit sambil menunjuk wajah Bian.

“Ya, gue emang munafik. Tapi itu buat jaga perasaan lo, Lang.” Bian dengan ekpresi dingin semakin membuat Langit terbakar. Padahal Bian memang seperti itu biasanya, minim ekpresi dalam bicara.

“Perasaan gue yang lo jaga? Hah!” Langit menghela nafas kasar. “Tapi akhirnya lo jadian kan sama Arumi? Itu yang namanya jaga perasaan gue? Lo bahkan gak mikir pertemanan kita, Bi! Lo cuma mikir perasaan cinta lo itu kan ke Arumi.”

“Kalo lo di posisi gue, apa yang bakal lo lakuin, hah?” tantang Bian. “Mau lo ngorbanin perasaan lo?”

Langit tidak menjawab. Ia benar-benar marah pada Bian, ah lebih tepatnya kecewa dan juga pusing. Disatu sisi ia tidak mau kehilangan sahabatnya dan lagi ia tidak rela jika gadis yng dicintainya malah jadian sama sahabatnya.

Hati Langit hancur karna perasaannya sangat tulus pada Arumi. Tapi ia juga tidak bisa menyalahkan siapapun disini, dan itu yang membuat Langit geram sendiri.

Sementara Bian, ikut diam sambil menatap Langit yang membuang muka. Ia tidak mau pertemanannya hancur, tapi ia juga tidak mau mengorbankan perasaannya karna ia benar-benar menyayangi Arumi.  Katakanlah Bian egois dan serakah, tapi memang itu keinginannya.

“Gue minta maaf, Lang. Gue bener-bener minta maaf sama lo, gue gak tau harus gimana lagi buat kelarin masalah ini. Gue gak mau temenan kita hancur karna cewek.” ucap Bian mulai jengah.

“Putusin Arumi?”

“Enggak. Gak akan pernah, kecuali Arumi sendiri yang minta.” balas Bian.

Langit mengusap wajahnya gusar, tiba-tiba ia memeluk Bian secara jantan dan itupun hanya beberapa detik.

“Gue minta maaf udah buat lo gak nyaman karna kita diemin, ya walaupun lo nya biasa aja sih dan pasti gak terpengaruh. Tapi gue ngerasa hari-hari gue ada yang kurang pas musuhan sama lo.” ungkap Langit.

Bian mau ngakak dengarnya, tapi bisa ditahan kok.

“Gue emang biasa aja. Kalian aja yang ngerasa sendiri kan, mampus.” umpat Bian.

Langit menekuk wajahnya. Bian emang gak ada lawan. Dahlah, cape.

“Bahagiain Arumi, sempet lo buat dia nangis. Arumi gue pelet biar oleng ke gue, dan lo gak bisa lagi dapetin Arumi.” ancam Langit sebelum mereka berlalu dari rooftop.

BIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang