7. Bian dan Hansel

1.2K 69 1
                                    

7. Bian dan Hansel
♪: Budi Doremi - Melukis Senja

 Bian dan Hansel♪: Budi Doremi - Melukis Senja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arumi jalan menelusuri koridor. Sekolah sudah sepi, teman-temannya yang lain juga sudah pada pulang jadi gadis cantik itu jalan sendirian. Hanya tinggal ia dan beberapa murid lagi yang masih sliweran di sekolah. Beberapa murid itu mungkin sedang ada kegiatan diluar jam ajar.

Sedangkan Arumi sengaja lama pulang. Entah apa maksudnya, hanya ingin saja. Ketiga temannya sudah membujuknya pulang namun ditolak dengan berbagai alasan. Hana yang paling tidak percaya dengan alasan Arumi, namun gadis yang sering memakai bando itu menghargai privasi Arumi dan berpikir bahwa temannya itu butuh ruang sendiri.

Arumi melintasi lapangan. Ada beberapa siswa yang masih bermain basket dan ada juga yang bermain badminton. Ia menoleh sekilas untuk melihat tanpa berniat berhenti.

Hari mulai sore. Sudah hampir pukul 5, dan tadi Arumi meminta ayahnya untuk menjemput pukul 5. Masih ada sekitar 20 menit lagi, jadi Arumi memutuskan duduk di bangku keramik panjang yang dekat dengan pos satpam sambil melihat anak-anak main di lapangan.

“Loh non Arumi belum pulang?” tanya pak Jae keluar dari posnya saat melihat Arumi yang duduk di sekitaran pos.

Arumi menoleh. “Belum, Pak. Lagi nunggu Papa jemput.” jawabnya.

“Itu mukanya kenapa banyak perbannya, Non? Abis jatuh ya?”

“Iya, Pak. Tadi Arumi jatuh pas lari-larian.”

“Aduh, kalo pak Ibra tahu bisa panjang urusannya.” Pak Jae jadi gusar.

Arumi menggeleng pelan. “Gak papa kok, Pak. Nanti Arumi bilang kalo Arumi yang jatuh sendiri ke Papa.”

“Tapi nanti non Arumi gak di sekolahin lagi sama Pak Ibra kalo tahu non sering jatuh begini.” kata Pak Jae.

“Bapak tenang aja, Papa udah janji gak bakal homeschooling-in Arumi lagi kaya waktu itu.” balas Arumi sambil nyengir.

Tak berapa lama, SUV hitam hendak masuk ke dalam pekarangan sekolah. Pak Jae dengan sigap membuka pagar sekolah agar bisa masuk.

Arumi tahu itu mobil ayahnya. Ia berdiri saat SUV itu berhenti tak jauh darinya.

Ibra keluar dari sana lalu menghampiri Arumi. Pria paruh baya yang masih terlihat ganteng itu tersenyum pada Arumi lalu mengacak pelan rambut anaknya.

“Ini kenapa mukanya, Arumi?” tanya Ibra melihat banyak perban di wajah anaknya. Nanyanya emang santai, tapi Ibra khawatir bukan main sebenernya.

BIANWhere stories live. Discover now