Ch. 7 | Loyalität

290 40 3
                                    

8 Mei 1945.
Berlin, Germany.
(Satu hari sebelum Jerman menyerah kepada Soviet.)

Jendral Krebs melakukan pertemuan rahasia dengan Hans disuatu tempat di dekat Bunker setelah melakukan pertemuan dengan pihak Soviet untuk melakukan perdamaian.

Hans : "Pak Jendral Hans Krebs!"
Panggil Hans dari kejauhan kepada Jendral Krebs.

Krebs : "Oh, kau disana. Kemarilah, ada hal yang ingin aku bicarakan."

Hans berjalan mendekati Jendral Krebs.

Hans : "Apakah ada yang bisa saya bantu pak? Mengapa kita harus bertemu diam diam di tempat seperti ini?"

Krebs : "Yah... Ada yang ingin aku bicarakan dan minta darimu."

Hans : "Perihal apa pak?"

Krebs : "Ini tentang perundingan damai dengan pihak Soviet kemarin."

Hans : "Bagaimana pak? Apakah mereka menerimanya?"

Krebs : "Tidak, mereka tidak menginginkan perjanjian damai, mereka meminta kita untuk menyerah tanpa syarat."

Hans : "Apa!? Lalu bagaimana pak? Apakah anda menerimanya?"

Krebs : "Tidak, aku belum menerimanya. Tetapi pada akhirnya kita pasti akan menyerah juga kepada mereka, kita sudah kalah."

Krebs : "Hal ini akan aku bicarakan dengan para Jendral lainnya dan menteri Goebbels. Aku yakin mereka tidak menyukai ini, bagitu pun aku. Tetapi kita sudah tidak bisa berbuat banyak."

Krebs : "Kemungkinan besar kita akan secara resmi menyerah kepada mereka besok."

Hans terdiam sejenak mendengar hal itu.

Hans : "Lalu apakah yang harus saya lakukan pak? Tadi anda bilang ingin meminta tolong sesuatu bukan?"

Krebs : "Ah, jadi begini. Kau kabur lah dari sini."

Hans : "Kabur? Tetapi mengapa pak? Aku masih akan tetap bersedia bersama anda dan yang lainnya sampai akhir."

Krebs : "Tidak, bukan seperti itu, aku akan memberikan tugas yang lebih penting untuk mu."

Krebs : "Hans-Ulrich Albert, kabur lah dari sini, selamatkan nyawamu. Carilah dan selamatkanlah Führer."

Hans sontak kaget mendengar perintah tersebut.

Hans : "A-apa? Mengapa?"

Krebs : "Entah mengapa... Aku merasa Führer masih hidup di suatu tempat, karena itu aku ingin kau mencarinya."

Hans : "Tetapi... Mengapa harus saya pak?"

Krebs : "Karena berdasarkan penglihatan ku, kaulah orang yang paling loyal dan masih setia kepada Führer diantara kita semua. Kau adalah seorang prajurit SS sekaligus asistennya. Kau selalu melakukan seluruh perintahnya tanpa terkecuali."

Krebs : "Aku mempercayakanmu untuk tugas ini. Aku tahu ini bukanlah tugas yang mudah mengingat keberadaan Führer yang misterius. Tapi aku percaya bahwa kau akan menemukannya cepat atau lambat."

Hans : ...

Hans : "Baiklah pak, saya menerima tugas ini."

Krebs : "Terimakasih banyak Hans, segera lah bergerak mulai sekarang selagi bisa, bawa barang barang yang kau anggap perlu dari Bunker."

Hans : "Siap pak!"

Hans : "Heil Hitler!"

Krebs : "Heil Hitler!"

Mereka saling memberikan hormat satu sama lain untuk terakhir kalinya.

Hans pun mulai bersiap-siap untuk meninggalkan Berlin. Mulai dari pakaian, perlengkapan, makanan dan senjata, semua dibawa olehnya.

Hans memulai perjalanan pada sore hari usai mempersiapkan diri. Ia berjalan kaki menuju ke selatan menggunakan sebuah sepeda motor. Ia menuju Austria, tempat kelahiran Hitler. Berharap bisa menemukannya disana.

Ketika malam tiba, Hans berada dijalan yang sepi dan berkabut.

Hans : "Hiiii, pemandangan apa ini. Rasanya seperti di film horor."

Hans : "Yah, tapi tidak seberapa horor dibandingkan medan pertempuran sih hahaha."

Semakin lama Hans berjalan, kabut semakin tebal. Semakin tebal dan semakin tebal, hingga cahaya lampu motor pun tak bisa menembusnya jalanan yang semula adalah aspal berubah menjadi tanah.

Hans yang kebingungan turun dari motornya karena takut akan menabrak sesuatu.

"Apa apaan ini? Aku benar-benar berada di film horor ya? Kenapa aku tiba tiba keluar dari jalan aspal."

Hans mengambil senter dari tas nya dan berjalan jalan sedikit melihat sekitar.

Hans : "Ah percuma saja. Tidak kelihatan apa apa. Lebih baik aku kembali sebelum tersesat."

Ketika Hans kembali ke motornya, ia kaget karena motornya tidak ada dimana mana.

Hans : "Loh loh loh. Kemana motornya? Kok tidak ada ya? Wah kalau aku benar-benar tersesat tidak lucu sih."

Tak lama kemudian, perlahan-lahan kabut mulai menghilang dan Hans mendapati dirinya berada di tempat tak dikenal dengan cahaya kobaran api tidak jauh dari sana.

Führer : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang