Ch. 12 | Elf

241 32 1
                                    

POV Hans

Setelah berhasil membebaskan outpost milik pasukan Leibgarde, Hartmann mengantarkan ku ke ruang sel dimana para tawanan diamankan.

Hartmann : "Kau tau, mereka sangat paranoid, bahkan mereka bersujud meminta ampun saat kami mendobrak pintu. Jika kau bisa menenangkan mereka itu akan sangat bagus."

"Yah... Mereka pasti telah melewati waktu yang sulit selama ditahan. Aku mengerti perasaan dan rasa takut mereka."

Hartmann : "Para bedebah itu memang benar-benar binatang, mereka menculik dan menyiksa orang lain untuk kesenangan mereka sendiri. Tcih, terkutuklah kalian dineraka."

Hartmann : "Baiklah kita sudah sampai, apakah aku perlu masuk kedalam juga atau menunggu disini?"

"Apakah para tawanan itu sudah makan?"

Hartmann : "Ah iya, benar juga. Kami belum membagikan makanan kepada mereka."

"Kalau begitu kau dan lainnya tolong bawakan makanan untuk mereka, aku akan masuk duluan."

Hartmann : "Baiklah, semoga beruntung."

Hartmann pergi meninggalkan ku untuk mengambil makanan untuk dibagikan kepada para tawanan. Sementara aku masuk ke ruangan dimana para tawanan itu diamankan.

Saat aku membuka pintu ekspresi mereka sangat kaget dan sedikit ketakutan. Melihat itu membuatku sangat kasihan kepada mereka.

Diantara para tawanan itu, terlihat salah satu wanita berwajah cantik dan menawan. Dengan tubuh ramping, rambut pirang berwarna kuning, mata yang berkilau berwarna hijau zamrud, serta dengan ciri khas yang paling menonjol di telinganya yang panjang, dia adalah seorang elf.

'Wahh.. Itu elf asli, dia sangat cantik.'

Sembari mendekati para tawanan, aku mengangkat kedua tanganku untuk menandakan bahwa aku tidak bersenjata dan tidak berbahaya, hal itu aku lakukan agar mereka tidak merasa terancam.

"Tenanglah, aku disini bukan untuk menyakiti kalian. Kami dari kelompok resistance telah berhasil merebut outpost ini, kalian telah bebas."

Mendengar perkataanku, ekspresi mereka menjadi lebih baik dan lega.

"A-apakah kami benar-benar sudah bebas? Kami tidak akan dikurung lagi?"

"Iya, tenang saja kalian tidak akan dikurung lagi. Tetapi sebaiknya kalian bergabunglah bersama kami, tenang saja kami tidak akan memaksa kalian untuk bertarung, tetapi lebih baik kalau kalian berada dalam perlindungan kami. Mengingat bahwa kalian masih akan terus diburu oleh mereka."

Para tawanan saling memandang dan berbisik satu sama lain.

"Kami tidak keberatan bergabung dengan kalian, kamu akan membantu kalian sebisa kami. Mohon terimalah kami bersama resistance." Para tawanan itu memohon sambil bersujud.

"Ah, tidak perlu sampai seperti itu, bangunlah. Tenang saja, kami pasti akan menerima kalian, kami menghargai bantuan apapun yang bisa kalian berikan."

"Terimakasih tuan."

*Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Hartmann : "Hans, ini aku. Kami membawakan makanan."

"Masuklah."

"Kalian pasti belum makan kan, setelah ini kami akan bagikan makanan kepada kalian."

"Terimakasih, terimakasih banyak tuan."

Hartmann masuk kedalam ruangan bersama beberapa orang lainnya dan membagikan makanan kepada para tawanan, mereka makan dengan sangat lahap walaupun itu hanya roti dan sup.

"Oh iya, setelah makan, aku ingin berbicara dengan salah satu dari kalian."

"Kamu, nanti temui aku di menara gerbang ya." Ucapku sambil menunjuk elf itu.

Ekspresi elf itu menjadi sedikit bingung dan menatapku sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya kamu, nanti temui aku ya."

"Baiklah." Ucapnya.

Setelah urusan ku selesai, aku pergi ke menara di gerbang untuk melihat pemandangan sekitar.

Sambil berpikir bagaimana aku bisa terseret ke semua ini.

'Negaraku kalah perang, pemimpin ku menghilang dan aku mencarinya, aku tersesat di perjalanan, hingga akhirnya terlibat pertarungan di desa dan menjadi pemimpin pemberontak.'

'Sebenarnya apa tujuanku sekarang, aku hanya melakukan semua ini berdasarkan naluri ku, bagaimana dengan misi utama ku untuk mencari Führer.'

Tiba-tiba suatu pemikiran terlintas dipikiran ku yang membuatku tersadar.

'Eh... Tungu dulu, aku kan tiba-tiba saja tersesat ke dunia ini. Apakah mungkin Führer... Bernasib sama seperti ku? Hahhh, itu sangat memungkinkan dan masuk akal mengapa ia bisa hilang secara tiba-tiba.'

Saat sedang asik melamun, tiba-tiba sebuah suara muncul dari belakangku.

"Emm, permisi."

Aku yang sedang melamun sedikit dikagetkan olehnya.

"Ah, ternyata kamu, Kemarilah."

Suara itu adalah milik elf yang aku panggil untuk menemuiku.

"Maaf, apakah saya mengagetkan anda?"

"Tidak, tidak, tidak apa apa. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Perihal apakah itu? Apakah ada sesuatu yang bisa saya lakukan?"

"Tidak, aku hanya ingin mengobrol. Pertama-tama, siapa namamu?"

"Nora, nama saya Nora E'Loua."

"Nama yang unik, itu bagus. Kau tau, sebenarnya kamu adalah elf pertama yang pernah aku temui, jadi aku merasa tertarik dan mengajakmu mengobrol."

"Dari mana asalmu Nora?"

Nora : "Seperti para elf lainnya, aku berasal Alfheim, ah maksudku hutan Elf."

"Hutan elf ya, hmm. Itu tidak jauh dari sini kan?"

Nora : "Benar, hutan elf berada di bagian barat hutan Norwood, dipisahkan oleh danau Hepmeny. Itu juga tidak jauh dari kota Weldam."

'Kota Weldam ya, hmmm. Aku tidak tau apakah kota itu kuat atau tidak, mungkin kedepannya aku akan mengirimkan orang kesana.'

"Lalu? Apakah kamu mau kembali ke hutan elf?"

Nora : "Sebenarnya saya sangat ingin kembali ke sana, tetapi... Saya sudah tidak punya siapa siapa lagi di sana, keluarga saya di bunuh dan rumah kami di bakar. Saya tidak memiliki tempat untuk pulang lagi disana."

"Kalau begitu apakah kamu tidak keberatan bersama dengan kami? Kami akan dengan senang hati menerimamu. Dan kalau perlu kami akan mengantarmu kembali ke hutan elf."

Nora : "Tentu saja saya tidak keberatan tuan, saya sangat bersyukur karena masih ada yang mau menampung kami."

"Ahahaha, tidak perlu terlalu formal begitu, panggil saja aku Hans."

Terlihat senyuman kecil di wajah Nora, itu sungguh menenangkan hati ku, dari dirinya yang selalu murung mulai tersenyum kembali.

Nora : "Baiklah, Hans."

"Nah begitu dong, nah baiklah saatnya kita siap siap."

Nora : "Eh? Kita akan apa setelah ini?"

"Kami akan mengantar kalian ke Desa, setidaknya kalian bisa beristirahat di sana."

Nora : "Kami tidak tinggal disini?"

"Tentu saja tidak, kami tau bahwa kalian tidak suka di sini dan pasti banyak kenangan buruk ditempat ini, karena itu sebaiknya kalian pindah ke desa."

Nora : "Terimakasih banyak Hans, kalian sangat baik kepada kami, bahkan memberikan tempat istirahat kepada kami."

"Tidak perlu dipikirkan, menolong sesama yang tertindas adalah motto pasukan resistance."

Führer : In Another WorldWhere stories live. Discover now